Suaramuslim.net – Pandemi ini membuka kesempatan bagi rekonstruksi pendidikan nasional yang lebih memberdayakan umat Islam secara ekonomi dan politik. Saat sistem global goyah dan sedang menemukan bentuk dan keseimbangannya yang baru, umat Islam perlu bergerak cepat untuk membangun sistem baru ini. Karena pendidikan bertugas terutama menyediakan syarat-syarat budaya (sistem nilai) bagi peran ekonomi dan politik yang baru bagi umat Islam ini, maka kita perlu berlapang dada untuk kehadiran sistem pendidikan yang baru.
Bangunan ekonomi nasional saat ini sangat kapitalistik, urban-industrial dan ribawi. Sumber daya ekonomi dikuasai oleh sekelompok elit pemilik modal dan tanah. Ini mungkin terjadi karena proses-proses politik pun telah dijadikan arena transaksional saat uang lebih berbicara daripada kompetensi ataupun akhlak.
Sektor-sektor agromaritim terbengkalai karena kawasan pertanian dan pesisir semakin tidak mampu menyediakan kesempatan proses nilai tambah bagi warga muda. Kerusakan lingkungan, keretakan keluarga, degradasi moral, dan urbanisasi besar-besaran terjadi selama 40 tahun terakhir ini.
Bagi umat Islam, perombakan sistem pendidikan ini harus dimulai dari perombakan institusional yang bertugas melakukan pelembagaan nilai-nilai baru yang lebih Islami. Virus lama yang menghinggapi Sisdiknas adalah persekolahan yang memonopoli secara radikal dengan nilai-nilai sekuler.
Persekolahan paksa massal hanya menjadi instrumen teknokratik pemerintah dalam sekulerisasi dan penyediaan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan para investor, terutama investor asing.
Ini harus dikoreksi karena tidak sesuai dengan amanah Pembukaan UUD1945, terutama dengan mereposisi peran persekolahan, keluarga dan masyarakat. Monopoli persekolahan, seperti monopoli lainnya, telah berakibat buruk pada kinerja pendidikan warga belajar. Secara umum, masyarakat kita menjadi dungu (dumb), bukan cerdas.
Keluarga dan masyarakat (masjid, satuan sosial-ekonomi lain di masyarakat) harus diberi peran yang lebih bermakna daripada saat ini agar kecerdasan bangsa tumbuh subur kembali merata di seluruh pelosok tanah air, tidak hanya di kawasan perkotaan saja.
Sistem pendidikan yang baru ini memberi kesempatan luas bagi umat Islam dalam pembentukan warga muda muslim/muslimah yang mandiri, bertanggungjawab, sehat dan produktif di berbagai sektor ekonomi, terutama agromaritim sebagai basis pangan umat. Ketergantungan pada utang dan riba dihilangkan secepat mungkin. Agenda perang melawan riba ini harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam merekonstruksi Sisdiknas.
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net