Pemilik Restoran Halal yang Bercita-cita Bangun Masjid di Taitung Taiwan

Pemilik Restoran Halal yang Bercita-cita Bangun Masjid di Taitung Taiwan

Pemilik Restoran Halal yang Bercita-cita Bangun Masjid di Taitung Taiwan
Amir Shaikh pemilik restoran halal di Taitung, Taiwan. Foto: Muhammad Nashir.

Suaramuslim.net – Amir Shaikh, begitu nama yang ia kenalkan kepada kami saat berkunjung ke restoran halal miliknya, e-Taiwan Restaurant di Taitung, Taiwan.

Saat itu, akhir Juli, saya bersama rekan media dari Surabaya memenuhi undangan dari Taiwan Tourism Bureau Kuala Lumpur Office untuk mengunjungi wisata ramah muslim di beberapa daerah di negeri Formosa ini.

Setelah hari pertama menikmati kota Taipei, pada hari kedua, perjalanan menjelajahi kawasan Timur Taiwan dimulai dari Taitung.

Cuaca cukup panas, waktu menunjukkan pukul 11 siang, namun hawa sejuk masih menyelimuti bandara Taitung. Letak e-Taiwan Restaurant cukup dekat dari bandara, hanya perlu sekitar dua puluh menit dan kami pun sampai.

E-Taiwan Restaurant di Zhihang Road Sec. 1 No. 105 Taitung City Taiwan. Foto: Muhammad Nashir
E-Taiwan Restaurant di Zhihang Road Sec. 1 No. 105 Taitung City Taiwan. Foto: Muhammad Nashir

Aroma masakan Timur Tengah memanjakan indera penciuman saat memasuki restoran. Sejumlah menu prasmanan sudah tersedia menyambut kami. Ada kare ayam Dubai, nasi kebuli, roti naan, salad lobster, ayam panggang dan beberapa olahan ikan serta jamur.

Amir bercerita, ia membuka rumah makan ini sekitar enam tahun lalu. Awalnya, sembilan tahun dia mengajar Bahasa Inggris di Taipei. Ide membuka restoran halal datang dari takmir Masjid Agung Taipei (Taipei Grand Mosque). Pengalaman mereka, setiap kali berkunjung ke Taitung selalu kesulitan mencari masakan halal, sehingga Amir pun disarankan untuk hijrah ke Taitung seraya mendirikan restoran halal.

“Restoran ini khusus bagi pengunjung muslim. Saya hanya membuka jika ada pesanan dan setelah tamu pulang, kami pun menutup restoran,” ujar Amir kepada redaksi Suaramuslim.net, Selasa (23/7/19).

Bukan tanpa alasan Amir melakukan itu. Menurutnya, penduduk muslim di Taitung sangat sedikit, mayoritas adalah buruh migran dari Indonesia yang jarang sekali keluar dari tempat kerja atau rumah atasan mereka.

“Ada muslim dari Indonesia, kami berkumpul hanya pada saat salat Idulfitri yang lalu. Jumlahnya sekitar 300 orang dan mayoritas perempuan,” papar Amir.

Karena itu, pengunjung di tempat Amir rata-rata adalah wisatawan yang datang dari Taipei atau daerah lain. Taitung memang daerah wisata alam, kebun teh yang hijau, leisure farm, hot spring, festival balon udara dan brown avenue ada di sini.

Saat ini belum ada rumah pemotongan yang halal di kota Taitung. Menyembelih sendiri pun tidak dibolehkan pemerintah. Sehingga Amir membeli bahan baku masakan halal, seperti daging sapi, ayam dan kambing di Taipei.

Untuk memudahkan tamu-tamu muslim yang akan menunaikan salat, Amir juga menyediakan musala di lantai dua. Bangunan restoran ini berbentuk ruko dengan tiga lantai, paling atas digunakan Amir sebagai tempat tinggal. Di musala itu pula, ia dan keluarganya melaksanakan salat lima waktu serta salat Jumat.

Musala di e-Taiwan restaurant yang terletak di lantai dua. Selain tamu restoran, Amir dan keluarganya menunaikan salat Jumat di sini. Foto: Muhammad Nashir
Musala di e-Taiwan restaurant yang terletak di lantai dua. Selain tamu restoran, Amir dan keluarganya menunaikan salat Jumat di sini. Foto: Muhammad Nashir

“Tidak ada masjid di Taitung, makanya kami letakkan kotak infak di sini untuk mengajak orang-orang berdonasi. Para pengunjung muslim biasanya salat di restoran, tapi mereka juga terus bertanya-tanya, kapan ada masjid di Taitung? Kami pun memulai dengan gerakan infak ini. Karena tanpa donasi, susah membangun masjid. Kami belum punya cukup dana,” tutur Amir seraya menunjukkan kotak infak di depan meja kerjanya.

Bagi Amir dan komunitas muslim di Taitung, memiliki lahan adalah hal pertama untuk membangun masjid. Ia bercita-cita membeli lahan selain untuk masjid juga digunakan membangun sekolah anak-anak dan rumah yatim.

Kotak infak untuk donasi pembangunan masjid yang Amir letakkan di depan kasir. Foto: Muhammad Nashir
Kotak infak untuk donasi pembangunan masjid yang Amir letakkan di depan kasir. Foto: Muhammad Nashir

“Banyak anak di sini yang perlu orang tua. Mereka terpisah dengan ayah dan ibu karena perceraian dan lain-lain, akhirnya tinggal bersama kakek dan neneknya. Sebagai orang yang pernah menjadi guru, saya dan istri tergugah untuk mengayomi mereka melalui rumah yatim dan sekolah anak-anak,” harapnya.

Masjid, ujar Amir, secara tidak langsung bisa membantu program wisata ramah muslim dari pemerintah Taitung dan Taiwan. Ia menyebut, dengan adanya masjid, wisatawan muslim dari Timur Tengah, Indonesia dan Malaysia akan senang berkunjung ke kota Taitung karena mereka suka mencari masjid untuk melaksanakan salat.

Harapan Amir dan komunitas muslim di Taitung memang besar, dana yang diperlukan pun tak kalah besar. Setidaknya mereka membutuhkan sekitar US$500.000 untuk pembelian lahan dan pembangunan masjid beserta fasilitasnya.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment