JAKARTA (Suaramuslim.net) – Steven Indra Wibowo atau yang sering disapa Koh Steven mengkritisi survei terkini yang dilakukan oleh Kemenag RI tentang kota yang paling toleran. Menurutnya, banyak kejanggalan dari survei tersebut.
“Anda (Kemenag RI) menyatakan pelaksanaan survei disebutkan pada 16 Mei-19 Mei 2019 (4 hari) dan 18-24 (7 hari) Juni 2019. Terdapat jumlah responden 13.600 orang dari 136 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Metode survei menggunakan penarikan sampel secara acak berjenjang dan margin of error kurang lebih 4,8 persen. Ada 3 hal yang disoroti dalam survei yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama di antara umat beragama,” pantik Koh Steven melalui laman Instagramnya, Jumat (13/12).
Menurut Steven penelitian yang dilakukan Kemanag ini (multi strage) bukan metode yang tepat kecuali meriset tentang bahan konsumsi umum atau test market.
“Kami melakukan survei dengan metode sensus dan melibatkan 26 ribu lebih desa/kelurahan dari 83 ribu lebih desa di Indonesia (+/-30%) dan berkala dilaksanakan sepanjang quarter 2-3 (April-September) setiap tahun, dengan retention 10% dari data tahun sebelumnya. Data dikumpulkan konsisten selama 15 tahun terakhir, dengan komposisi 40% urban dan 60% rural dengan error di bawah 3% karena ada scrutinize check dari tim global kami,” terang pembina mualaf yang juga bergelar Ph.D ini.
“Hasilnya daerah dengan populasi muslim mayoritas lebih toleran daripada yang bukan, kesetaraan baik secara ekonomi maupun pendidikan juga lebih baik di daerah yang mayoritas muslim, kerja sama baik secara sosial kemasyarakatan maupun ekonomi juga terjalin lebih baik di daerah mayoritas muslim,” tambahnya.
“Saya khawatir Anda tidak mengerti apa yang Anda sampaikan atau Anda tidak memeriksa sumber data Anda dulu pak Menteri Agama,” tegasnya kepada Kemenag.
Sebelumnya Kemenag RI merilis hasil survei terbaru tahun 2019 yang menyatakan bahwa kota di Indonesia yang paling rukun adalah Papua Barat dengan index 82,1% dan Aceh adalah kota paling tidak rukun dengan index nilai 60,2%.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir
