Suaramuslim.net – Bermula dari diskusi di Forum Saling Sapa tahun 2015, dibuat kesepakatan untuk membentuk Tim Kalibata, sebagai sarana berkumpul aktivis keumatan. Dr Adhyaksa Dault, Mantan Ketua KNPI dan Mantan Menteri Olahraga era SBY memfasilitasi seluruh perjuangan awal ini.
Tim Kalibata menjadi sarana perjuangan politik bagi umat yang ingin menjaga marwah demokrasi dan ikut berkontribusi lebih optimal kepada bangsa ini. Ada banyak ulama dan tokoh di Tim Kalibata ini. Di antaranya adalah K.H. Wahfiudin Sakam.
Dari Tim Kalibata bermetamorfosis menjadi Tim FPJ (Forum Pelayan Jakarta). Karena antusiasme banyak tokoh dan ulama yang ingin bergabung, FPJ berganti nama menjadi Majlis Tokoh. Di Majlis Tokoh inilah K.H. Ahmad Lutfi Fathullah mulai bergabung. Ini terjadi di tahun 2016.
Majlis Tokoh sangat intens mengadakan pertemuan. Hampir setiap minggu kami meeting, membahas perkembangan, khususnya dakwah, sosial dan politik.
Seleksi sosial, di Majlis Tokoh ini, yang relatif punya waktu dan disiplin hadir sekitar 15 orang. Jumlah inilah yang konsisten ikut dalam setiap meeting.
Karena banyak tokoh yang sibuk dengan tanggung jawab perjuangan di ranahnya masing-masing, maka nama Majlis Tokoh disepakati untuk diubah menjadi Majlis Pelayan Jakarta (MPJ). Salah satu alasannya menghindari kesan adanya klaim mengatasnamakan para tokoh.
MPJ ini kemudian bermarkas di Rumah Kiai Lutfi Fathullah, yaitu Al-Mughni Jl. Gatot Soebroto.
2017, MPJ scope-nya diperluas. Bukan lagi hanya Jakarta, tapi Indonesia. Maka, MPJ diubah namanya menjadi MPI (Majlis Pelayan Indonesia).
MPJ dan MPI dikomandoi oleh Prof. Dr. Didin Hafiduddin, K.H Bachtiar Nasir dan Dr. Zaitun Rasmin.
2020, Covid datang. Dua tokoh MPI Allah panggil. Keduanya meninggal karena covid.
Pertama, Dr. Yasid (Mantan Direktur Pascasarjana STEI Tazkia Sentul). Dua hari sebelum Covid, Dr. Yasid makan siang dengan keluarga saya, istri dan semua anak-anak saya di RM. Apung Sentul. Sekitar seminggu kemudian Allah panggil. Allahu Yarham.
Kedua, K.H. Lutfi Fathullah. Pejuang dan pemilik rumah yang kami jadikan sebagai Markas MPI, sebelumnya MPJ dari tahun 2016. Tidak hanya rumah yang dijadikan markas, tapi juga snack, minum dan makan malam yang selalu tersaji di atas meja meeting.
Kami gak pernah lupa dengan menu-menu itu. Roti lapis, kurma Ajwa, pastel, kadang roti bungkus yang beliau bawa dari jemaah pengajian. Minumnya ada teh, kopi, madu dan susu dengan gula terpisah. Kadang ada teh zaitun. Makan malamnya paling sering adalah sate dan Gulai Gondrong. Semuanya Kiai Lutfi yang nyiapin.
Tak jarang Kiai Lutfi yang maksa buatin minum untuk kami semua. Sesekali ada juga yang lain membawa makanan dari luar. Yang paling sering bawa makanan adalah Dr. Yasid almarhum.
Di Markas inilah para tokoh seringkali berkumpul, dan melakukan pertemuan hingga larut malam. Kadang seminggu dua kali rapat. Bahkan kadang dua hari sekali. Cukup intens. Semua diskusi membahas soal keumatan.
Dari sini banyak sekali kenangan bersama Kiai Lutfi Fathullah. Kadang kalau rapat terlalu malam, saya tidur di markas. Pinggirkan kursi dan meja, gelar tikar, lalu tidur. Dr. Yasid (almarhum) pernah sekali nemeni saya tidur di sela-sela kursi dan meja rapat.
Kami sering pulang dari markas jam 01.00, kadang 02.00. Jika ngantuk di jalan, saya parkir mobil di pom bensin Fatmawati, buka kaca sedikit, lalu tidur. Kadang di pom bensin Cireunde. Kadang juga di depan MCD Ciputat.
Tiga tempat ini favorit bagi saya untuk parkir mobil dan melepas kantuk yang tak tertahan. Jelang Subuh, bangun langsung pulang.
Pernah sekali tidur di Pom Bensin Pamulang, gak jauh dari rumah. Karena sudah gak tahan, terpaksa harus parkir mobil dan tidur di situ.
Sesekali tidur di perempatan lampu merah Fatmawati arah Lebak Bulus. Memanfaatkan lampu merah beberapa menit. Ketika mobil belakang bunyi klakson, bangun, tanda lampu sudah hijau. Lalu melanjutkan perjalanan pulang.
Pernah sekali di depan Rumah Sakit Sariasih Ciputat, beberapa detik betul-betul dalam keadaan tidak sadar, sementara mobil masih berjalan. Karena pelan dan hanya beberapa detik, alhamdulillah tidak menimbulkan kecelakaan. Kejadiannya sekitar jam 01.30.
Ini semua terjadi ketika pulang meeting dari rumah Ustaz Lutfi Fathullah yang dijadikan Markas MPI.
Peran Markas MPI
Sandiaga Uno, yang sekarang dipercaya menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, datang ke Markas MPI ini sudah 17 kali.
Selain Sandiaga Uno, ada Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, Adhyaksa Dault, TGB, Presiden PKS, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ahmad Heriawan, Ustaz Yusuf Mansur, Mardani Ali Sera, Sekda DKI Syaefullah almarhum, Dedi Mizwar, sejumlah kepala daerah, dan banyak tokoh dan ulama yang pernah hadir di Markas MPI ini.
Eep Syaefullah Fatah juga sering sekali ikut hadir dalam acara di markas ini. Gubernur DKI, Anies Baswedan juga seringkali bersilaturahmi ke markas ini.
Jika kita bicara jasa perjuangan, Kiai Fathullah ini sulit dicari tandingannya. Ulama yang satu ini selain konsisten dalam perjuangan, orangnya tulus, jujur dan lurus. Yang pasti low profile, sederhana dan bersahaja. Ada hobi humornya juga. Semua hidupnya diabadikan untuk umat dan bangsa. Visi hidupnya adalah dakwah.
Orangnya tak pernah mengeluh. Pantang bicara tentang kepentingan duniawi. Kalau bicara duit, itu kaitannya dengan modal dakwah dan perjuangan. Tak lebih dari itu.
Terakhir kali beliau japri dan telepon saya sekitar sebulan lalu, minta saya untuk menghubungkan ke pesantren Sarang Rembang berkaitan dengan program tanaman Hidroponik Bazis DKI. Sudah saya komunikasikan ke pihak pesantren.
Sayang sekali, pukul 18.22 hari Ahad, 11 Juli 2021 Allah lebih dulu panggil Ketua Baznas Bazis DKI ini. Ulama ahli hadis ini menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang. Hanya sekitar satu jam setelah zoom dzikir dan doa bersama yang diikuti puluhan hingga ratusan tokoh dan ulama.
Selamat jalan sahabatku, teman seperjuanganku. Meski umat dan bangsa ini sangat kehilanganmu, Allah begitu sayang kepadamu.
Jakarta, 12 Juli 2021