Peran Aktif Masjid di Masa Pandemi

Peran Aktif Masjid di Masa Pandemi

Peran Aktif Masjid di Masa Pandemi
Forum diskusi daring "Bagaimana peran aktif masjid di masa pandemi?" Sabtu (6/6/20).

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Pemerintah bersiap menerapkan new normal meskipun kasus Covid-19 belum melandai khususnya di Jawa Timur. Sejumlah tempat wisata, mall dan tempat publik akan kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.

Bagaimana dengan masjid? Apakah juga sudah siap dengan sarana dan SOP yang terkontrol saat dibuka kembali setelah PSBB berakhir? Apa saja yang harus disiapkan para takmir untuk menjadikan masjid sebagai pusat informasi dan edukasi kepada jemaahnya di masa pandemi ini?

Menanggapi hal tersebut, Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM menjadi fasilitator forum diskusi dengan tema Bagaimana Masjid Berperan Aktif di Masa Pandemi? Pada Sabtu (6/6) secara daring.

Diskusi ini menghadirkan narasumber Dewan Syariah Suara Muslim Ustaz Muhammad Shaleh Drehem, Lc, Ustaz Ahmad Mudzoffar Jufri, Lc., M.A dan Ustaz Agung Cahyadi, Lc., M.A, serta Prof. Abdul Hafid Bajamal, Sp.BS (K) dari RS Dr. Soetomo dan Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Pemprov Jatim Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Sp.An.

Agenda ini juga diikuti sekitar 30 takmir masjid di Surabaya dan Sidoarjo seperti Masjid Al-Falah Surabaya, Masjid Al Irsyad Surabaya, Masjid Ar Rahmah dan Masjid Mujahidin Surabaya.

Masjid harus jadi pusat pembinaan umat

Mengawali forum, Prof Hafid menyebut saat ini edukasi komunikasi di masyarakat kita tidak berjalan dengan baik. Partai politik dan pemerintah tidak menjangkau umat yang membutuhkan edukasi dan informasi, maka masjid harus mengambil peranan di sini.

Pemerintah, imbuhnya, tidak mengajak masyarakat berdiskusi, banyak misinformasi maka masjid harus mengambil perannya, masjid jadi pusat edukasi komunikasi, masjid menyediakan informasi bagi jemaah.

“Lewat masjid kita bina umat agar menjadi disiplin dan taat, jadikan masjid sebagai pusat informasi, komunikasi dan edukasi,” tuturnya.

Menurutnya, Covid-19 masih lama berakhirnya, mungkin sampai September 2020 atau 2021. Semua bergantung perilaku kita, kalau kita tetap tidak disiplin dan taat, maka kasus akan naik. Selain menjaga diri sendiri, kita juga harus menjaga dan mengawasi orang lain.

“Kita sudah tiga bulan belajar melawan virus ini. Kita tahu kalau virus ini bisa dicegah. Kita tidak akan berdamai dengan virus ini karena mencegah Covid-19 ini mudah. Dengan cara jaga jarak, hindari kerumunan, pakai masker, cuci tangan pakai sabun, jangan memegang wajah, mata dan hidung serta jangan memegang benda yang bukan milik kita,” tutupnya.

Kurva Jatim menuju puncak, umat harus disiplin dan taat

Berikutnya Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Pemprov Jatim Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Sp.An mengatakan di Jawa Timur kasus terkonfirmasi Covid-19 sampai dengan 5 Juni 2020 sejumlah 5.547 kasus.

“Mereka yang terkonfirmasi berawal dari PDP, ODP yang paling banyak dari OTG. Saat ini kita sudah mulai mencapai puncak, perilaku kita semua sangat menentukan di sini,” jelasnya.

Dr. Kohar menyebut kita dapat menanggulangi Corona bersama-sama dengan menjalankan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), menggunakan masker, cuci tangan, jaga jarak dan jaga imunitas tubuh.

