KH. Ahmad Dahlan, Musibah, dan Kepemimpinan

KH. Ahmad Dahlan, Musibah, dan Kepemimpinan

Musibah dan Pentingnya Kepedulian Pemimpin
ilustrasi setelah gempa yang terjadi di JawaTimur dan Bali, tepatnya di Sumenep Foto: Dok. Istimewa

Suaramuslim.net – Perhatikan alam dan bangsamu. Jika di suatu bangsa yang beriman, dan mereka mengaku sebagai pemimpin yang baik, namun jika terjadi kerusakan akibat bencana alam yang berturut-turut maka itu pertanda rusak pemimpinmu. Jika rusak pemimpinmu maka rusaklah tatanan masyarakatmu. Mereka saling memfitnah, saling menghujat, saling mencela tak bisa terhindarkan. Di saat itu Allah memberi peringatan bagimu dengan musibah yang tiada henti” (KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah)

Pemimpin : Sebuah Cerminan Rakyat

Ungkapan pendiri Muhammadiyah sangat lugas dalam menggambarkan situasi dan kondisi sosial masyarakat dengan melihat kondisi alam semesta dan kepemimpinan suatu bangsa. Keberpihakannya dalam membela kebenaran dan harapan lahirnya pemimpin yang agung demikian besar. Hal ini bisa dilihat dari empat fenomena yang muncul:

Pertama, mengaku baik tapi kerusakan muncul dimana-dimana. Hal ini tercermin dari ungkapannya yang menunjuk pada situasi dimana suatu bangsa yang memiliki pemimpin mengaku beriman, namun di dalamnya terdapat berbagai kerusakan. Kerusakan itu baik dalam konteks  tatanan sosial maupun tatanan moral. Disini pertanda ada yang salah dalam kepemimpinannya.

Kedua, bencana alam berturut-turut. Bencana alam yang terjadi dimana-mana menunjukkan lemahnya aturan dan pengelolaan suatu sumber daya. Sumber daya alam dengan berbagai kekayaan tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan alam tidak memperhatikan baik buruk atau halal-haram.

Pengelolaan pantai, gunung, atau tempat wisata dikelola hanya untuk mendatangkan devisa atau uang, tanpa memperhatikan norma dan agama. Sehingga masyarakat diberi kebebasan untuk membesar pendapatan. Menghalalkan segala cara dibenarkan tanpa memperhatikan efek kerusakan yang ditimbulkan. Pakaian setengah telanjang, tumbuh berkembangnya seks, berkumpulnya komunitas LGBT, pesta mabuk-mabukan, dan perjudian terjadi di tempat-tempat wisata, tanpa ada aturan yang melarangnya. Bahkan muncul tradisi-tradisi persembahan kepada makhluk halus atau setan, yang dikemas untuk menghidupkan dan mempromosikan budaya lokal, dilegalkan oleh pemimpin lokal. Munculnya gempa dan tsunami tidak lepas dari kemaksiatan dimana dan terjadi pembiaran.

Ketiga, masyarakatnya terjadi konflik. Antar komponen masyarakat seolah tidak bisa membangun kebersamaan. Di antara komponen masyarakat terjadi saling memfitnah, saling menghujat, saling mencela. Apalagi menjelang pemilihan presiden, berbagai level sosial terjadi saling mendakwa dan saling hujat. Satu pihak mendukung calon pemimpin yang digadang-gadang dengan menghujat calon pemimpin lawan. Begitu pula sebaliknya, pihak yang lain membesar-besarkan presiden calon pemimpinnya dan merendahkan pemimpin lainnya. Mereka tidak lagi melihat kesamaan sebagai anak bangsa, atau sesama agama sehingga tejadi konflik yang sulit dicari titik temunya. Mereka tidak lagi peduli terhadap persoalan bangsa, tetapi justru ingin membunuh potensi anak bangsa karena perbedaan pilihan politik.

Keempat, terjadi musibah tanpa henti. Satu musibah terjadi demikian dahsyat sehingga merusak fasilitas dan properti masyarakat. Bencana belum usai penanganannya, muncul musibah lain yang lebih dahsyat. Gempa Lombok demikian dahsyat sehingga merusak bangunan dan rumah serta fasilitas-fasilitas umum. Namun musibah lain menyusul dengan kedahsyatan yang lebih besar, yakni gempa dan tsunami Palu dan Donggala. Seolah musibah tiada henti dengan munculnya gempa-gempa di berbagai belahan bumi lainnya. Belum lagi terjadi kejahatan massal pasca musibah, seperti penjarahan dan rela membunuh orang lain demi mendapatkan harta atau benda jarahan sebagaimana terjadi di Palu pasca bencana.

Kepemimpinan Yang Mengadakan Perbaikan

Saat ini dibutuhkan pemimpin yang tanggap terhadap persoalan yang menimpa bangsanya. Bukan pemimpin yang sibuk dengan membangun pencitraan guna mempertahankan kekuasaan. Fenomena BBM naik hingga masyarakat tak berdaya menolaknya, atau penjarahan yang dibenarkan tanpa ada penjagaan atau sanksi terhadap pelakunya merupakan tanda lemahnya pemimpin. Masyarakat seolah tidak mampu melindungi diri karena lepasnya kontrol atau kendali kepemimpinan sehingga tak bisa menjamin keselamatan warga. Petugas keamanan seolah tak kuasa bergerak dan tak ada dorongan dari pemimpin untuk menjaga stabilitas keamanan.

Situasi sosial masyarakat yang saling fitnah dan saling hujat semakin membuat kondisi masyarakat semakin kacau, sehingga penanganan persoalan tidak segera teratasi. Ketika situasi ini terus berlanjut, maka akan datang musibah yang lebih dahsyat lagi yakni ketika masyarakat tidak lagi percaya efektivitas suatu kepemimpinan. Di saat pelanggaran atau kemaksiatan terjadi tanpa kendali maka tencana Tuhan untuk semakin membuat bangsa ini sulit mengenali akar persoalannya.  Sehingga penyebab bencana tidak pernah dihilangkan tetapi justru dibiarkan berulang. Ketika norma sosial dan norma agama dilanggar dan tak ada tindakan, dan pada saat yang sama kemaksiatan tidak segera dibatasi atau dibatasi ruang geraknya, maka tidak salah bila muncul bencana-bencana secara berulang.

Peringatan KH Ahmad Dahlan patut direnungkan bahwa kondisi alam dan bangsa berakar dari kepemimpinan. Ketika kepemimpinan itu baik dan berupaya untuk melakukan perbaikan, maka kondisi alam dan bangsa ini akan baik. Sebaliknya, ketika kepemimpinan ini buruk dan tidak serius dalam mengelola potensi bangsa. Bahkan terjadi pembiaran terhadap penyimpangan dan pelanggaran norma dan aturan, maka tidak salah apabila Tuhan menimpakan berbagai bencana yang tiada henti. Kita terus berupaya dan berdoa agar lahir pemimpin yang berdiri di depan untuk menciptakan perbaikan sehingga tercipta alam dan kondisi bangsa yang stabil dan aman.*

Kontributor: Dr Slamet Muliono*
Editor: Oki Aryono

*Surabaya, 13 Oktober 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment