Muhasabah Wabah Corona dalam Surat Ibrahim

Muhasabah Wabah Corona dalam Surat Ibrahim

Terjemahan Al Quran ke Bahasa Afrika
Al Quran

Suaramuslim.net – Wabah virus corona atau yang sering disebut Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menjadi pandemi di berbagai belahan dunia. Beberapa negara dan kota memberlakukan lockdown dan warga diminta untuk mengisolasi diri di rumah. Ribuan korban berjatuhan, penyebarannya pun sangat cepat, seakan-akan corona menyisir kita semua.

Pada saat seperti ini #workfromhome dan #socialdistancing mari kita kembali pada petunjuk Allah. Di antaranya yang terdapat pada beberapa ayat di surat Ibrahim, sebagai berikut.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.

Ayat 5 dari surat Ibrahim ini mengandung pesan “wa dzakkirhum bi ayyamillah” ingatkan mereka, “hum” berarti semua manusia di setiap zaman termasuk yang kafir dan beriman. Dahulu pernah ada hari-hari Allah (ayyamillah). Hari terjadi peristiwa besar supaya menjadi pelajaran bagi umat kemudian.

Yaitu peristiwa saat Firaun melakukan kezaliman, penyiksaan, membunuh anak laki-laki yang lahir. Ujian ini sangat berat. Asal muasalnya ada pembisik, “Nanti akan lahir anak laki-laki dari Bani Israil yang akan menghancurkan kekuasaanmu.” Lalu Firaun berbuat kezaliman tersebut. Seperti Allah lanjutkan di ayat keenam.

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنْجَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu.”

Saudaraku, kalau dulu di zaman Firaun, semua anak laki-laki Bani Israil baru lahir disisir pasukan Firaun, ditungguin lahirnya dan langsung dibunuh, saat ini Covid-19 menyisir kita, tidak pandang siapa, kalau kena ya sudah. Bukan hanya orang yang buruk, yang baik pun kena.

Petunjuk Nabi saat terjadi wabah

Sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu anhu mati syahid karena wabah thaun. Siapa yang lebih saleh dari para sahabat? Kurang beriman apa mereka ini? Jangan bilang virus ini hanya kepada orang jahat.

Jangan katakan kita lebih takut kepada Allah dibanding corona. Nabi saja bersabda, jika kalian mendengar ada thaun di sebuah tempat, jangan engkau masuk. Dan jika wabah ini sudah menjalar di tempatmu, jangan keluar.

إذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأرْضٍ، فلاَ تَقْدمُوا عَلَيْهِ، وإذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا، فَلا تخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ

Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah engkau mendatanginya. Dan apabila terjadi wabah di suatu tempat dan engkau berada di tempat tersebut, maka janganlah engkau keluar karena lari darinya. (Al-Bukhari dan Muslim).

Ini perintah Nabi, siapa yang lebih kuat imannya dari Nabi? Beliau memberikan nasihat seperti ini agar tidak mendekati wabah. Masih kurang kuat apa iman Nabi?

Mengapa Nabi memberi nasihat seperti itu? Karena kalau masuk, engkau akan terkena. Sementara tujuan syariat adalah menjaga jiwa (hifzun nafs).

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri. (Al-Baqarah: 195).

Ini syariat Allah yang harus kita pertahankan, yaitu menjaga jiwa. Benar kita tahu keutamaan salat berjamaah di masjid, namun saat ini dianjurkan ulama untuk berjamaah di rumah untuk menghindari wabah. Meskipun ada takdir, kamu diam di rumah dan kena, ya bisa juga. Atau yang berkeliaran di luar rumah tidak kena, ya bisa juga. Namun ikhtiar kita adalah berdiam di rumah.

Nabi ditanya Aisyah tentang thaun. Kata Nabi, thaun ini adalah azab yang Allah kirim untuk siapa saja yang Allah ingin azab, dan di saat yang sama ini rahmat dari Allah bagi orang beriman. Mengapa? Karena kata Nabi, saat wabah melanda dan dia berada di rumah, sabar tidak keluar, dan mengharapkan ridha Allah, dia dapat pahala mati syahid, sekalipun masih hidup.

أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى مَنْ يشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللهُ تَعَالَى رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنينَ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ فِي الطَّاعُونِ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ

Sesungguhnya itu adalah azab yang Allah utus kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah menjadikannya rahmat untuk orang-orang yang beriman. Maka tidaklah seorang hamba tertimpa penyakit thaun kemudian ia tinggal di negerinya dengan bersabar dan ia mengetahui bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah tuliskan kepadanya kecuali ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid.” (Al-Bukhari).

Al-Hafiz Ibnu Hajar, pensyarah Sahih Al-Bukhari mengatakan, orang yang diam di rumah untuk melindungi diri dari wabah, dia menjaga dirinya dan menjaga orang lain agar tidak terkena wabah.

Saudaraku, peristiwa itu berulang, hanya aktor yang berbeda. Bentuk kezaliman selalu mengundang azab dari Allah. Ini yang Allah sebut dengan “wa dzakkirhum bi ayyamillah” ingatkan mereka dahulu pernah ada hari-hari Allah.

Petunjuk Al-Qur’an menghadapi wabah

Dalam ayat 5 surat Ibrahim ini Allah tutup dengan dua hal; sabar dan syukur.

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.

Sabar bagi masyarakat secara umum, diam di rumah, menaati Allah, baca Al-Qur’an, minta ampun, perbanyak ibadah. Ini kesempatan uzlah ruhiyah, dulu kerja sampai lupa keluarga dan anak, sekarang Allah beri waktu banyak bersama keluarga. Perbaiki hubungan dengan mereka.

Sabar menerima ujian ini. Jadi seharusnya semua orang beriman pada saat ini dalam kondisi prihatin, minta ampun kepada Allah.

Kedua; syukur. Mensyukuri nikmat Allah dengan ketaatan. Apapun yang terjadi semua dari Allah. Jika berupa kebaikan digunakan untuk ketaatan kepada Allah, jika keburukan dia bersabar untuk bertahan dalam kesulitan.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 155).

Ujian-ujian ketakutan itu semua akan terjadi. Yang kita rasakan saat ini semua sudah berjatuhan satu persatu karena Covid-19 bahkan para dokter dan tenaga medis. Ini mereka berjihad juga. Maka para dokter dan pejuang kemanusiaan, mereka bersabar dengan tugasnya, tidak menyerah walaupun banyak berjatuhan. Mereka bersyukur dengan mengamalkan ilmunya.

Dua posisi jihad melawan corona

Bedanya yang di rumah dengan para tenaga medis, mereka yang #dirumahaja ini qa’idun (berdiam diri). Mereka juga berjihad membantu agar tidak menjadi penyebab tersebarnya virus ini. Mungkin saja terlihat sehat tapi justru membawa virus dan ketika berinteraksi dengan orang lain malah orang lain yang kena.

Kalau karena dia orang lain mati, perhatikan dosanya, seakan-akan membunuh manusia semuanya.

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. (Al-Maidah: 32).

Penyebab korban lain berjatuhan, dia dapat dosa seperti membunuh semua manusia. Sehingga kita didorong untuk diam di rumah. Nabi saja, memilih menganjurkan diam dengan pahala besar, mati syahid.

Adapun dokter dan tenaga medis, mereka kategori yang kedua, orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa (mujahidun fi sabilillah bi amwalihim wa anfusihim). Tentu beda derajat dan pahala, sama-sama berjuang tapi beda pahala. Mereka juga mendapat pahala besar, mungkin dapat bahaya di garis depan karena berhadapan langsung dengan pasien dan virus, itu risiko perjuangan. Tapi lihat keutamaan yang Allah berikan.

وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32).

Tentang syukur Allah sebut di ayat ketujuh surat Ibrahim ini, kalau kamu bersyukur patuh kepada Allah, mensyukuri nasihat Nabi untuk diam di rumah, Allah akan tambah nikmat. Tapi kalau kamu ingkar, azab Allah sangat pedih.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7).

Apa akibatnya ketika semua manusia tidak mau diam di rumah? Tidak mengikuti nasihat Nabi? Pemerintah dan ulama sudah mengimbau, tetap ngeyel dan berpikir, “Aku hanya takut pada Allah.”

Apa yang akan terjadi? Rumah sakit tidak mampu menampung. Semakin bertambah orang yang mati karena virus ini bukan karena terinfeksi saja tapi karena tidak tertangani secara maksimal. Ini baru yang dirasakan di dunia, belum pula di akhirat.

Kembali pada Allah

Negeri ini dijaga Allah karena masih banyak orang berzikir. Tapi kita saksikan banyak juga koruptor, kezaliman, perzinaan, mabok, dan kebohongan. Ayolah hentikan, wahai saudaraku, jangan sampai melanjutkan dosa-dosa ini!

Ingat alam semesta ini ada yang punya. DIA punya aturan, Al-Qur’an dan Sunnah. Para ulama sudah menjelaskan supaya kembali kepada Allah. Ulama ini sayang kepada umat. Ayo sayangi ulama jangan musuhi mereka. Mari bergandengan tangan, selamatkan kemanusiaan di negeri ini.

Jangan sampai kita seperti ayat kesembilan surat Ibrahim, yang terjadi pada kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad dan Tsamud.

أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ ۛ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ ۛ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا اللَّهُ ۚ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ

Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya.”

Apa yang mereka alami ketika itu? Datang para rasul membawa mukjizat, mereka tolak. Kalau sekarang kan tidak ada Nabi, tapi pewarisnya adalah para ulama, memberi nasihat kepada umat, malah mereka dimusuhi. Ulama dituduh dengan kata kasar dan macam-macam yang meremehkan.

Ayo kita berjuang mengingatkan umat agar tidak mengulangi lagi yang dilakukan umat terdahulu. Makanya surat ini Allah buka dengan pemberitahuan bahwa Al-Qur’an itu sebagai panduan.

الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 1).

Kegagalan adalah kegelapan dan kesuksesan adalah cahaya. Petunjuk jelas dari Allah, tidak ada bimbingan yang paling benar selain dari Allah dan semua orang pasti ingin bahagia.

Orang yang hidup dalam cahaya, dia tahu ini halal ini haram. Sebagai muslim, hidup jangan seperti orang bingung, doyan korupsi, suap, bohong, menipu. Kok tidak takut sama Allah? Disangkanya Allah diam dan membiarkannya. Jangan diukur, “Aku kan aman-aman saja sampai sekarang meskipun berbuat zalim.”

Jangan sangka kalau berbuat zalim dan aman di dunia, aman juga di akhirnya. Itu bukan aman tapi persiapan menuju neraka, Allah biarkan supaya dosanya numpuk-numpuk. Istidraj!

Allah memastikan, dia pemilik langit dan bumi, jangan merasa sok kaya, berkuasa, sok hebat. Pemilik alam semesta ini hanya Allah. Lihat ayat dua surat Ibrahim.

اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ

Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.

Siapa yang akan mendapat siksaan pedih? Yaitu orang yang ingkar kepada Allah. Cirinya gampang, ada tiga.

  • Mengutamakan kepentingan dunia dan tidak peduli orang lain mati atau terzalimi karena kepentingannya.
  • Menghalangi perjuangan orang dari menaati Allah.
  • Berusaha menyimpangkan orang dari kebenaran supaya mengikuti keburukan.

الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ

(Yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (Ibrahim: 3).

Kerusakan di muka bumi ini karena perbuatan manusia, sesuai dengan izin-Nya. Jika Allah tidak takdirkan, maka tidak terjadi. Entah wabah corona ini rekayasa atau tidak, karena ini sudah terjadi, maka inilah takdir Allah. Dan kita mengikuti teladan sahabat Umar bin Khattab, “lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lebih baik.”

Selasa 24 Maret 2020.

Kajian online Dr. Amir Faishol Fath, MA. Dai dan ahli tafsir Al-Qur’an di Indonesia, pendiri Yayasan Fath Qur’ani Center dan Lembaga Darut Tafsir Fath Institute.

Kajian online ini diikuti 61 orang peserta dari jemaah Masjid Al Fattaah Delta Tama Delta Sari Baru Sidoarjo, Griya Al Qur’an, Radio Suara Muslim, YDSF Jakarta dan jemaah mandiri dari Surabaya, Sidoarjo, Kediri, Kalimantan, Jakarta serta Singapura.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment