Perempuan PKS

Perempuan PKS

Wirianingsih, Sosok Perempuan PKS Inspiratif
Keluarga Wirianingsih (Foto: Slideplayer.info)

Penulis: Dharma Setyawan
Editor: Ahmad Jilul Qur’ani Farid

Suaramuslim.net – Ibu Wirianingsih ini mengingatkan kita pada tokoh perempuan PKS yang sudah almarhumah karena kecelakaan yaitu Yoyoh Yusroh. Yoyoh Yusroh juga memiliki anak-anak yang hafal Al Quran dengan kesibukannya sebagai anggota DPR RI. PKS yang dikenal sebagai partai kader seperti PDIP, terlihat memiliki keunggulan dalam hal mendidik generasi.

Jauh sebelum hoax menghinggapi kadernya. Partai ini dikenal sebagai partai yang peduli anak-anak muda. Saya kira PKS perlu menimbang lagi dan memunculkan tokoh-tokoh perempuan ke publik medsos. Bahwa mereka harus mengisi medsos dengan inspirasi. Hantam kromo di lapangan medsos, tebar hoax, ngotot meme kampungan dan yang terpenting para elitnya harus memberi tanda bahaya bagi kader-kader baru yang gampang tersulut hoax ini.

Saya kira itu hal yang tidak sulit tapi jika dibiarkan akan menjadi virus yang tidak mudah dihilangkan. Menarik diri dari sikap yang selama ini membuat publik makin tidak simpatik perlu dilakukan. Ini ibaratnya PKS sedang belajar bermedsos secara baik. Militansi dialihkan kembali ke dakwah ijtimaiyah, dari pintu-pintu, dari tetangga kanan kiri lagi, dari lisan-lisan yang teduh.

Mereka yang tadinya dari lingkaran halaqoh kemudian menjadi gerakan partai politik ini saya kira masih punya kesempatan jika ingin menjadi partai masa depan. Jika melihat kegagalan Ikhwanul Muslimin di Mesir, PKS harus mulai melihat ongkos jika berhadapan dengan elemen lain. Benturan dengan pihak lain seharusnya diminimalisir jika PKS menyadari bahwa gerakan mereka adalah politik elektoral.

PKS harus melihat ada generasi yang tidak bisa di drive oleh struktur mereka. Faktanya, gerakan tarbiyah selama ini menjadi basis perekrutan kader telah lama di bunuh oleh PKS itu sendiri. Sehingga bagi anak-anak muda yang cenderung kritis dan kreatif mereka tidak ingin di drive oleh partai politik memilih keluar. Maka di Indonesia gerakan tarbiyah tidak semilitan tahun 2004 an ke bawah ditambah hadirnya medsos.

Payung bersama tarbiyah menjadi tidak menarik saat PKS mencoba mengangkangi hal-hal yang tidak patut diatur dalam rumah tarbiyah. Kita juga melihat kegagalan beberapa pilkada PKS kali ini memang menjadi kegembiraan para cebongers di media sosial.

Perempuan PKS ke depan punya pekerjaan rumah yang tidak sepele. Wirianingsih melarang anaknya menonton TV salah satunya dan merutinkan belajar agama. Bisa jadi akan lebih baik jika ke depan ummahat-ummahat ini melarang anaknya bermain medsos jika belum cukup nalar.

Jika ingin melakukan perubahan secara fundamental. Petinggi-petinggi PKS juga harus belajar lagi jurnalistik. Kasus Tifatul Sembiring dan Hidayat Nur Wahid jadi catatan serius dalam menanggapi Gus Yahya terkait kunjungan ke Israel. Ada politik pem-bully-an yang dimainkan para elit tapi terpecik ke muka sendiri.

Dauroh Jurnalistik dan Publik Speaking perlu ditekankan kembali. Jika sudah tidak memungkinkan untuk berefleksi, maka ummahat seperti Wirianingsih inilah jalan penolong terakhir, bahwa masih ada inspirasi di tengah pertarungan hampa dan sampah digital. Mereka adalah perempuan PKS yang menginspirasi.

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment