Suaramuslim.net – Karakter terbentuk dari sebuah pembiasaan yang berulang. Selain melatih berpuasa untuk anak, Ramadhan ternyata sangat ampuh membentuk karakter sang buah hati. Bagaimana caranya?
Ustadz Miftahul Jinan, M.Pdi, Direktur Griya Parenting Indonesia, dalam seminar Trik Jitu Mempersiapkan Buah Hati Menyambut Ramadhan, Selasa (23/5) di Universitas Narotama Surabaya itu menjelaskan bahwa pembiasaan baik yang dilakukan dalam 30 hari berturut-turut, merupakan cara membentuk karakter anak. “Ini cocok dengan teori kebiasaan dalam teori sosial,” jelasnya.
Karakter, ia melanjutkan, akan dibentuk dari kebiasaan yang dilakukan selama 21 hari minimal dan 30 hari maksimal. Artinya, jika ingin membentuk karakter anak, orangtua bisa melakukan pembiasaan yang baik selama 30 hari untuk mendapatkan output yang maksimal. “Bukankah Ramadhan itu sekitar 30 hari?” tanyanya kepada peserta kegiatan yang digelar atas kerjasama Universitas Narotama Surabaya dan Radio Suara Muslim Surabaya itu.
Meski demikian, melakukan pembiasaan yang baik memang butuh kesabaran dan keistiqomahan yang ekstra. “Jika orangtua tidak sabar atau tidak istiqomah, sampai kapanpun akan sulit. Itu bahkan akan mengajarkan mengajarkan hal yang buruk. Jika sudah disepakati, harus ditepati,” katanya. Menyalahi kesepakatan, sama dengan mengajarkan kepada anak untuk melanggar perjanjian yang sudah disepakati.
Kesabaran memang menjadi bahan dasar untuk melakukan pembiasaan baik. “Karenanya, ayah dan ibu harus jadi tim yang kompak, saling mengevaluasi, menyemangati dan mengingatkan terkait dengan kesepakatan yang sudah dibuat,” ujar bapak dari lima anak ini. Hal ini penting, karena biasanya di awal proses pembiasaan, anak cenderung melakukan kesalahan. “Ketika itulah pitch control orangtua diperlukan” tegasnya lagi.
Ramadhan, adalah momentum luar biasa yang penuh dengan banyak kebiasaan baik. “Orangtua hanya mendapat PR bagaimana mengemas kegiatan baik itu jadi terasa menyenangkan,” katanya.
Menyamakan Cara Pandang Orangtua-Anak tentang Ramadhan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa siapa saja yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. Frekuensi kegembiraan ini, lanjutnya, seharusnya sama antara orangtua-anak. “Jangan sampai, orangtua gembira, namun sang anak merasa terbebani,” katanya.
Banyak hal yang bisa dilakukan agar anak turut gembira dan jatuh cinta pada Ramadhan. Misalnya, ajak anak untuk menulis rencana kegiatan saat Ramadhan atau dengan membuat berbagai kegiatan menarik yang disukai anak ketika Ramadhan. “Tentu saja kegiatan yang edukatif,” pesannya. Menurutnya, dengan menulis berbagai rencana Ramadhan, sama artinya bahwa orangtua telah membantu anak untuk mengatur kegiatannya selama Ramadhan. “Jangan buat Ramadhan ini berlalu begitu saja tanpa rencana” tegasnya lagi.
Ada hal penting yang menurutnya perlu diperhatikan orangtua, yaitu mendampingi anak saat menjalankan ibadah puasa. “Itu merupakan bentuk dukungan luar biasa besar terhadap Ananda,” katanya.
Terkadang, terdapat jam-jam rawan saat anak menjalankan ibadah puasa, jam di saat perut Ananda mulai keroncongan. “Saat seperti itu peran ibu diperlukan,” tandasnya. Karakter ibu yang lebih sabar dapat membuat anak merasa lebih kuat dalam menjalani puasanya hingga tuntas.
Menurut penulis produktif buku-buku parenting ini, jika perbuatan baik sudah dibiasakan selama satu bulan, ini akan menjadi modal besar untuk Ananda dalam membentuk karakter. “Selanjutnya tinggal orangtua mengawalnya dengan membiasakan kebiasaan baik pula,” tutupnya. (muf/smn)