“Juga dengan menjaga kehidupan sosial seperti menjalankan protokol kesehatan, saling mengingatkan, bertemu secara online dan menjaga kebersihan lingkungan,” lanjutnya.

Selain itu kita juga harus mengontrol Co Morbid, orang dengan penyakit bawaan seperti diabetes, dan jantung yang harus diproteksi.

“Upaya mengurangi peluang tertular yakni menghindari droplet dengan menggunakan masker, hindari pemakaian alat bersama, hindari berkerumun di dalam kendaraan, di tempat wudu, saat salat, dll,” pungkasnya.

Ulama mengikuti pendapat dokter

Ustaz Ahmad Mudzoffar menekankan dalam kondisi darurat ini yang dijadikan acuan adalah pendapat dari ahli di bidangnya (medis), seperti Prof Hafid dan Dr. Kohar. Ulama yang mengikuti tenaga ahli.

“Ini adalah saat pembuktian bagi kita, pembuktian yang muncul dari hati, yang terimplementasikan pada tawakal, keikhlasan, syukur dan sabar. Kita beriman pada takdir, ini memang takdir tapi jangan dipisahkan dengan takdir sunnatullah. Yang kita perlukan adalah tauhid pembuktian, penguatan iman masyarakat dari sisi pembuktiannya,” kata Ustaz Mudzoffar.

Semua ulama sepakat yang dijadikan pendekatan dalam kondisi saat ini adalah fikih kondisi darurat, tentang fikih ini seluruh ulama dunia sepakat dengan informasi/fakta bahaya Covid-19. Semua sepakat bahwa kaidah tentang fikih darurat diterapkan. Tetapi kapan penerapannya untuk masing-masing kawasan, itulah yang menjadi perbedaan.

“Ini pula yang menyebabkan mengapa ulama Saudi dan Tukri misalnya, sepakat untuk menutup masjid sementara di Indonesia masih ada perdebatan? Kita tidak ada keserempakan, akhirnya jalan sendiri-sendiri. Yang lebih berperan di sini sebenarnya adalah kedisiplinan masyarakat, ini yang bisa menjamin,” jelasnya.

“Selama 2-3 bulan ini kita absen dari masjid tapi di tempat lain tetap berjalan seperti biasa, dibutuhkan kekuatan di sini. Persoalannya adalah sampai kapan akan seperti ini? Yang bisa menjawab ya pemerintah atau dokter,” pungkasnya.

Sementara itu, Ustaz Agung Cahyadi mengatakan musibah berupa wabah Covid-19 jika dilihat dari sudut akidah merupakan hal yang wajar, konsekuensi dari bukti iman kita. Ini rahmat bagi kita, wabah ini bukan tiba-tiba datang tapi karena sunnatullah dan takdir. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini.

“Kehadiran ahlu zikri (pakar) dibutuhkan saat ini,” jelasnya.

Beberapa masjid ditutup untuk menghindari kerumunan, ini berat buat kita. Justru saat ada kesulitan Allah memberikan kemudahan. Tentunya harus ada sunnatullah yang harus kita lakukan, harus ada cara-cara kreatif dari kita dalam mengambil langkah-langkah yang dapat memberikan kebaikan yang lebih dari biasanya.

“Kita perlu bersama-sama membuat kreatifitas dalam mengambil langkah-langkah yang nantinya bisa mengembalikan kondisi dan mengfungsikan masjid seperti semula,” tutur Ustaz Agung.

Forum kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama para takmir masjid, di antaranya muncul usulan untuk persiapan pembukaan masjid tiga pekan ke depan. Membentuk satgas, membuat timeline tahapan persiapan pembukaan, membuat tools untuk mengedukasi jemaah, menyiapkan alat yang dibutuhkan sesuai protokol kesehatan.

Berikutnya diskusi memutuskan membuat forum komunikasi antar masjid yang menjadi peserta untuk persiapan pembukaan masjid jika PSBB di Surabaya Raya berakhir.

Reporter: Chamdika Alifa
Editor: Muhammad Nashir
Copyright @Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment