Peringati Hari Down Syndrome Sedunia, Rektor Unusa: Masih Sedikit Kampus yang Peduli

Peringati Hari Down Syndrome Sedunia, Rektor Unusa: Masih Sedikit Kampus yang Peduli

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, dalam peringatan hari Down Syndrome Sedunia di Royal Plaza Surabaya (16/3/19).

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ikut memperingati Hari Down Syndrome Sedunia yang jatuh tiap tanggal 21 Maret.

Keikutsertaan ini bagian dari membangun kepedulian dan rasa empati civitas akademika Unusa.

Kegiatan yang dinisiasi oleh BEM Fakultas Kedokteran dan BEM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) digelar di Royal Plasa Surabaya, Sabtu (16/3) siang.

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng menjelaskan, keikutsertaan Unusa dalam memperingati hari down syndrome sedunia ini, selain bagian dari membangun kepedulian dan kesadaran juga empati civitas akademika. Ia menambahkan karena hingga kini masih banyak terjadi kesalahpahaman terhadap penyandang down syndrome. Masyarakat seringkali memberikan stigma dan penyebutan yang kurang pas.

“Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia ini bertujuan agar masyarakat lebih mengenal dan mengetahui seperti apa anak down syndrome itu, dan mengajak orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus untuk tidak malu dan bisa mengetahui bahwa anak tersebut benar-benar mampu berbuat seperti anak lainnya. Mereka bukan penderita, karena mereka tidak menderita,” ungkapnya.

Rektor mengungkapkan, dalam 17 tahun terakhir jumlah kelahiran down syndrome meningkat cukup pesat dengan perbandingan 1:700 dari kelahiran hidup. Saat ini jumlahnya masih belum diketahui pasti. Diseluruh dunia mencapai 8 juta kasus. Sedangkan di Indonesia diperkirakan ada lebih dari 3 ribu kasus (3.75%). Di Surabaya sendiri diperkirakan mencapai 924 anak.

Angka ini diperoleh dari perhitungan perbandingan kelahiran anak down syndrome dengan jumlah anak usia 0-18 tahun di Surabaya yang mencapai 659.328 anak.

“Pendidikan formal tidaklah cukup. Dengan intelegensi yang rendah anak down syndrome perlu dilatih terus menerus untuk bisa mandiri. Keikutsertaan komunitas dan civitas Unusa untuk mendampingi adalah salah satu langkah dalam membangun kepercayaan diri dan kemandirian. Saya kira masih sedikit perguruan tinggi yang peduli dan bahkan menerima anak down syndrome. Unusa adalah yang sedikit itu,” pungkasnya.

Acara yang dikemas dalam bentuk talkshow ini menghadirkan para pakar dan praktisi antara lain dari Direktorat PKLK Kemendikbud, Praktisi, dan Akademisi. Mereka membahas masalah down syndrome dari berbagai sisi, pendidikan dan medis mulai dari kebijakan dan cara menanganinya.

Selain talkshow Unusa juga mengajak Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Surabaya, Lembaga Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Yayasan Penyelenggara Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, dan Komunitas Anak Berkebutuhan Khusus menggelar serangkaian Lomba Kreasi Okupasi, unjuk kreativitas penampilan dan unjuk produk hasil karya Anak Berkebutuhan Khusus.

Sumber: Humas Unusa
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment