Puasa Melejitkan Produktivitas Kerja

Puasa Melejitkan Produktivitas Kerja

Puasa Bukan Halangan Untuk Tetap Beraktivitas
Ilustrasi Aktivitas Seorang Pegawai. (Ils: Novitasari/Siswi SMK Muhammadiyah 2 Surabaya)

Suaramuslim.net – Ibadah puasa Ramadan selain untuk mendekatkan diri menuju tercapainya tujuan penciptaan juga sekaligus melatih peningkatan produktivitas kerja.

Terdapat beberapa indikator bahwa nilai dalam ibadah puasa Ramadan yang mengindikasikan pada tercapainya produktivitas kerja tersebut. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, makna tersirat dari teks diwajibkannya puasa. Kedua, pesan dari lintasan sejarah yang terjadi dalam bulan Ramadan.

Pesan di Balik Teks

Kewajiban puasa Ramadan diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183, yang menyatakan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Toto Tasmara dalam bukunya Transendental Intelligent (Kecerdasan Transendental) memakna takwa dengan pengertian sikap bertanggungjawab penuh atas segala potensi yang melekat dalam diri seorang mukmin.

Takwa oleh beliaunya dimaknai demgan responsibility (sikap tanggung jawab). Yang memiliki makna respon to ability, sebuah respons atas kemampuan yang dimiliki, bahwa setiap individu telah dititipkan kemampuan oleh Allah.

Orang yang bertakwa adalah mereka yang mampu merespons secara positif setiap kemampuannya dengan cara yang kreatif sehingga kemampuannya dapat teroptimalkan dengan baik dalam menghasilkan produktivitas.

Seorang yang diberi kemampuan dalam bidang olah raga maka dia memiliki tanggung jawab mewujudkan prestasi maksimal atas potensinya tersebut. Misal sebagai juara dalam setiap kompetisi.

Seseorang yang diberi kemampuan menulis maka dia memiliki tanggung jawab mampu menghasilkan tulisan yang dapat memberikan kemanfaatan besar bagi yang lain. Demikian pula seseorang yang diamanahi oleh Allah dengan sebuah jabatan, maka dia diharapkan mampu menjalankan amanah kepemimpinannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan menjadi jalan kemaslahatan bagi organisasi dan sesama.

Takwa dalam pengertian ini adalah tindakan implementatif yang dirasakan dampak kebaikannya bagi diri dan sekitarnya secara maksimal sehingga keberadaan dirinya benar-benar bernilai kontributif. Hal ini sebagai dampak dari kemampuan dirinya dalam berdisiplin dengan komitmen ketaatan.

Puasa yang dilakukan di bulan Ramadan sejatinya adalah menciptakan pribadi-pribadi produktif yang mampu mewujudkan potensi dirinya itu secara maksimal melalui manajemen waktu yang baik serta manajemen diri yang produktif.

Pesan dalam Lintasan Sejarah

Apabila kita membuka lembar-lembar sejarah umat Islam semenjak zaman Nabi Muhammad hingga hari ini. Maka kita akan menemukan jejak sejarah bahwa banyak peristiwa besar dan pencapaian-pencapaian besar terjadi pada bulan Ramadan di saat kaum mukminin berpuasa.

Peristiwa bersejarah yang membersamai bulan Ramadan tentunya adalah turunnya Al-Qur’an baik secara inzal (keseluruhan) ataupun secara tanzil (bertahap).

Secara inzal yaitu Al-Qur’an diturunkan dari lauh mahfudz ke langit dunia yang terjadi pada malam lailatul qadar. Selanjutnya secara tanzil yaitu dari langit dunia diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril, ayat pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadan kemudian diperingati dengan hari nuzulul quran.

Peristiwa bersejarah lainnya adalah perang kaum muslimin dengan orang kafir pertama kali yaitu Perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan di tahun kedua Hijriyah.

Perhatikan bagaimana umat Islam saat itu mencapai kemenangan besar sekaligus sebagai pembuka bagi kemenangan-kemenangan selanjutnya. Itupun terjadi di saat kaum muslimin sedang berpuasa. Artinya puasa tidak menghalangi untuk menghasilkan prestasi dan produktivitas maksimal.

Peristiwa lainnya dalam konteks kebangsaan kita yang meneguhkan pesan produktivitas ini, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperjuangkan dalam kurun waktu yang sangat panjang oleh para ulama mujahid bangsa ini dan para pahlawan bangsa juga dibacakan deklarasinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di saat kaum muslimin Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa.

Berbagai fakta di atas meneguhkan bahwa puasa Ramadan sejatinya adalah momentum terbaik untuk menunjukkan dan menghasilkan produktivitas terbaik. Karena saat seseorang sedang berpuasa maka perut sebagai jalan hawa nafsu ditekan secara maksimal dan kemudian otak dan hati diaktifkan untuk menghasilkan produktivitas tertinggi melalui panduan aktivitas spiritualitas yang sedang dijalaninya.

Sebuah pandangan yang keliru manakala selama berpuasa seseorang lebih banyak mengisi harinya dengan tidur dan bersantai. Bukti sejarah menunjukkan bahwa pada saat bulan Ramadan itulah berbagai produktivitas dihasilkan. Hal ini sangat memungkinkan terjadi karena saat itu spiritualitas sedang diaktifkan dan mencapai puncaknya melalui amaliah ibadah puasa.

Sehingga apabila seseorang tidak mampu menghasilkan produktivitas kerja maksimal selama bulan Ramadan maka tentu patut dipertanyakan kembali tentang keadaan puasa kita.

Di saat perut kosong dan “mati” maka harusnya hati nurani yang akan menggantikan untuk menghidupkan potensi kemanusiaan kita. Bagaimana dengan diri kita?

 

Akhmad Muwafik Saleh
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwir Al-Afkar Tlogomas Malang, Dosen FISIP UB, Sekretaris KDK MUI Jawa Timur, Motivator Nasional Bidang Komunikasi Pelayanan Publik, Penulis 16 Buku Best Seller.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment