Suaramuslim.net – Kita merasakan kondisi umat Islam pada saat ini sangat lemah. Kita sangat prihatin karena banyak sekali dari kita yang terpecah belah; banyak sekali dilecehkan dan diremehkan oleh kawan dan lawan. Dunia Islam sekarang hampir nyaris porak poranda, tidak ada yang bisa dibanggakan.
Tetapi saudaraku, dahulu umat Islam pernah mengalami kondisi yang bahkan lebih buruk dari yang kita alami saat ini. Mereka lemah, mereka terpecah belah. Saudara bisa baca sejarah bagaimana bangsa Mongol dapat mencabik-cabik dan menguasai dunia Islam. Bagaimana sikap para raja dan sultan kala itu. Saudara bisa baca kebangkitan dan kejatuhan Andalusia yang begitu banyak ‘ibrah dan pelajarannya. Saudara bisa baca sejarah Perang Salib. Bagaimana jatuhnya kaum muslimin dan bagaimana proses kebangkitannya dan kemenangannya dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudara, kita harus bangkit dan jangan pesimis, karena kebenaran selalu akan menang, kebenaran selalu akan mulia.
Siapa yang menyangka, dahulu 70 orang qadhi atau hakim pernah memfatwakan eksekusi mati kepada Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yaitu Imam Ahmad Ibnu Hanbal. Tapi apa yang terjadi, Imam Ahmad namanya tetap bersinar sampai saat ini. Dan 70 orang hakim yang memfatwakan eksekusi mati itu sama sekali tidak dikenal oleh sejarah dan dicampakkan oleh sejarah kita.
Saudara, bangkitlah! Dan jangan putus asa!
Pada tahun 70-an di dunia Islam ini fenomena jilbab sangat-sangat jarang. Di Cairo University di Mesir waktu itu di akhir tahun 60-an baru ada satu orang yang berjilbab yaitu Aminah Quthb. Juga di universitas-universitas di Maroko hanya satu dua mahasiswi yang berjilbab. Hal itu menjadi cemooh dan pelecehan dosen-dosen dan para mahasiswa. Demikian pula di Indonesia, di universitas-universitas besar di Indonesia hanya ada segelintir wanita mahasiswi yang berjilbab. Tetapi kemudian pada tahun 90-an apalagi pada tahun 2000-an, itu sekarang di perguruan-perguruan tinggi kita di seluruh dunia Islam bukan hanya jilbab yang menjadi sesuatu yang minoritas tetapi menjadi lautan jilbab.
Saudaraku yang dirahmati Allah.
Cobaan, ujian adalah sunnatullah. Untuk apa? Liyamiizal khabiitsa minath thayyib. Untuk Allah pisahkan mana yang kualitas imannya bagus dan mana yang kualitas imannya buruk.
Dahulu penjajah kaum kolonial, mereka menguasai sebagian besar wilayah dunia Islam. Mereka ingin memisahkan umat Islam dari agamanya, dari penerapan syariat-Nya, dari sunnah Nabi-Nya, tetapi mereka gagal dan rencana mereka berantakan.
Bagaimana pada saat ini saudara? Ketika Barat dan Timur yang mulhid, yang musyrik, yang kufur kepada Allah bersatu dan berkonspirasi untuk menghancurkan umat Muslimin di Palestina, Syam, Irak dan lain sebagainya. Ini bukanlah akhir dari perjalanan dan tidak akan menyebabkan umat ini mati. Tetapi ini adalah suatu jalan yang pasti akan menuju kepada kesempurnaan kemenangan dari Allah. Karena di setiap terowongan pasti ada lorong yang terang. Di setiap malam yang gelap akan datang waktu fajar.
Saudara yang dirahmati Allah.
Siapa yang dapat menyangka bahwa umat Islam ini dahulu lemah, tapi kemudian Allah munculkan umat-Nya yang siap untuk menerima kemenangan dan kejayaan. Maka itu, kita renungi firman Allah Ali Imran (3) ayat 140 yang artinya: “Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim”.
Saudaraku yang dirahmati Allah
Kita tidak tahu bagaimana cara Allah akan menghentikan kebatilan-kebatilan ini; Allah akan menghentikan penderitaan-penderitaan ini, karena Allah memiliki rencana-Nya. Sementara kita hanya berkewajiban untuk berusaha menjalankan perintah Allah. Lihatlah bagaimana akhir kisah Namrudz yang tumbang hanya karena sengatan nyamuk. Bagaimana kisah tragis Fir’aun yang akhirnya tenggelam di dasar lautan. Bagaimana hancurnya, kalah totalnya kaum Ahzab, musyrikin, Yahudi dan munafikin di Madinah yang hancur hanya karena angin.
Oleh sebab itu kita harus yakin dengan janji Allah “Wallahu ghalibun ‘ala amrihi wa lakinna aktsarannasi la ya’lamuun”. Allah pasti akan memenangkan hamba-Nya yang beriman, tetapi banyak di antara kita yang tidak mau menyadari itu.
Oleh : Fahmi Salim, MA.
(Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat & Kandidat Doktor bidang Tafsir dan Ilmu Al-Qur`an Universitas Al-Azhar Kairo Mesir).
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net