Suaramuslim.net – Salah satu sifat dasar manusia adalah setiap orang senang dan suka diperhatikan. Sifat ini melekat pada diri setiap kita. Apabila hal ini terpenuhi maka akan menjadikan seseorang merasa puas dalam interaksi.
Sebagai bukti, pada saat kita sedang berfoto bersama, foto siapakah yang akan kita cari dan lihat pertama kali? Maka pastilah foto diri kita sendiri. Hal ini menandakan bahwa setiap kita ingin sekali diperhatikan. Karena memang demikianlah sifat dasar manusia.
Rasulullah saw adalah seorang yang sangat perhatian pada siapa saja. Bahkan secara simbolik beliau selalu menghadap pada jemaah setiap beliau selesai mengimami salat untuk mengetahui keadaan para sahabatnya, siapa yang tidak hadir berjamaah. Jika ternyata ada yang tidak hadir maka Rasulullah akan menanyakan kepada para sahabatnya tentang keadaan mereka.
Hal demikian menunjukkan besarnya perhatian Rasulullah terhadap orang lain. Pernah pada suatu ketika terdapat salah seorang sahabat wanita yang punya kebiasaan menyapu masjid tidak hadir berjamaah seperti biasanya dan dikabarkan meninggal dunia, sedangkan Rasulullah saw tidak mengetahuinya, bersabdalah Rasulullah kepada para sahabatnya:
“Kalian telah mengecewakan aku, kenapa kalian tidak memberitahu kepadaku sehingga tidak sempat aku menyalatinya. Tunjukkan segera kuburannya.”
Maka Rasulullah segera menuju kuburannya dan salat mayat di sana. Demikianlah contoh rasa perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terhadap para sahabatnya sehingga beliau sangat dihormati dan sangat dicintai para sahabatnya.
Nggatekno uwong, memperhatikan dan peduli pada orang lain dapat dilakukan dengan cara selalu menghadirkan perasaan tentang adanya orang lain dalam diri kita, selalu menanyakan keberadaannya, mempedulikan keadaannya, mendahului mengucapkan salam pada orang lain, tersenyum dan berwajah ceria (sumringah) di saat bertemu dengan orang lain, mengambil inisiatif untuk berbuat kebaikan, mendahului berjabat tangan untuk mengenalkan diri kepada orang lain.
Semua sikap ini adalah tanda bahwa kita peduli dengan keberadaan orang lain, nggatekno uwong.
Termasuk dalam sikap nggatekno uwong adalah bersedia mengetahui keadaan orang lain lalu membantunya tanpa harus diminta. Berusaha mengetahui kebutuhan orang lain dengan maksud agar bisa membantu mereka dan meringankan beban urusannya.
Demikian pula, mampu bersikap antusias terhadap orang lain dalam setiap interaksi. Bentuk antusiasme ini tampak pada wajah yang selalu ceria, tersenyum dan ramah pada saat melakukan interaksi.
Ibarat seseorang yang sedang kedatangan tamu, maka nggatekno uwong ini tampak pada suatu sikap yang terangkum dalam sebuah ungkapan (Jawa) “gupuh, lungguh, suguh” artinya secara harfiah yaitu: antusias menerima mempersilakan duduk dan menyuguhkan makanan.
Gupuh artinya sikap hangat menerima dengan penuh antusias. Lungguh artinya mempersilakan orang lain (tamu) untuk duduk di tempat terhormat yang sudah disediakan. Suguh artinya memberikan suguhan dengan cara yang sopan dan ramah serta memberikan suguhan yang terbaik sebagai bentuk penghormatan terhadap orang lain (tamu).
Sikap di atas diyakini mampu menghadirkan perasaan diorangkan oleh orang lain. Ketiga konsep tersebut merujuk kepada satu sikap antusiasme yang merupakan bentuk perhatian dan kepedulian kepada orang lain.
Manakala orang lain telah mendapatkan perhatian secara antusias, tentu akan berdampak pada perasaan senang, bahagia dan terpenuhi kebutuhan dirinya, yaitu berupa diperhatikan dan dipedulikan, yang pada akhirnya akan melahirkan hubungan yang semakin dekat dan harmonis.
Perhatian dan kepedulian terhadap orang lain ini akan menunjukkan kemuliaan seseorang, karena tidak ada orang yang mulia, kecuali ia memuliakan orang lain. Sehingga orang yang suka nggatekno uwong, maka sejatinya ia adalah orang yang mulia dan kelak layak mendapatkan kemuliaan pula.
Sementara di kehidupan dunia, akan diganjar dengan kehidupan interaksi sosial yang harmonis. Kehidupan yang harmonis inilah yang akan menciptakan realitas masyarakat yang guyub rukun dan sejahtera.