LONDON (Suaramuslim.net) – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Ahad (5/1) menyebut Jenderal Iran Qasem Soleimani menjadi ancaman bagi semua kepentingan Inggris dan bertanggung jawab atas pola perilaku yang mengganggu dan membuat kawasan itu tidak stabil.
Johnson, yang sampai saat ini masih tutup mulut atas pembunuhan yang dilakukan pihak Amerika Serikat (AS) pada Jenderal Iran ini pada Jumat (3/1) pagi, mengatakan bahwa Soleimani memainkan peran utama dalam aksi yang menyebabkan kematian ribuan warga sipil tak berdosa dan personel militer dari barat.
“Kami tidak akan menyesali kematiannya,” ucapnya seperti diberitakan Kantor Berita Turki Anadolu Agency, Senin (6/1).
“Namun, jelas, bahwa semua seruan untuk pembalasan hanya akan menyebabkan lebih banyak kekerasan di wilayah itu,” katanya, seraya menambahkan bahwa Inggris sedang melakukan komunikasi dengan semua pihak untuk mendorong deeskalasi.
“Saya akan berbicara dengan para pemimpin lain dan teman-teman Irak kami untuk mendukung perdamaian dan stabilitas,” kata Johnson.
Dia menambahkan bahwa Inggris telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan di kawasan untuk melindungi personel dan kepentingan mereka.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, Ahad sebelumnya mendesak Iran mengambil jalan diplomasi untuk mengurangi ketegangan setelah pembunuhan Soleimani.
Berbicara di BBC, Raab mengatakan Presiden AS Donald Trump dan mitranya dari Prancis Emmanuel Macron “membiarkan pintu terbuka untuk jalan diplomatik melalui ini, ke tempat yang lebih baik bagi Iran,” tetapi Teheran memutuskan untuk tidak mengambilnya.
Dia menekankan perlunya mengurangi ketegangan dan berusaha memulihkan stabilitas serta menahan “tindakan jahat” Iran.
“Iran telah lama terlibat dalam kegiatan yang mengancam dan mengganggu stabilitas,” tambahnya.
Inggris berada di posisi yang sama dengan Amerika
Berbicara secara terpisah kepada Sky News, Raab mengatakan Inggris berada “di posisi yang sama” dengan AS sehubungan dengan pembunuhan Soleimani pada Jumat.
“Mari kita perjelas: dia adalah ancaman regional, dan kami memahami posisi orang-orang Amerika itu, dan mereka memiliki hak untuk melakukan pembelaan diri,” katanya.
“Mereka telah menjelaskan dasar di mana hal itu dilakukan, dan kami bersimpati dengan situasi di mana mereka berada,” lanjutnya.
Sementara itu, Kantor Asing dan Persemakmuran (FCO) memperbarui saran perjalanan mereka ke Irak untuk warga negara Inggris.
“Pekerjaan pertama pemerintah mana pun adalah menjaga keamanan orang Inggris,” kata Raab dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan bahwa dengan “meningkatnya ketegangan” di kawasan itu, FCO menyarankan warga negara Amerika Serikat untuk tidak melakukan perjalanan ke Irak dengan pengecualian pemerintah daerah Kurdi dan untuk mempertimbangkan dengan hati-hati apakah penting untuk melakukan perjalanan ke Iran.
“Kami akan terus meninjau ini,” tambahnya.
Inggris Kirim Kapal Perang ke Teluk Persia
Dua kapal perang Inggris telah dikirim ke Teluk Persia untuk melindungi kapal dan warga negara, Menteri Pertahanan Ben Wallace mengumumkan Sabtu (4/1).
“Di bawah hukum internasional, Amerika Serikat berhak untuk membela diri terhadap mereka yang mengancam negara mereka,” tambah Wallace.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengawal kapal-kapal berbendera Inggris melalui Selat Hormuz pada Juli tahun lalu menyusul penyitaan Iran atas kapal berbendera Inggris. Penyitaan itu dilakukan sebagai pembalasan atas penyitaan sebuah kapal tanker berbendera Iran di dekat Gibraltar, sebuah wilayah Inggris.
Sumber: Anadolu Agency