Suaramuslim.net – Tidak mudah mengecewakan orang, mungkin dianggap sikap yang tidak tegas dalam kepribadian, mudah berubah-ubah. Padahal sikap ini apabila dilandasi dengan maksud membuat senang orang lain (nyenengno uwong) atas dasar untuk membahagiakan perasaannya, membuat orang lain tersenyum karena senyuman adalah bagian dari ibadah. Maka tindakan demikian akan sangat bernilai (valueable) dalam pandangan perspektif profetik.
Dalam kajian komunikasi terdapat dua konsep tentang cara menanggapi dalam interaksi dengan orang lain yaitu assertivenes dan non assertivenes.
Assertivenes adalah ruang dalam diri kita saat berkomunikasi dengan orang lain yang menjelaskan tentang jarak antara cara pengungkapan kebutuhan atau keinginan diri sendiri dengan orang lain.
Komunikasi asertif berupaya menempatkan penghormatan diri dan penghormatan terhadap orang lain secara proporsional dengan tetap berupaya saling menghormati dan tidak saling merendahkan.
Kalaupun sekiranya harus terbuka dalam menyampaikan pendapatnya seperti mengkritik orang lain, maka hal itu dilakukannya secara konstruktif dan positif.
Non assertiveness adalah bentuk ketidaktegasan sikap yang pasif dan tidak langsung. Non asertif tidak mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain dengan tidak mengatakan apapun dan menggerutu dalam hati yang sama sekali tidak dipahami oleh orang lain.
Perilaku ini memiliki ciri yaitu banyak mengalah sehingga cenderung dikuasai oleh rasa takut, cemas, tertekan dan tidak berbuat apa-apa. Sehingga tidak memberikan respons yang baik serta tidak mampu menghadirkan perhatian dan kepedulian pada orang lain yang menyebabkan orang merasa dikecewakan (nggelakno).
Rasulullah saw adalah seorang yang sangat peduli terhadap orang lain bahkan beliau tidak pernah mengecewakan mereka selama berinteraksi.
Rasulullah tidak pernah menolak berjalan bersama pelayannya atau budak perempuannya ke mana pun mereka kehendaki, membawa beliau untuk memenuhi keperluan mereka.
Anas bin Malik mengatakan, “Seorang gadis kecil budak dari Madinah menggandeng tangan Rasulullah dan membawa beliau ke mana pun yang dia inginkan.”
Riwayat yang lain berbunyi, “Seorang gadis kecil dari Madinah pergi dengan menggandeng tangan Rasulullah dan beliau tidak melepaskan tangan sampai si gadis tersebut membawa beliau ke manapun yang diinginkan.” (Abu Dawud).
Salah satu konsep yang bisa dipahami adalah konsepsi kehilangan muka. Artinya seseorang tidak ingin dipermalukan di ruang publik, sebab setiap orang memiliki sifat dasar yaitu ingin dipuji dan diperhatikan serta mereka tidak ingin diperintah dan dikritik.
Karena pada saat seseorang dikritik di depan publik maka hal itu dianggapnya sebagai ketidakhormatan dan telah mengecewakan hati orang lain.