Pesan Rasulullah dalam Memilih Sahabat Sejati

Pesan Rasulullah dalam Memilih Sahabat Sejati

Pesan Rasulullah dalam Memilih Sahabat Sejati

Suaramuslim.net – Diciptakannya manusia di muka bumi ini selain mengemban amanah, juga menjadi khalifah sekaligus untuk beribadah, dia juga berperan sebagai makhluk sosial. Layaknya kerumunan binatang yang selalu berkelompok, manusia pun tak bisa hidup seorang diri tanpa kehadiran orang lain. Dari sana kemudian muncul jalinan persahabatan satu sama lain.

Islam menjadikan ukhuwah sebagai pondasi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Nabi pernah bersabda yang artinya, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” (HR. Bukhari dan Muslim). Orang yang gemar merajut jalinan persahabatan dengan sesama memiliki salah satu ciri orang yang beriman.

Menemukan teman atau sahabat sejati bukanlah perkara mudah. Seperti pepatah yang berbunyi, lebih mudah mencari musuh daripada sahabat sejati. Hubungan sahabat menurut ajaran Islam bukan hanya didasarkan atas kepentingan pribadi. Dia harus saling tolong menolong dalam urusan kebaikan serta menyebarkan kenyamanan dan rasa kasih sayang. Allah swt. berfirman yang artinya, ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (QS. Ali Imran 103)

Perumpamaan sahabat sejati sebagaimana sabda Rasulullah, “Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur” (HR Muslim). Untuk memastikan bahwa teman kita itu masuk kategori sahabat sejati atau bukan, kita bisa mengenali dari ciri kepribadiannya.

Mudah memaafkan

Islam mengajarkan agar sesama Muslim harus saling memaafkan. Memberi ataupun meminta maaf adalah perkara mudah, namun agak berat bagi sebagian orang. Mereka yang memiliki rasa gengsi begitu tinggi serta hati yang kotor tentu akan merasa sulit untuk meminta maaf maupun memaafkan kesalahan orang lain, sekalipun sifatnya sepele.

Nabi memperingatkan kita agar tidak marah dan tidak saling bertegur sapa dengan teman melebihi tiga hari. Padahal dengan saling memaafkan, hati akan menjadi tenang dan terhindar dari sifat pendendam yang berdampak pada timbulnya penyakit hati lainnya.

Menjaga rahasia

Kita sering menyampaikan setiap isi hati kepada sahabat. Berbagi cerita, dan saling menasehati menjadi aktivitas yang selalu muncul dalam setiap persahabatan. Nah, karakter sahabat yang baik adalah mereka yang mampu menyimpan segala informasi penting dan curhatan. Dia tidak mudah menyebarkan curhatan temannya itu kepada orang lain tanpa seizin orang yang bersangkutan.

Sahabat yang baik akan memberikan nasehat ketika temannya berbuat salah, namun itu tidak membuatnya membeberkan aib kepada orang lain. Nabi saw. bersabda, “Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya.” (HR. at-Tirmidzi)

Selalu ada dalam kondisi apapun

Jika Anda memiliki seorang teman yang selalu hadir di setiap keadaan, baik susah atau senang, berarti Anda berhasil mendapatkan sahabat sejati. Memiliki teman setia merupakan anugerah luar biasa. Mereka akan bahagia ketika temannya sukses atau memperoleh keberhasilan. Sebaliknya, saat temannya ditempa masalah, dia pun turut merasakan kepedihan sekaligus berusaha mencarikan solusinya.

Rasulullah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat Islam, termasuk dalam urusan menjaga hubugan baik dengan para sahabat. Akhlak Rasulullah begitu mulia, sehingga beliau dicintai para sahabat. Bahkan sebagian dari sahabat Rasul pada awalnya adalah orang-orang yang menjadikannya musuh besar. Diantaranya ada sahabat Umar bin Khattab ra., Khalid bin Walid, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Abu Sufyan.

Mereka semua termasuk kelompok yang begitu membenci Nabi dan ingin memeranginya, namun justru berbalik menjadi sahabat sekaligus pejuang yang gigih mengorbankan harta benda sekaligus nyawanya untuk membela kebenaran ajaran Rasulullah.

Berani jujur untuk kebaikan

Dalam setiap hubungan harus didasari kejujuran. Karena tak satu pun manusia yang suka dibohongi. Sahabat sejati adalah mereka yang berani berkata jujur, meski nantinya itu akan menyakiti hati kita. Misalnya ketika ada salah seorang yang ingin bekerja pada perusahaan yang menggunakan sistem riba, lalu sahabatnya menegur seraya mengatakan bahwa pilihannya itu tidak dibenarkan dalam Islam.

Mungkin awalnya orang itu merasa kecewa dan berpikir bahwa sahabatnya tidak ingin melihat kesuksesannya. Namun, pada akhirnya dia menyadari bahwa nasihat yang disampaikan oleh sahabatnya itu tidak lain adalah tanda kepedulian terhadapnya. Sahabatnya tak rela jila temannya harus memakan uang haram hanya karena ingin mengejar jabatan dan harta.

Sahabat yang baik akan mengatakan apa adanya. Dia tidak ingin berkata bohong hanya karena tidak ingin dibenci oleh temannya. Dari Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga’.

Untuk menjaga kualitas persahabatan, kita harus meneladani sikap dan perilaku Rasul yang begitu dirindukan oleh para sahabat. Bahkan, para musuh yang begitu bernafsu untuk membunuhnya justru menjadi sabahat setia Rasul. Terhadap para sahabat, Rasulullah saw. tidak suka berdebat, banyak bicara, mencampuri persoalan pribadi orang lain, dan tidak pernah mencela orang lain sekalipun orang tersebut telah berbuat jahat kepadanya.

Kontributor: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment