Nabi Muhammad, Teladan Abadi bagi Pebisnis Zaman Now

Nabi Muhammad, Teladan Abadi bagi Pebisnis Zaman Now

Nabi Muhammad, Teladan Abadi bagi Pebisnis Zaman Now
Ilustrasi pebisnis startup (Foto: Unsplash)

Suaramuslim.net – Allah berfirman;

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu mudah dijelajahi, maka jelajahilah segala penjurunya dan makanlah dari rezeki yang dikaruniakan oleh Allah dan ingatlah kepada Allah tempat kembali kamu dibangkitkan” (Al Mulk: 15).

Ayat tersebut memberikan petunjuk kepada kita bahwa bumi ini dibuat tunduk dan patuh serta mudah untuk dilewati, digali, ditanami, dan didirikan bangunan di atasnya.

Allah tidak menjadikan bumi itu sulit dan tidak mungkin, bagi siapa yang hendak melakukan semua itu terhadapnya.

Di ayat tersebut juga disebut مناكب / tempat-tempat yang tinggi, seolah Allah memberikan sinyal kepada kita;

1. Kalau di tempat tinggi kita bisa berusaha, mestinya di tempat yang rendah akan lebih mudah.

2. Berusaha di mana saja di bumi ini, adalah bagian dari keberkahan Allah.

3. Bekerja dengan berbagai bentuknya, adalah merupakan syariat yang diperintahkan Allah jika ingin berharap rida-Nya. Dan di antara bentuk kerja adalah berbisnis atau berdagang.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إن أطيب الكسب كسب التجار الذي إذا حدثوا لم يكذبوا و إذا ائتمنوا لم يخونوا و إذا وعدوا لم يخلفوا و إذا اشتروا لم يذموا و إذا باعوا لم يطروا و إذا كان عليهم لم يمطلوا و إذا كان لهم لم يعسروا).

“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, Bab Hifzhu Al-Lisan IV/221).

Nabi Muhammad telah memberikan teladan kepada kita bagaimana berbisnis yang baik.

Nabi di antara Budaya Perdagangan Arab

Hasyim bin Abdul Manaf membuka pintu seluas-luasnya untuk jalur perdagangan Utara (Syam) dan Selatan (Yaman). Sehingga jalur segitiga emas (Mekkah – Syam – Yaman) itu menjadi jalur padat ekspedisi dagang orang Arab.

Itulah yang disebut Al Quran dalam surat Al Quraisy.

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS Quraisy: 1-4).

Syam itu sekarang meliputi Yordania, Palestina, Siria dan Lebanon. Ketika di Makkah musim panas, di daerah Syam musim sejuk dan Yaman yang meliputi negara Yaman dan Ethiopia saat ini masuk musim panas ketika di Makkah dingin.

Karena itu pada diri Nabi Muhammad telah mendarah daging karakter kerja kerasnya, ini dimulai sejak;

1. Usia 7 tahun menjadi pengembala, dan itu dilakukan sampai usia 12 tahun.

Sebagaimana hampir semua Nabi adalah pengembala.

Dalam mengembala itu ada 5 manfaat yang akan membentuk leadership pada jiwa Nabi Muhammad.

a. PATH FINDING; mencari padang ilalang untuk pengembalaan.

b. DIRECTING; mengarahkan dan menggiring ternak kepada ilalang yang subur.

c. CONTROLING; pengawasan terhadap ternak-ternak, agar tidak terpisah atau hilang.

d. PROTECTING: melindungi hewan ternak dari pemangsa dan pencuri.

e. REFLECTING; perenungan tentang kehidupan, dari mana berasal dan ke mana setelah hidup.

2. Pada usia 12 tahun Nabi sudah berdagang ke Syam, diajak pamannya Abu Thalib, inilah masa magang (internship) bagi beliau.

3. Pada usia 17 tahun beliau sudah membuka usaha sendiri dan banyak yang berinvestasi.

Inilah masa bussines managing dan invesment manager bagi beliau.

4. Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwalid. Inilah tahapan bagi beliau sebagai bussines owner (pemilik bisnis).

5. Dan ketika usia beliau memasuki 37 tahunan, Nabi sudah masuk sebagai investor dan mencapai fase financial freedom. Sehingga banyak waktu untuk berkontemplasi, inilah yang mendasarinya selalu bertahannus (menyendiri memikirkan masyarakat jahiliyah) di Gua Hira’ hingga mendapat wahyu pada usia 40 tahun.

Bandingkan dengan pebisnis modern, di mana kebiasaan setelah mencapai tahap bisnis owner/investor, mereka lebih fokus kepada sosial keagamaan atau politik, dan melepaskan diri dari semua bisnisnya.

Contohnya; yang muda dan sukses Sandiaga Uno, Chaerul Tanjung dan lainnya.

So… Nabi Muhammad telah berbisnis selama kurun waktu pada usia 12 tahun-37 tahun, itu selama 25 tahun.

Bandingkan dengan beliau menjadi Nabi selama 23 tahun. Artinya, berdagang atau berbisnis yang digelutinya masih lebih lama dari masa kenabian itu sendiri. Inilah spirit luar biasa bagi para pebisnis.

Teladan dari Nabi bagi Pebisnis

Apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan bisnis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Sudah tentu, di samping spirit berdagangnya juga akhlak dalam berdagang atau berbisnis bisa menjadi teladan abadi bagi para pebisnis zaman now, di antaranya sebagai berikut ini;

1. Keyakinan Kepada Allah sebagai Pemberi Rezeki

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ

“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS Saba: 24).

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ

“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS An Nahl: 71).

2. Kejujuran

Pedagang itu banyak, namun pedagang yang jujur?

Jujur dalam berdagang adalah tantangan yang luar biasa bagi seorang muslim yang terjun dalam dunia bisnis ini.

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا».

“Dua orang (dalam) transaksi jual beli dalam masa penangguhan selama mereka berdua belum berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, niscaya diberkahi bagi keduanya di dalam jual beli keduanya, jika mereka berdua berdusta dan menyembunyikan, niscaya dihancurkan berkah transaksi jual beli mereka berdua.” (HR Muslim)

التاجر الصدوق الأمين مع النبيين والصديقين والشهداء

“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi, Kitab Al-Buyu’ Bab Ma Ja-a Fit Tijaroti No. 1130).

من غشنا فليس منا

“Barang siapa yang menipu kita, maka ia tidak termasuk umat kami.”

3. Bertransaksi Halal

Hindari MAGHRIB (Maisir, Gharar dan Riba serta Bathil)

4. Menghormati Kesepakatan

Allah berfirman yang artinya;
“Hai orang-orang beriman, penuhilah janji-janji.” (Al-Maidah: 1).

5. Bersemangat dalam Bekerja

عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال : إِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ لَذُنُوْبًا لاَ تُكَفِّرُهَا الصَّلاةُ وَلاَ الصِّياَمُ وَلاَ الْحَجُ وَلاَ الْعُمْرَةُ، قَالَ وَمَا تُكَفِّرُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ الْهُمُوْمُ فِيْ طَلَبِ الْمَعِيْشَةِ (رواه الطبراني في الأوسط)

“Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan salat, puasa, haji dan juga umrah.” Seorang sahabat bertanya, “Apa yang bisa menghapuskan dosa tersebut wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Semangat dalam mencari rizki.” (HR. Thabrani dalam kitab al-Ausath).

Renungi hadis di bawah ini;

ان هذا المال خضر حلو فمن اخذه بسخاوة نفس بورك له فيه و من اخذه بإشراف نفس لم يبارك له فيه كان كالذي يأكل و لا يشبع

“Sesungguhnya harta itu hijau dan lezat, maka barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang mulia maka ia akan mendapatkan keberkahannya, dan barang siapa yang mengambilnya dengan ketamakan maka ia tidak diberkahi dan bagaikan orang yang makan tapi selalu lapar” (HR al Bukhari).

Wallahu A’lam

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment