Pentingnya Orang Tua dalam Mendampingi dan Mengontrol Tontonan Anak

Pentingnya Orang Tua dalam Mendampingi dan Mengontrol Tontonan Anak

Ilustrasi anak menonton televisi tanpa didampingi orang tua. Ils: Pixabay.com

Suaramuslim.net – Kasus siswi SMP yang membunuh anak kecil tengah membuat gempar masyarakat. Siswi sekolah menengah pertama dengan inisial NF yang masih berusia 15 tahun tega membunuh bocah berusia 6 tahun dengan inisial APA. Bocah malang tersebut menjadi korban pembunuhan oleh NF di Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Kasus ini terungkap dari pengakuan sang anak sendiri yang mendatangi Polsek Taman Sari, Jakarta Barat bahwa dirinya pada Kamis (5/3) telah melakukan pembunuhan seorang anak dan mayatnya disimpan di dalam lemari.

Polisi menyebut NF melakukan aksinya terinspirasi oleh film yang kerap ia tonton. Chucky merupakan karakter fiksi dan antagonis utama dari franchise film Slasher Child’s Play. Chucky digambarkan sebagai pembunuh berantai terkenal yang arwahnya menghuni boneka orang baik dan terus-menerus mencoba memindahkan jiwanya dari boneka itu ke tubuh manusia.

Selain Chucky, remaja yang bunuh bocah itu begitu menggemari film The Slender Man. Slender Man sendiri merupakan karakter fiksi yang digambarkan seperti pria tipis tinggi dengan tanpa wajah, mempunyai tentakel dan mengenakan baju hitam dengan dasi merah. Slender Man umumnya dikatakan suka menculik atau melukai orang, terutama anak-anak.

Lalu bagaimana peran orang tua dalam mengawasi kegiatan anak menonton televisi?

Tayangan program anak sudah mulai jarang kita temui di televisi. Faktanya, justru banyak program dewasa yang menjadi tontonan si kecil.

Menurut Komisioner KPI Pusat Bidang Pengawasan Isi Siaran, Dewi Setyarini, di tahun 2016 sampai 2018, isu perlindungan anak adalah isu yang menjadi sorotan KPI. Banyak sanksi yang diberikan dan paling tinggi di pasal-pasal perlindungan anak dan remaja pada tayangan di televisi.

Di program atau cerita anak biasanya ada karakter baik dan buruk, tapi yang terjadi adalah gambarannya lebih kuat ke karakter buruk. Itulah yang sering diterima anak-anak hingga akhirnya bisa saja mereka contoh.

Selain pengawasan orang tua, lembaga penyiaran harusnya menjadi media strategis yang memberi pengaruh ke anak. Tentunya dengan menampilkan gambaran atau tayangan yang lebih banyak memiliki dampak positif.

Dikutip dari buku resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2017 yang berjudul ‘Menjadi Orang Tua yang Hebat’, anak di bawah usia dua tahun sebaiknya tidak diperbolehkan menonton televisi. Sementara anak dengan usia tiga sampai delapan tahun sesekali boleh menonton televisi namun tetap membutuhkan pendampingan orang tua. Mengapa?

1. Menonton televisi sesuai usia

Agar anak menonton acara televisi yang sesuai dengan usianya. Orang tua bisa membantu memilihkan tayangan atau film manakah yang baik dan sesuai dengan kategori usia anak.

2. Pendampingan

Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kementerian Agama Mastuki mengatakan, orang tua harus mendampingi anak ketika menonton siaran televisi. Hal itu supaya kontrol yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak hilang begitu saja.

Saat melihat tayangan yang tidak baik, orang tua dapat langsung mengalihkan perhatian anaknya atau mengganti saluran yang sedang ditonton.

3. Berikan pemahaman

Agar orang tua dapat menjelaskan tayangan yang ditonton anak. Ketika anak fokus menonton, bukan berarti anak mengerti dengan alur cerita yang diberikan. Mereka hanya melihat dengan visual, tapi belum tentu mereka mengerti dengan moral yang disampaikan.

Di sinilah peran orang tua dibutuhkan. Orang tua bisa menjelaskan alur cerita hingga moral yang diberikan dari tayangan yang ditonton oleh sang anak. Selain itu, hal seperti ini juga bisa membangun ikatan yang lebih antara orang tua dan anak.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment