Pilkada 2018: Pemilih Rasional Meningkat, Hati-Hati Pemilih Mengambang

Pilkada 2018: Pemilih Rasional Meningkat, Hati-Hati Pemilih Mengambang

Diskusi Ranah Publik bersama Peneliti Surabaya Survey Center (SCC) Surokim Abdussalam (Dok Suara Muslim)

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Memasuki tahun politik 2018 dengan agenda terdekat pemilihan kepala daerah di 171 daerah seluruh Indonesia membuat kondisi perpolitikan semakin menghangat.

Rekayasa politik (political engineering) juga membuat perilaku politik semakin kompleks dan rumit. Variabel yang berpengaruh juga kian banyak serta semakin kompleks. Pertimbangan publik memilih semakin kompleks tidak sekadar atas pertimbangan faktor sosiologis dan faktor psikologis, tetapi juga faktor rasional.

Peneliti di Surabaya Survey Center (SCC) Surokim Abdussalam dalam talkshow Ranah Publik di Suara Muslim Radio Network (19/02) menyebut ada trend perkembangan yang menarik bahwa pemilih rasional kian besar seiring dengan melek politik (political literacy). Jumlah itu terus meningkat hingga kini mencapai hampir 40%. Pemilih mulai mempertimbangkan kinerja dan pengalaman kandidat, visi misi dan program kandidat dan kualitas serta kompetensi kandidat.

“Hati-hati masyarakat semakin cerdas dan tidak sekadar mempertimbangkan faktor tradisional sosiologis dan psikologis, tapi juga kian menuntut hal yang masuk akal rasional, khususnya program-program yang akan diusung. Jangan sampai kandidat asal-asalan menawarkan program tanpa pertimbangan yang matang dan juga down to earth, hal itu bisa jadi bumerang”, ujar Surokim yang juga peneliti di Puskakom Publik Universitas Trunojoyo Madura ini.

Peningkatkan trend ini memiliki konsekuensi signifikan bagi para kandidat agar tidak sekadar mengandalkan modal sosiologis saja (agama, asal, suku/etnis,) dan juga psikologis (karakter personal, gender, usia, penampilan fisik) semata dalam kontestasi pilkada.

Surokim meminta para kandidat harus bisa menawarkan visi misi dan program yang bisa menarik perhatian dan sesuai aspirasi pemilih. Apalagi jumlah pemilih yang masih berubah juga cukup besar, masih di atas 55% hal ini membuat kontestasi elektoral semakin rumit dan menantang. “Para kandidat juga dituntut semakin cerdas memanfaatkan media komunikasi baru agar bisa memengaruhi pemilih dengan tepat dan efisien”, tegasnya.

Reporter : Muhammad Nashir
Editor : Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment