Suaramuslim.net – Seharusnya sekarang saatnya Bapak menarik simpati banyak pihak, terutama muslim sebagai umat mayoritas. Tapi apa daya terus menerus tim hore Bapak menebar bencana. Kelakuan mereka, langsung atau tidak, hanya menurunkan popularitas dan menaikkan level ketidaksukaan umat kepada njenengan. Ataukah memang mereka sudah terang-terangan mengajak perang? Jangan sampai ya, pak. Eman-eman, NKRI kita terlalu mahal dibandingkan kerusuhan yang mungkin timbul akibat ulah kucluk mereka.
Puisi itu hanya sekedar satu dari sekian banyak ketololan terencana, Pak. Logika sehat jelas mengatakan seharusnya sekarang mencari dan mencuri perhatian umat, meskipun hasilnya belum tentu menggembirakan mengingat sekian banyak kelakuan mereka sebelumnya yang tak kalah ingin membuat muntah. Ataukah memang karena mereka sudah putus asa tidak bisa menaikkan popularitas Bapak dan akhirnya makin banyak berbuat bodoh?
Kenapa harus menyebut cadar dan adzan? Sudah bagus tidak menyebut simbol agama lain, kenapa harus menyebut dua hal itu? Ini sangat menyakitkan buat kami umat muslim, Bapak. Atau apakah setelah ini memang ada agenda terselubung lain? Apakah (seperti biasanya) setelah ada kegaduhan kemudian disambung hal-hal yang membuat rakyat tambah mengelus dada serta mengencangkan ikat pinggang?
Nyuwun tulung Bapak tuturi mereka lebih kenceng lagi. Janganlah memancing amarah umat, karena semut saja bisa menggigit keras jika diinjak. Lagian mosok njenengan sebagai muslim tidak tersinggung? Adzan itu panggilan shalat kan, Pak? Merdu atau plerat plerot tak ada gunanya dibandingkan dengan kidung manapun. Ndak nyambung babar blas. Leres to, Pak?
Kalau begini terus popularitas dan elektabilitas Bapak akan makin terjun bebas. Bapak kalah nanti di pilpres 2019, siapa pun lawan Bapak. Waktunya makin mepet, sudah sulit memperbaiki cermin yang kadung retak. Jadi tolong Bapak betul-betul ingatkan mbah putri itu. Paling tidak jika nanti tidak terpilih lagi umat akan mengingat Bapak sebagai pembela Islam. Iya lho, pak.
Mak Tun kemringet meres santen.
Matur nuwun nyuwun pangapunten.
Oleh: Irwitono
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net