Nikmat Berpuasa 15 Jam di Taiwan

Nikmat Berpuasa 15 Jam di Taiwan

Nikmat Berpuasa 15 Jam di Taiwan

Suaramuslim.net – Ramadhan di Taiwan memiliki kisah tersendiri bagi para penganut agama Islam, termasuk bagi para pendatang yang merasakan pertama kali berpuasa di negeri minoritas muslim ini. Seperti yang dikisahkan Musa Beryl Haq pelajar di San Sin Jia Shang asal Indonesia kepada Suaramuslim.net.

Umat muslim di Taiwan berkisar 0,2 persen atau 50-60 ribu dari total penduduk lebih dari 23 juta jiwa. Kebanyakan justru berasal dari pendatang, yaitu pekerja muslim dari Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Bagi Beryl (sapaan akrab) Ramadhan di Taiwan sangat berbeda dengan di Indonesia. Ramadhan di Indonesia disemarakkan di berbagai daerah, disambut, diucapkan, dan saling mengingatkan. Namun, di Taiwan hal seperti itu hanya dilakukan di komunitas kecil Islam, atau hanya menyemarakkan di masjid-masjid.

Masjid di Taiwan diantaranya adalah Masjid Kaohsiung, Masjid Kebudayaan Taipei, Masjid Taichung, Masjid Longgang, Masjid Tainan, Masjid At-Taqwa, dan yang terbesar yakni Masjid Taipei.

Pemerintah Taiwan sangat welcome dengan perkembangan muslim di Taiwan, bahkan untuk mendukung program ini pemerintahan membangun halal center yang diperuntukkan bagi umat muslim.

Beryl menyebut Ramadhan di Taiwan waktu puasanya sekitar 15,5 Jam dan pelaksanaan shalat wajib maupun berbuka, sahurnya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia.

“Mungkin yang sulit disini ketika waktu shalat tarawih, karena masjidnya jauh dan waktunya sekolah jadi biasanya shalat di rumah”, terang Beryl.

“Masyarakat Taiwan meski mayoritasnya non muslim, tapi sangat menghargai dan saling menjaga. Jarang terdapat konflik dan mempermasalahkan agama. Jadi orang-orang muslim berdampingan baik dengan agama lain”, ujarnya.

Pelajar yang kini duduk di sekolah menengah kejuruan ini, terkadang merasakan kesulitan saat awal-awal bulan puasa apalagi beberapa kali merasakan rindu dengan kampung halaman.

“Kalau saya rindu, saya telpon orang tua di Indonesia”, ucap Beryl.

Beryl sendiri mengambil fokus kuliner karena bakat dan peran orang tua di Indonesia. Saat ditanya terkait bahan yang tidak halal, bagaimana?

“Di sini ada pengelolanya, jadi kita tahu mana resep yang halal dan mana resep yang haram bagi umat muslim”, jawab alumni Sekolah Insan Alam Mulia Surabaya ini.

Reporter: Teguh Imami
Editor: 
Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment