Qurbanmu adalah tanda kedekatanmu kepada-Nya

Qurbanmu adalah tanda kedekatanmu kepada-Nya

Qurban di Gumantar, Diantara Masjid yang Telah Jadi Reruntuhan
Qurban di Gumantar, Diantara Masjid yang Telah Jadi Reruntuhan (Foto: suaramuslim.net)

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُم

كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرْ

الْمُحْسِنِينَ

“Tidak akan sampai kepada Allah daging-daging (kurban) dan tidak darah-darahnya, tetapi ketakwaan kamulah yang sampai kepada-Nya. Demikianlah Ia mudahkan (kurban-kurban) itu untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang berbuat kebajikan.” QS. Al-Hajj:37.

Menurut Ibnu Abbas, dimasa lalu masyarakat jahiliyah kalau berqurban biasanya menaburkan darah hewan qurban itu di dinding ka’bah dan membakar daging dagingnya supaya Tuhan berkenan menerima qurbannya.

Dan dimasa islam turunlah ayat tersebut untuk memberi peringatan bahwa Allah tidak membutuhkan hewan qurban itu, tapi yang dibutuhkan adalah ketakwaannya.

Dan ketakwaan itu intinya keridlaan jiwa untuk menjalankan perintah-Nya. Artinya, bukan bentuk hewan Qurban itu yang dilihat Allah, tapi keikhlasan diri seseorang dalam menjalankan perintah berqurban itu yang dilihat-Nya.

Dalam qurban, Allah akan menerima ketakwaan orang yang berkurban sebelum darah binatang sembelihannya itu menyentuh tanah dan daging kurban itu diterima mustahiknya. Demikian itu tampak semakin jelas ketika Allah azza wa jalla menguji Ibrahim dengan perintah menyembelih Ismail. Ketika keduanya telah berserah diri dan siap meleksanakan perintah-Nya, Allah swt. menahannya dan berfirman:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ # وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ # قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ # إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ # وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Wahai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah mengerjakan perintah dalam mimpi itu dengan benar, begitulah Kami membalas orang-orang yang berbuat kebajikan. Sesungguhnya ini adalah cobaan yang nyata (beratnya), dan Kami telah menebusnya dengan satu sembelihan yang besar (Ibrahim kemudian diperintah menyembelih seekor kambing yang besar).” QS. As-Shafat: 103-107.

Prosesi ujian Ibrahim di atas memberikan pesan bahwa Allah swt. tidak berkepentingan dengan daging dan darah Ismail yang hendak disembelih Ibrahim, akan tetapi ketakwaan Ibrahim dan Ismail yang terwujud dalam bentuk ketaatan terhadap perintah yang akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang besar.

So.. kalau kita beli hewan qurban yang bisa jadi harganya murah 2 jt misalnya, namun itu dilakukan karena kepasrahan diri untuk mendpatkan pahala dari Allah dengan mengikuti perintah-Nya, inilah ketakwaan yang dilihat Allah, bukan kambingnya yang murah.

Demikian pula sebaliknya, hewan qurban yang besar sampai bobot 1 ton misalnya, tapi itu bentuk dari kebanggan diri, maka itu qurban tidak dibutuhkan oleh Allah. Jadi percuma ya..

APAKAH QURBAN KITA DITERIMA ALLAH?

Gampang, lihat saja setelah berqurban;

1. Apakah semakin dekat dengan Allah.

Qurban itu dari kalimat qoruba yang artinya dekat. Kemudian berubah menjadi Qurban dengan ketambahan alif dan nun, yang memiliki makna superlatif, yang berarti sangat banyak kedekatannya. Artinya Qurban adalah amalan yang sangat banyak untuk bisa sangat dekat dengan Allah. Karena itu Qurban juga diartikan hewan yang dikurbankan, karena denganya bisa membuat banyak mendekat kepada Allah.

So.. dari makna itu, mestinya setelah ber qurban, kita mestinya semakin dekat (qurbah) dengan Allah. Dan hal itu bisa dilihat dari ibadah yang semakin berkwalitas.

2. Nafsu kebinatangannya bisa dikendalikan.

Bukankah dalam diri manusia ada unsur kebinatangan, jika ikatan imannya lemas maka kebinatangannya yang nampak. Perhatikan Firman-Nya;

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. QS Muhammad 12.

Bahkan ketika benar benar parah keterlepasan kepada iman, maka bisa jadi manusia itu lebh rendah daripada hewan qurban itu sendiri;

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. QS Al A’raf 179.

Maka ketika manusia dengan iman dan takwanya berpasrah diri dengan hukum Allah , sesungguhnya ia telah meng qurbankan nafsu binatangnya, mengikatnya dengan tali kekang ibadah kepadaNya. Sehingga perangainya benar benar sebagai MANUSIA.

3. Akan mendapatkan pertolongan Allah yang sesuai dengan upaya pendekatan diri kita kepadaNya. Itulah kenapa Nabi selalu ber qurban , meski Beliau pasti ditolong Allah.

Karena Nabi صلي الله عليه و سلم ingin menunjukan teori umum untuk mendapatkan PERTOLONGAN ALLAH adalah linier dengan QURBANMU kepadaNya.

Karena itu Nabi saw. selalu berqurban tiap tahun, dan pada tahun terakhir beliau di dunia ini memperbanyak Qurbannya.

حَتَّى أَتَى بَطْنَ مُحَسِّرٍ فَحَرَّكَ قَلِيلاً ثُمَّ سَلَكَ الطَّرِيقَ الْوُسْطَى الَّتِى تَخْرُجُ عَلَى الْجَمْرَةِ الْكُبْرَى حَتَّى أَتَى الْجَمْرَةَ الَّتِى عِنْدَ الشَّجَرَةِ فَرَمَاهَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ مِنْهَا مِثْلِ حَصَى الْخَذْفِ رَمَى مِنْ بَطْنِ الْوَادِى ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى الْمَنْحَرِ فَنَحَرَ ثَلاَثًا وَسِتِّينَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَعْطَى عَلِيًّا فَنَحَرَ مَا غَبَرَ وَأَشْرَكَهُ فِى هَدْيِهِ ثُمَّ أَمَرَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضْعَةٍ فَجُعِلَتْ فِى قِدْرٍ فَطُبِخَتْ فَأَكَلاَ مِنْ لَحْمِهَا وَشَرِبَا مِنْ مَرَقِهَا [رواه مسلم]

Sampai di tengah lembah Muhassir, dipercepatnya untanya melalui jalan tengah yang langsung menembus ke Jumratul Kubra. Sampai di Jumrah yang dekat dengan sebatang pohon, beliau melempar dengan tujuh buah batu kerikil sambil membaca takbir pada setiap lemparan. Kemudian beliau terus ke tempat penyembelihan kurban. Di sana beliau menyembelih enam puluh tiga hewan kurban dengan tangannya dan sisanya diserahkannya kepada Ali untuk menyembelihnya, dan Rasulullah menyertakannya dalam kurbannya tersebut, Kemudian beliau suruh ambil dari setiap hewan kurban itu sepotong kecil, lalu disuruhnya masak dan kemudian beliau makan dagingnya serta beliau minum kuahnya.. (HR. Muslim)

قال النووي : وفيه استحباب تكثير الهدى وكان هدى النبي  في تلك السنة مائة بدنة

Imam an-Nawawi berkata, “Hadits tersebut menunjukkan sunnahnya memperbanyak kurban, dan kurban Nabi pada saat itu adalah 100 ekor badanah (unta).

Karena itu kalau ber qurban harus ikhlas yaitu dilandasi ketakwaan kepada Allah.

Wallohu Alam

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment