Milad Muhammadiyah ke-107, Perkuat Kualitas SDM Melalui Pendidikan

Milad Muhammadiyah ke-107, Perkuat Kualitas SDM Melalui Pendidikan

Logo Milad Muhammadiyah ke-107. Sumber: Youtube.com

Suaramuslim.net – Berikut cuplikan pidato Milad 107 Tahun Muhammadiyah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa,

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam sekaligus kekuatan nasional sejak awal berdirinya pada tahun 1912 sampai kini telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan dan melalui para tokohnya terlibat aktif mendirikan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Para pendiri Republik ini sungguh bijaksana karena mereka telah merumuskan salah satu tugas utama Pemerintahan Indonesia ialah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kata “cerdas”artinya“sempurna perkembangan akal budinya untuk berpikir, mengerti, dan tajam pikiran; serta sempurna pertumbuhan tubuhnya  menjadi sehat dan kuat”. Kata “mencerdaskan” ialah “menjadikan cerdas; mengusahakan dan sebagainya supaya sempurna akal budinya”. Objek yang dicerdaskan bukan hanya manusianya, tetapi secara keseluruhan yakni kehidupannya, sehingga menyangkut dimensi mencerdaskan budaya, sistem, dan lingkungan sehingga luas cakupannya dalam perikehidupan kebangsaan. Dalam persepektif Islam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa identik dengan membangun bangsa yang berkebudayaan Iqra dan membentuk peradaban maju yang cerah-mencerahkan dalam rancang-bangun  “al-madinah al-munawwarah”.

Muhammadiyah sepanjang gerakannya memiliki komitmen dan tanggung jawab tinggi untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa. Para tokoh Muhammadiyah seperti K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo, Kahar Muzakkir, Kasman Singodimedjo, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Ir. Djuanda, dan pemimpin-pemimpin lainnya, telah turut-serta dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjadi bagian penting yang berperan-aktif dalam meletakkan fondasi Negara Republik Indonesia. Kiprah Muhammadiyah tersebut melekat dengan nilai dan pandangan Islam yang berkemajuan. Pendiri Muhammadiyah sejak awal pergerakannya senantiasa berorientasi pada sikap dan gagasan yang berkemajuan. Sebab, Muhammadiyah sungguh-sungguh percaya bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan. Islam adalah agama kemajuan (din al-hadlarah) yang diturunkan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan dan membawa rahmat bagi semesta alam.

Muhammadiyah, dengan pandangan Islam Berkemajuan, senantiasa berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Oleh karena itu, Muhammadiyah dan umat Islam merupakan bagian integral dari bangsa ini. Dalam hal ini, tidak ada bukti yang lebih kuat daripada peran historis mereka di dalam membangun Indonesia sejak periode pergerakan kebangkitan nasional hingga masa kemerdekaan. Melalui keterlibatan tokohnya seperti Ki Bagus Hadikusumo, Muhammadiyah mengambil peran sangat menentukan dalam perumusan final sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan sumbangan besar di dalam upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan politik Islam yang berwawasan kebangsaaan di tengah pertarungan berbagai ideologi dunia. Muhammadiyah memiliki wawasan kebangsaan yang tegas: bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 merupakan konsensus nasional (dar al-‘ahdi) yang mengikat seluruh komponen bangsa sekaligus bukti sebagai kekuatan perekat, pemersatu, dan pembangun bangsa (dar al-syahadah). 

Muhammadiyah telah berbuat senyata-nyatanya untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat. Apa yang selama ini dikerjakan Muhammadiyah telah diakui oleh masyarakat luas dan juga oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam kerangka itu, pemerintah menetapkan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tanggal 27 Desember 1961, dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) kepeloporan dalam kebangunan umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang harus belajar dan berbuat; (2) memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya, ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat; (3) memelopori  amal-usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan (4) melalui organisasi ‘Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Setelah Indonesia merdeka, pada berbagai periode pemerintahan hingga periode reformasi, pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus berlanjut. Khidmat kebangsaan ini didorong oleh keinginan yang kuatagar Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita kemerdekaan. Inilah bukti bahwa Muhammadiyah benar-benar “berkeringat” di dalam usaha-usaha mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa, lebih khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Gerak pendidikan Muhammadiyah, selain aspek kesehatan dan lainnya, tersebar di seluruh tanah air hingga ke pelosok-pelosok terjauh, terdepan, dan tertinggal dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Muhammadiyah meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan untuk menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan, yakni terciptanya kehidupan kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Demikian pula, Muhammadiyah percaya bahwa bangsa dan negara ini dapat menyelesaikan masalah-masalah berat yang dihadapinya. Optimisme ini terbangun karena bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki modal sejarah yang penting dan berharga untuk menjadi negara bekemajuan. Pencapaian Indonesia yang berkemajuan tersebut mensyaratkan perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak: pemerintah, warga negara, dan seluruh komponen bangsa, disertai tekad, kebersamaan, dan pengerahan potensi nasional secara optimal. Ini semua memerlukan rekonstruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna yang sejalan dengan jiwa dan cita-cita nasional sebagaimana digariskan oleh para pendiri bangsa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Karenanya, sebagai bentuk komitmen moral dan tanggung jawab kesejarahan yang melekat dalam jiwa pergerakan, serta didorong oleh kehendak untuk mewujudkan cita-cita nasional, Muhammadiyah merumuskan pandangan atau pemikiran dasar mengenai Indonesia Berkemajuan, yang mungkin dicapai melalui rekonstruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna. Artinya kemajuan Indonesia itu bukan hanya fisik dan lahiriah semata, tetapi harus disertai nilai-nilai bermakna yang bersumber pada Agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa. Dalam meraih Indonesia berkemajuan di tengah tantangan dunia yang semakin kompetitif di era Industri 4.0 dengan segala masalah dan tantangannnya maka diperlukan kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas unggul, yakni manusia Indonsia yangberkarakter utama dan berkecerdasan tinggi.

Manusia yang berkarakter utama ialah insan yang berkahlak mulia (al-akhlaq al-karimah) yang ditunjukkan dengan sikap saleh, jujur, amanat, mandiri, kerja keras, dan berperangai terbaik sebagai individu maupun insan sosial. Manusia yang cerdas adalah manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kekuatan akal budi, moral, dan ilmu pengetahuan yang unggul untuk memahami realitas persoalan serta mampu membangun kehidupan kebangsaan yang bermakna bagi terwujudnya cita-cita nasional. Manusia Indonesia yang cerdas memiliki fondasi iman dan taqwa yang kokoh, kekuatan intelektual yang berkualitas, kepribadian yang utama, dan menjadi pelaku kehidupan kebangsaan yang positif sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Sumberdaya manusia Indonesia yang berkarakter utama dan cerdas  hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan yang “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945. Pendidikan tersebut dalam prosesnya tidak hanya menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi sekaligus sebagai proses aktualisasi diri yang mendorong peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan tinggi dan berkeadaban mulia.

Karenanya, pendidikan nasional yang selama ini berlaku harus direkonstruksi menjadi sistem pendidikan yang mencerahkan, dengan visi terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan berkemajuan. Sedangkan misinya ialah: (1) Mendidik manusia agar memiliki kesadaran ilahiah, jujur, dan berkepribadian mulia; (2) Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki jiwa pembaruan, berfikir cerdas, kreatif, inovatif, dan berwawasan luas; (3) Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wira usaha, dan kompetetif; (4) Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dan ketrampilan sosial, teknologi, informasi, dan komunikasi; (5) Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, daya-cipta, dan kemampuan mengapresiasi karya seni-budaya; dan (6) Membentuk kader bangsa yang ikhlas, bermoral, peka, peduli, serta bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Pendidikan nasional yang holistik tersebut melibatkan seluruh elemen bangsa sehingga menjadi gerakan dan strategi kebudayaan nasional yang menyeluruh menuju kemajuan hidup bangsa yang bermartabat.

Ya, sebentar  lagi Muhammadiyah akan menyelenggarakan Milad yang ke-107 dengan tema “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” tepat tanggal 18 Nopember 2019. Muhammadiyah lahir dan berdiri di Kauman Yogyakarta. Saat itu pada tanggal 18 Nopember 1912 atau bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriah, KH. Ahmad Dahlan mendapatkan surat persetujuan pendirian Persyarikatan Muhammadiyah dari Governement Hindia Belanda.

” Pendidikan tersebut dalam  prosesnya tidak hanya menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi sekaligus sebagai proses aktualisasi diri yang mendorong peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan tinggi dan berkeadaban mulia,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 14 November 2019.

“Persyarikatan Muhammadiyah ini didirikan untuk kemanfaatan umat. Aku ingin Muhammadiyah ini didirikan untuk kemanfaatan umat. Aku ingin Muhammadiyah menjadi suluh penerang bagi umat Islam. Menjadi cahaya yang akan menuntun umat agar kembali pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu, kerja keras dan pengorbanan kita demi terwujudnya cita-cita Muhammadiyah sangat diperlukan.” Kata K.H. Ahmad Dahlan saat itu. Dalam usianya yang lebih dari satu abad, Muhammadiyah terus memperkuat kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia melalui jalur pendidikan. 

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment