Mudik

Mudik

mudik

Suaramuslim.net – Mudik merupakan tradisi kaum urban pulang menuju kampung halaman. Tradisi ini juga sebagai penghormatan kepada leluhur terutama kepada orang tua dan keluarga. Mudik mengandung arti kepulangan terhadap asal disertai penghormatan kepada sesuatu yang telah dianggap berjasa.

Tradisi mudik mengingatkan kita pada asal usul. Diharapkan dengan mengingat asal usul, kita mengetahui darimana kita berasal dan kemana akan kembali. Pulang ke kampung halaman merupakan pesan tersurat bahwa setiap manusia kelak akan kembali ke kampung asalnya.

Dengan pulang kampung kita bisa mengingat masa lalu, masa bersama kedua orang tua, bersama teman dan peristiwa sedih dan susah yang dilewati.

Kita bisa banyak belajar tentang beberapa hal yang berkaitan dengan masa lalu, serta bisa mengingatkan diri bahwa yang terjadi saat ini tidak bisa dilepaskan dari masa lalu yang kita alami. Akhirnya dengan pulang kampung, akan mengajarkan kepada kita untuk berhati-hati dan tidak boleh melupakan jasa masa lalu.

Pulang kampung sejatinya akan merangsang kembali alam bawah sadar kita tentang peristiwa masa lalu yang kita alami.

Kampung Halaman Manusia

Sesungguhnya semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Manusia diciptakan oleh Allah berasal dari tanah, maka akan kembali pula menjadi tanah.

Mudik yang sebenarnya bagi manusia adalah peristiwa kematian. Sehingga tradisi mudik sejatinya menyiratkan pesan sebuah peristiwa menuju kematian.

Menuju kampung halaman tentu membutuhkan persiapan dan perbekalan. Sebagaimana persiapan kita semua ketika akan mudik, kita tentu mempersiapkan bekal terbaik dan mempersiapkan sesempurna mungkin. Karena kita semua tak ingin perjalanan terhalang oleh hal-hal yang akan mengganggu perjalanan. Bekal terbaik bagi kita adalah mempersiapkan bekal secukup mungkin agar perjalanan kita lancar sampai ke tujuan.

Begitu juga bila kampung halaman berupa kematian, tentu pesan mudik mengajarkan kepada kita agar mempersiapkan bekal sebaik mungkin dan sesempurna mungkin dan yang terlebih adalah sudah cukupkah bekal kita menuju kematian.

Mempersiapkan Bekal

Perjalanan ke kampung halaman tentu butuh persiapan yang matang dan persiapannya panjang. Bekal yang kita bawa pun kelak adalah bekal yang cukup selama dalam perjalanan dan yang akan kita berikan pada handai taulan di kampung halaman. Itu artinya bekal yang kita siapkan bekal dalam sejumlah banyak.

Begitu juga mudik dalam terminologi kematian, apakah kita juga mempersiapkan sebaik dan sematang mungkin sebagaimana kita mudik ke kampung halaman? Sudah cukupkan kita persiapkan bekal yang kita bawa menuju kematian?

Persiapan bekal yang baik menuju kematian adalah bagaimana kita bisa dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya? Lalu ukuran perbuatan baik itu seperti apa? Allah menjelaskan dalam Al Quran sebaik-baik bekal adalah takwa. Takwa itu berarti melakukan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah.

Bagaimana ketentuan Allah tentang perilaku baik itu? Nabi membuat perumpamaan “sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya”.

Nah kawan, sudahkah hari-hari kita, kita warnai dengan kemanfaatan?

Kalau kita tidak bisa memberi maka janganlah kita mengambil, kalau kita tak bisa menasehati, maka janganlah memfitnah, kalau kita tak bisa jujur dengan diri dan orang lain, maka janganlah berbohong, kalau kita tidak bisa memperbaiki, maka janganlah merusak, kalau kita tak bisa bersatu maka janganlah menebar permusuhan. Setidaknya kalau kita tak mampu berbuat kebaikan, maka janganlah merusak.

Semoga Allah memberkahi hidup kita dengan perilaku bijak dan berkah. Amin.

*Surabaya, 10 Juni 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment