Nguwongno Uwong: Sebuah Konsep Kecerdasan Komunikasi

Nguwongno Uwong: Sebuah Konsep Kecerdasan Komunikasi

Inilah Jalan Bahagia
Emotikon senyum

Suaramuslim.net – Cerdas berkomunikasi tidak harus menjadi sarjana komunikasi. Bahkan seorang lulusan jurusan komunikasi bisa jadi tidak menjamin dirinya pandai berkomunikasi.

Cara seseorang berkomunikasi menunjukkan kualitas yang ada di dalam dirinya, sebaliknya kualitas diri seseorang tercermin pada bagaimana dia berkomunikasi dengan orang lain.

Kesimpulan ini mungkin dianggap terlalu sederhana tapi patut diketahui bahwa lisan adalah jendela pikiran sehingga apa yang dikeluarkan dari lisannya berupa ucapan ataupun tindakan hal itu menjelaskan secara utuh apa yang ada dan memenuhi pikirannya.

Dari apa yang dikeluarkan melalui ucapan dan tindakan itulah orang akan menilai tentang orang lain dan kualitas dirinya.

Kecerdasan komunikasi tidak selalu berkorelasi dengan tingkat pendidikan ataupun gelar akademik karena komunikasi yang manusiawi hanya dapat diperoleh melalui kesediaan menghidupkan hati dalam setiap interaksi.

Terdapat rumus komunikasi yang manusiawi dikonseptualisasi dengan baik oleh KH. Ihya Ulumiddin dengan sebuah pernyataan, “Dadi uwong iku kudhu iso: nguwongno uwong, nyenengno uwong, nggatekno uwong, ora nggelakno uwong.” (Jadi orang itu harus bisa: memuliakan orang, menyenangkan orang, perhatian pada orang, tidak mengecewakan orang).

1. Nguwongno uwong

Memuliakan orang artinya melakukan suatu tindakan komunikasi yang bisa membuat orang merasa dimuliakan. Salah satu sifat dasar manusia adalah setiap orang senang dipuji dan setiap orang senang dianggap baik.

Sifat dasar ini pasti dimiliki oleh setiap orang yaitu seseorang akan selalu mempersepsikan dirinya sebagai orang baik. Seseorang yang nyata-nyata dirinya suka mencuri tidak akan pernah mau dipanggil atau disebut sebagai pencuri di hadapan orang banyak (publik), karena hal demikian dianggap dapat merendahkan dirinya. Setiap orang tidak ingin “kehilangan muka” di hadapan orang lain.

Konsep kehilangan muka menunjukkan bahwa setiap orang merasa memiliki “harga diri” dan mereka rela mempertaruhkan apapun alasan harga diri itu.

Seseorang yang mampu menjaga kehormatan orang lain serta mampu meletakkan harga diri orang di posisi yang tepat sewajarnya bahkan melebihi dari ekspektasinya maka tentu akan dipersepsi oleh orang lain sebagai orang yang bisa nguwongno uwong atau memuliakan orang lain.

Termasuk dalam tindakan nguwongno uwong adalah tidak mudah mengkritik atau menyalahkan orang lain secara terbuka di hadapan publik, tidak mudah memarahi orang lain atas kesalahannya yang sepele, menggunakan bahasa yang santun dalam mengingatkan orang lain.

2. Nyenengno uwong

Berarti selalu berupaya membuat orang lain yang berinteraksi dengannya bahagia dan senang. Setiap sikap, tindakan, dan ucapannya, baik berupa pilihan kata (pesan) mampu membuat orang lain merasa nyaman dan senang berinteraksi dengannya, bahkan semua orang merasa dirinya sebagai terdekat.

Termasuk menyenangkan orang adalah selalu berupaya mewujudkan keinginan orang lain dan melebihi dari harapannya. Menampilkan wajah yang selalu ramah dengan tersenyum bahagia untuk membuat orang lain merasa diterima keberadaannya. Tidak menolak undangan ataupun ajakan dari orang lain selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan.

3. Nggatekno uwong

Yaitu selalu memberikan perhatian kepada orang lain, karena dia sadar bahwa sifat dasar dari manusia adalah suka diperhatikan.

Bentuk perhatian adalah dengan selalu mengingatnya, menyebut namanya, ataupun pula menghadiri setiap undangannya jika diundang, memberikan hadiah, mendoakan serta peduli pada hal-hal kecil dari peristiwa yang terjadi pada orang lain, serta mengingat-ingat peristiwa di masa lalu yang mungkin terkesan sepele namun memberikan sentuhan emosional pada orang lain.

4. Ora nggelakno uwong

Berupaya untuk tidak mengecewakan, membuat sakit hati dan tersinggung orang lain, atas ucapan ataupun tindakan-tindakannya, sehingga seseorang haruslah berupaya memilih kata-kata yang tepat, ramah dan santun, serta berpikir sebelum bertindak agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

Mereka adalah orang yang lebih mendahulukan hati dalam berkomunikasi sehingga setiap produksi pesan direnungkan dengan baik.

Bukan seseorang yang berucap dan bertindak yang selalu menyakiti orang lain dengan gaya komunikasi penuh teror, pressure, serta merendahkan orang lain, menandakan dirinya sebagai seorang egois yang tidak mau tahu orang lain.

Nilai-nilai di atas selayaknya menjadi landasan sikap bagi siapa pun terlebih lagi bagi seorang pemimpin (setiap orang adalah pemimpin). Dengan sebuah keyakinan bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kemampuan menyusun dan menjalankan program namun pula terletak pada kecerdasan berkomunikasi dengan semua anggota organisasi.

Nilai-nilai di atas sejalan dengan konsep “pemimpin sebagai pelayan dari mereka yang dipimpinnya”, sayyidul qaum khaadimuhum.

Anda ingin jadi pemimpin? Uwongno uwong, muliakan orang!!

26 Juni 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment