Mewaspadai Popcorn Brain Pada Anak Yang Kecanduan Gadget

Mewaspadai Popcorn Brain Pada Anak Yang Kecanduan Gadget

Artikel ini disarikan dari program Mozaik Suara Muslim Radio Network.

Suaramuslim.net – Tidak selamanya bermain gadget memiliki dampak buruk bagi anak, namun bila penggunaannya terlalu sering bisa menyebabkan dampak negatif. Apalagi gadget memang menyenangkan bagi anak-anak kita.

Dari sekian banyak dampak negatif, ada yang memiliki istilah popcorn brain, mendengar kata popcorn kita pasti langsung terbayang camilan yang rasanya enak, tapi ternyata istilah popcorn ini memiliki masalah yang cukup serius kalau berbicara tentang gadget.

Istilah ini masih belum familiar di kita. Namun, kalau kita bicara tentang popcorn brain itu sendiri sebenarnya adalah istilah yang sudah lama muncul yakni di tahun 2011, terkait fenomena di dunia digital yang menyebabkan dampak pada otak.

Praktisi Neuroparenting, Yirawati Sumedi dalam program Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya menyampaikan pendapat Prof. Levi, popcorn brain adalah istilah yang digunakan untuk menyebut saat otak kita terbiasa menerima stimulasi konstan yang multitasking dari elektronik.

“Kondisi otak itu diistilahkan seperti popcorn yang meletup-letup dan tidak tekendali,” ungkap narasumber yang akrab disapa Bunda Ira ini.

Pada dasarnya, stimulus yang diterima anak dalam lingkungan yang wajar itu saat dia melihat melihat warna, mendengar suara-suara mobil atau burung. Dan itu berjalan teratur.

Nah, saat anak menerima stimulus dari gadget, maka ia akan menerima stimulus yang terlalu cepat. Itu akan membuat stimulus anak yang belum selesai dikerjakan, menjadi harus berpindah ke stimulus lain secara cepat.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya popcorn brain ini, anak menjadi cenderung memperhatikan itu-itu saja, anak-anak menjadi malas bergerak. Dia tidak mau melakukan kegiatan-kegiatan yang melatih sensor motoriknya. Malah dia akan terpaku pada gadgetnya.

Stimulus yang anak terima hanya aspek visualnya saja. Tapi gerakan-gerakan motorik sangat lemah. Mereka menjadi lebih fokus pada hal-hal yang tidak penting.

Semua permainan pada gadget dapat memicu dophamine, hormon-hormon kesenangan. Konten-konten di gadget sangat kuat menarik perhatian anak, dan kemudian anak semakin dibuat penasaran. Hal ini sangat memengaruhi kerja otak itu sendiri.

Dampak terburuk popcorn brain pada anak

Popcorn brain ini tidak hanya dialami anak-anak saja, orang dewasa juga bisa merasakannya.

Kalau seseorang yang mengalami popcorn brain, maka ia tidak mampu merespons stimulus-stimulus yang biasa saja.

Anak dengan stimulus yang kuat, biasanya ia tidak akan suka membaca huruf yang hanya hitam putih tanpa gambar. Karena tidak menarik, dan tidak memberi kesenangan seperti yang dia dapat dari gadgetnya. Akibatnya ia akan susah memberikan respons saat diberi instruksi, hal ini membuat anak menjadi lebih pasif.

Akhir-akhir ini rumah sakit jiwa penuh oleh terapi anak-anak yang mengalami popcorn brain itu sendiri, tapi memang juga dilihat seberapa parah ketergantungannya. Sebagai terapi awalnya adalah dengan tidak memberi gadget kepada buah hati selama 6 bulan.

Mencegah popcorn brain terjadi pada anak

Pencegahan yang harus dilakukan agar anak tidak terlampau dalam bermain gadget adalah orang tua harus bisa memegang kendali terhadap gadget sang buah hati.

Keputusan terbesar ada pada orang tua, jangan sampai orang tua kalah dengan alasan-alasan sang anak yang beragam, hingga melonggarkan peraturan penggunaan gadgetnya.

Kalau kita bicara game yang aman sebenarnya ada juga, hanya saja kita yang harus bijak memilih. Karena anak milennial zaman sekarang tidak bisa terlepas dari adanya gadget dan elektronik lainnya.

Kita tidak bisa serta merta melarang mereka untuk tidak menyentuh gadget sama sekali, namun seimbangkan mereka juga dengan latihan motorik fisik.

Apa yang terjadi jika anak-anak tidak mau lepas dari gamenya? Sebuah penelitian terbaru dari dunia medis menyebut syndrome textneck.

Syndrome textneck adalah suatu kondisi saat tubuh tulang belakang menanggung beban 5.5 kg saat anak menunduk 0 derajat. Jadi, kalau anak menunduknya lebih dalam dan terlalu lama karena bermain hp, maka bisa dipastikan tulang belakang akan menanggung beban lebih besar.

Kalau anak-anak sudah mengalami kondisi-kondisi seperti itu, maka kita harus segera mengambil tindakan dan menyerahkan kepada ahlinya. Karena kondisi popcorn brain ini akan memengaruhi perilakunya, dan akan memengaruhi karakter yang dibangun untuk kedepannya.

“Jika dibiarkan terus menerus, maka anak akan lebih fokus pada dunianya sendiri dan mudah terserang depresi,” pungkas Bunda Ira.

Kontributor: Sarah Syahida
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment