Suaramuslim.net – “Mungkin bagi sebagian orang memandang olahraga skateboard sebagai olahraganya orang jalanan, orang bebas, tidak memiliki aturan, dan orang yang cenderung abai. bagi sebagian orang tidak demikian, bisa jadi dari olahraga ini sarana kebaikan bisa lakukan.”
Perhelatan Asian Games 2018 sudah selesai, dari semua juara, mungkin tidak semua kenal dengan nama Pevi Permana Putra dari cabang olahraga skateboard yang berhasil mendapatkan perunggu dari cabang olahraga yang baru diadakan di Asian Games kali ini.
Kalangan pecinta olahraga skateboard pasti tidak asing dengan sosok Pevi (panggilan akrabnya). Pria kelahiran 1988 ini, berkat inspirasi dan kerja kerasnya dikenal dalam dunia internasional. Namun siapa sangka Pevi merupakan penggerak di komunitas pemuda hijrah asal Bandung yang bernama Shift asuhan Ustaz Hanan Attaqi. Kepada Suaramuslimdotnet, dia menceritakan titik balik hijrahnya.
Awalnya kondisi tidak mudah bagi seorang Pevi. Sebagai seorang skater, dia mulai bermain tahun 1999 ketika kelas 2 SMP atau baru berumur 14 tahun. Jika dihitung hingga sekarang, sudah 19 tahun Pevi menekuni olahraga ini.
Pertama kali bermain tahun 2000-an, Pevi sering kali harus jatuh bangun, cedera engkel, patah tulang, perjuangan yang sangat berat, namun hal itu tidak menyurutkan keseriusannya dalam menekuni bidang olahraga ini.
Setelahnya, ia mulai ikut bertanding dan bertanding, juara pun sering ia raih, akhirnya dia semakin yakin bahwa olahraga skateboard ini menjadi jalan hidupnya. Saat ikut lomba, Pevi sering mendapatkan hadiah, awalnya berkisar 3-5 juta rupiah, beberapa sponsor pun membiayainya untuk berlomba dengan jaminan uang 750 ribu per bulan, baginya cukup untuk satu bulan hingga keseringan lomba, puluhan juta rupiah bisa dia raih dalam setiap bulannya.
Namun hidupnya sering merasa hampa, baginya uang puluhan juta selalu saja tidak mencukupi, padahal dulu sebelum tenar dan menghasilkan uang banyak, 750 ribu dalam waktu satu bulan sudah cukup untuk keperluan sehari-hari, namun sekarang semakin tidak cukup.
“Dari situ saya mulai berpikir, saya merenung, sebenarnya apa yang terjadi, ternyata uang tidak membawa kepada kecukupan,” ucapnya.
Titik Balik Hijrah
Pevi tidak sendirian, ia sadar bahwa harus menemukan kedamaian, menemukan sesuatu yang membuat hidupnya nyaman dan tentram. Disitulah Pevi ketemu dengan Mas Inong yang sudah lebih dulu ikut kajian Ustaz Hanan Attaqi.
Pevi diajak ikut kajian, sering setiap kajian diajak, namun Pevi takut, takut dengan kajian, nanti ditanya yang macam-macam, ditanya surah-surah dalam Alquran, butuh waktu dua tahun dirinya menolak bila diajak ikut kajian.
Setelah terus-menerus merasa tidak tentram dalam hati, Pevi beranikan diri ikut kajian. Meski masih ada rasa takut, saat itu ia dikenalkan dengan Ustaz Hanan Attaqi oleh Mas Inong.
Saat kajian, Ustaz Hanan Attaqi selalu menceritakan hal yang indah-indah di dalam Islam, seperti terbalik 180 %, dari ketakutannya dulu. Pevi semakin tertarik dengan apa yang diceritakan Ustaz hanan Attaqi untuk mempelajari Islam lebih dalam, sepertinya enak belajar Islam, ternyata menjadi muslim tidak seseram yang dia bayangkan.
Akhirnya dia semakin memperdalam ilmu agama, berkumpul dengan orang-orang baru, hingga terus belajar dan kini semakin istiqamah dalam menjalankan perintah agama.
Setelah beberapa kali kajian, ada ide untuk mendirikan komunitas hijrah untuk anak-anak hijrah yang digagas oleh Ustaz Hanan Attaqi. Pevi ikut menjadi salah satu penggeraknya dan mengajak anak muda di Indonesia dengan tagline banyak main kurangi dosa.
Beberapa kali agenda besar komunitas Shift dia ikuti dan menjadi bagian pengisi di dalamnya, seperti acara ngabuburit bareng, nongkrong bareng di kota-kota lain. Pevi selalu menunjukkan kepiawaiannya bermain skateboard sambil mengajak anak-anak muda untuk berbuat baik
Kini penggerak komunitas hijrah Shift tak kurang dari 500 orang termasuk Pevi, di kajian lebih besar lagi, hingga setiap kajian yang diasuh Ustaz Hanan Attaqi ada sekitar 3-5 ribu orang. Kini dari komunitas Hijrah ini menginspirasi dari seluruh Indonesia
Selain aktif di komunitasnya, Pevi tidak meninggalkan kecintaannya sebagai pemain skateboard profesional, baginya hal itu semakin memperkuat semangat untuk berlatih lagi dan lebih baik. “Terdapat semacam inspirasi tersendiri saat mengajak orang banyak dalam kebaikan,” tuturnya.
Sebelum mengakhiri sesi berbagi, Pevi sambil tersenyum dan kemudian berlari menggunakan skateboard kesayangannya berkata, “berkarir tidak meninggalkan agama, dan beragama sangat mendukung karir.”