Perlunya Merenungi Nikmat Allah

Perlunya Merenungi Nikmat Allah

Perlunya Merenungi Nikmat Allah

Suaramuslim.net – Tatkala seseorang diberi fasilitas dalam kehidupannya, maka fasilitas tersebut tidaklah gratis. Layaknya seorang yang bekerja di sebuah perusahaaan, maka dia diberi gaji, mobil, rumah, dan fasilitas lainnya. Di samping fasilitas yang diberikan kepada mereka, ada tuntutan dan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dia harus bekerja dengan baik, masuk ke kantor dalam waktu yang telah ditentukan, dan menjalankan kewajibannya. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa Allah telah memberikan fasilitas kepada kita, yang jauh lebih besar dari yang diberikan orang lain?

Ketika kita diberi fasilitas mobil oleh kantor, maka kita akan giat bekerja. Fasilitasnya pun ditambah berupa segala asuransi yang diberikan, sehingga kita semakin giat bekerja. Kita begitu semangatnya bekerja di sebuah kantor atau hotel. Bekerja dari pagi meninggalkan rumah untuk datang ke kantor. Hal ini karena kita merasa gaji, rumah, mobil, semuanya pemberian pemilik perusahaan. Subhanallah!

Mari renungkan, Kawan, Allah yang memberikan tangan, mata, dan kaki kita. Tetapi tatkala Allah memerintahkan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya, masih terdapat rasa malas dalam diri. Seringkali kita lupa atas fasilitas yang Allah berikan kepada kita.

Mari renungkan, Kawan, seandainya kaki yang diberikan oleh Allah mengalami sakit, siapakah yang akan memberikan kesembuhan? tentu Allah. Sedangkan perusahaan yang kita bekerja didalamnya, mungkin akan mengurangi upah yang seharusnya kita dapatkan.

Mari renungkan , Kawan, Allah yang memberikan fasilitas mata kepada kita sehingga kita bisa melihat apa yang kita inginkan. Apabila mata kita mengalami rabun atau bahkan buta, siapakah yang dapat menyembuhkannya? tentu Allah. Sedangkan perusahaan mungkin hanya memberikan bantuan biaya pengobatan atau pesangon  lalu dikeluarkan. Bagaimana bisa kedua kaki kita diganti degan mobil mewah? Bagaimana bisa kedua mata kita diganti degan rumah mewah? Tentu tidak. Tapi terkadang kita lebih giat berbuat untuk manusia daripada untuk Allah yang menciptakan kita.

Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Allah memiliki hak yang lebih besar dibandingkan tempat kita bekerja maupun belajar. Karena dia yang membuat jantung bisa berdetak dan segalanya berjalan dengan baik.

Seringkali, kita menggunakan fasilitas yang Allah berikan dengan hal-hal yang tidak baik. Mata yang Allah berikan, kita gunakan untuk bermaksiat. Lisan yang Allah berikan, kita gunakan untuk mengeluarkan kata-kata yang dibenci Allah. Yang membuat sebagian orang lupa atas pemberian Allah, karena kita lupa kenapa kita ada? Kenapa kita hidup? Kenapa kita dilahirkan? Kenapa kita diberi rezeki? Kenapa kita diberi mata, tangan, kaki, hati, dan otak? Satu hal tujuan Allah menciptakan kita, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Ad-Dzariyat: 56).

Kita harus tahu bahwa kita ada bukan untuk bermain-main. Ada sebuah pepatah yang berbunyi, jika hidup hanya untuk mencari makan, binatang dihutan pun juga makan. Lantas apa bedanya kita degan hewan? Jika hidup hanya untuk bekerja dan melanjutkan kehidupan, kerbau pun juga bekerja agar diberi makan oleh tuannya. Lalu apa yang membedakan kita dengan kerbau? tentu berbeda, sebab kita adalah manusia.

Allah sama sekali tidak membutuhkan kita untuk mencari rezeki agar memberikan-Nya makan. Mengapa? Ya, sebab Dia-lah yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kemampuan kita untuk makan, belajar, dan bekerja adalah nikmat yang diberikan oleh Allah azza wa jalla.

Jangan pernah berpikir bahwa apa yang kita dapatkan hari ini disebabkan kecerdasan yang dimiliki, kemampuan mencapai sekolah yang tinggi, atau keuletan dalam mengambil peluang. Sedangkan pada faktanya, terdapat beberapa orang yang sudah memanfaatkan peluang tapi gagal dan belum kaya. Ada dua orang yang mencapai sekolah tinggi, namun ternyata berbeda nasib. Yang satu belum mendapat pekerjaan, yang satu sukses dengan penghasilan yang banyak. Lantas apa yang menyebabkan demikian? Dialah Allah, Robbul Aalamin.

Allah yang memberi rezeki kepada seseorang yang Ia kehendaki, dan Allah yang mengahalangi rezeki kepada siapapun yang Ia kehendaki. Maka kita harus tahu, bahwa tujuan kita hidup adalah untuk mengabdi kepada Allah.

Seorang muslim ikrarnya, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku.” Untuk siapa? “Allah, Tuhan Semesta Alam” (Q.S. Al An’aam: 162). Sehingga loyalitas seorang mukmin kepada Sang Pencipta harus lebih besar daripada negeri, tempat kerja, dan bosnya. Tetap Allah-lah yang diutamakan.

Allah memberikan fasilitas dan jangka waktu. Suatu saat mata yang tajam akan rabun, jantung akan melemah. Ketika habis masa kontrak, kita akan mati. Hanya amal perbuatan yang dibawa. Maka yang harus kita persiapkan adalah untuk menghadapi hari yang setiap hari kita ucapkan “Maaliki yaumiddin”, Allah penguasa hari pembalasan. Ingat, kebaikan sedikit apapun yang kau lakukan akan mendapat balasan. Sebaliknya, keburukan sedikitpun tak akan terlupakan. Tidakkah kita mengetahui Firaun yang hidup sekitar 90 tahun, namun tatkala di alam barzah, tiap hari neraka ditampakkan kepada mereka (lebih dari 3000 tahun). Lalu untuk apa kenikmatan hidup yang hanya 70-80 tahun jika itu membuat kita lengah terhadap kehidupan yang abadi?

Semoga kita yang lahir beragama Islam, semakin sadar bahwa harus belajar tentang pencipta kita. Menyadari mengapa kita hidup. Mengapa dikasih rezeki, fasilitas, dan sebagainya. Untuk apa semuanya? Tentunya untuk mengabdi kepada Allah.*

Kontributor: Aiman Bahalwan*
Editor: Oki Aryono

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Airlangga dan Founder Penulis Muda Sidoarjo
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment