Suaramuslim.net – Selama ini kepemimpinan sering diasosiasikan dengan kaum laki-laki. Perempuan kurang diuntungkan dalam berbagai posisi strategis di korporasi karena dianggap emosional dan berorientasi jangka pendek sedangkan laki-laki dianggap lebih rasional dan visioner. Perempuan juga lebih diasosiasikan dengan manajemen daripada kepemimpinan. Hal ini berarti kaum laki-laki dianggap lebih mampu melihat ke depan sedangkan perempuan berfokus pada situasi saat ini yang sedang terjadi.
Padahal kelemahan laki-laki adalah kekuatan perempuan. Kaum laki-laki kurang teliti, sedangkan perempuan jauh lebih teliti dan bisa fokus 360 derajat. Laki-laki memandang sesuatu sebagian, sedangkan kaum perempuan melihat sesuatu secara menyeluruh dan komprehensif.
Posisi perempuan diuntungkan di era digital yang serba horizontal seperti saat ini. Kita bisa melihat sudah banyak bermunculan tokoh-tokoh perempuan yang berhasil membuat perubahan di dalam masyarakat. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Perempuan pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk berbagi cerita, saling bercerita dan perempuan memiliki kecenderungan untuk mempertahankan pendapat atau pemikirannya. Hal ini berbeda dengan kaum laki-laki yang hanya akan melakukannya jika diperlukan. Selain itu laki-laki lebih cenderung lebih menyukai komunikasi satu arah dan bergerak secara solitaire dalam memimpin sehingga sering berdiri sendiri di pucuk pimpinan.
Hal yang sebaliknya terjadi pada perempuan, mereka lebih suka bergerak bersama-sama dan hal ini sangat diakomodasi oleh perkembangan teknologi saat ini khususnya media sosial. Kaum perempuan juga memiliki keahlian dalam penyebaran suatu isu daripada laki-laki yang lebih suka menyimpannya. Inilah kekurangan laki-laki yang merupakan kelebihan perempuan.
Di media sosial siapa saja memiliki kesempatan yang sama dalam menyuarakan pendapatnya. Media sosial tidak memandang jenis kelamin, keturunan bangsawan atau usia pada penggunanya. Hal ini menyebabkan semua orang mempunyai hak yang dalam menyuarakan pendapatnya. Melalui platform ini juga para tokoh-tokoh perempuan bersuara. Mulai dari kegemarannya dalam berbagi cerita hingga berhasil menciptakan suatu opini publik yang sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkannya.
Peran perempuan dalam perubahan dunia juga sudah terjadi berabad-abad yang lalu. Mereka sangat berjasa dalam melahirkan keturunan-keturunan yang berkualitas. Merekalah pendidik pertama dan utama bagi generasi penerus. Oleh karenanya dibutuhkan pendidik yang pandai dan berkualitas untuk menghasilkan generasi-generasi emas yang akan membawa perubahan dunia.
Sinergi Dua Kutub, Laki-Laki dan Perempuan
Dalam keluarga yang merupakan satuan kelompok terkecil dan terpenting dalam bermasyarakat dan bernegara, perempuan memiliki peran sentral yang krusial. Sang pemegang kebijakan keuangan keluarga adalah para ibu yang setiap harinya bergulat mengurusi urusan rumah tangga yang tidak pernah ada habisnya.
Dengan kemampuan bekerja secara multi-arah para perempuan mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Bahkan penentu keputusan pembelian keperluan pada sebagian besar keluarga juga para perempuan terutama sang ibu meskipun yang menjadi kepala keluarga adalah sang ayah.
Sehingga tidak ada alasan lagi perempuan terbatasi untuk melakukan gebrakan-gebrakan demi kebaikan masa depan. Mulailah berkarya dari hal kecil seperti di media sosial contohnya. Sebarkanlah ide-ide positif dan membangun kepada jagat maya di sekitar. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Lantas apakah kaum laki-laki akan tinggal diam melihat para perempuan sudah melanglang buana menyebar manfaat ke mana-mana?
Sinergi antara kaum laki-laki dan perempuan dalam rangka menutupi kekurangan masing-masing akan mengakselerasi terjadinya perubahan. Laki-laki yang terbiasa terjun di lapangan dalam melakukan sebuah aksi nyata bisa didukung oleh kamu perempuan yang menyebarkan isu tentang aksi tersebut di jagat maya sehingga dampak dari sebuah aksi nyata bisa dirasakan banyak orang menembus batas ruang dan waktu.
Kontributor: Azzam Jihad Ulhaq
Editor: Muhammad Nashir
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net