Rektor UIN Antasari: Buta Huruf Bukan Tidak Bisa Membaca dan Menulis

Rektor UIN Antasari: Buta Huruf Bukan Tidak Bisa Membaca dan Menulis

BALIKPAPAN (Suaramuslim.net) – Guru besar sosiologi agama yang juga Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA mengatakan orang buta huruf di masa mendatang bukan orang yang tidak bisa membaca dan menulis, tapi orang yang tidak bisa belajar dan bernalar.

“Karena itu harus terus menumbuhkan kapasitas diri dengan menjadi manusia pembelajar. Seorang guru atau dosen yang tak mau belajar lebih baik berhenti mengajar. Kita harus beradaptasi dengan perubahan,” kata Mujiburrahman.

Hal itu ia sampaikan ketika menyampaikan orasi ilmiah dalam Sidang Senat Terbuka Wisuda Angkatan XI & XII sekaligus penugasan sebanyak 102 alumni Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah, Balikpapan, Kaltim, Sabtu (17/11/2018).

Selain kemampuan belajar dan bernalar, perguruan tinggi maju di dunia saat ini kata Mujiburrahman mulai menyadari bahwa keahlian spesialis saja tidak memadai lagi. Namun perlu ditopang dengan wawasan keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora.

“Kenapa, karena perubahan memerlukan adaptasi dan proporsionalitas. Bagaimana membekali ilmu dan terus mempelajari ilmu-ilmu,” imbuhnya seperti dilansir INA News Agency.

Ia pun menyebut salah satu tantangan besar yang dihadapi pada era ini adalah fenomena gadget. Dulu kita hanya mengenal mesin ketik, sekarang telah beralih ke elektronik.

“Ini betul-betul perubahan yang luar biasa. Saking dahsyatnya, ini disebut juga dengan era disrupsi. Perubahan yang begitu cepat sehingga kita susah menjalani seperti yang dulu,” ujarnya.

Gadget juga, kata dia, menyebabkan degradasi terhadap hubungan personal. Ia mengistilahkan dengan “sendiri bersama-sama”, masing masing main ponsel. Yang dekat menjadi jauh.

“Media itu hadir sekaligus absen. Seperti dalam logika seorang anak-anak, bagi mereka media adalah merepresentasikan diri kita padahal tidak. Itu hanya citra,” lanjutnya.

Selain itu, lanjut dia, problem yang tak kalah penting adalah Indonesia yang diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030. Bonus demografi dinilai akan membawa dampak sosial-ekonomi di antaranya terhadap tingkat penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif akan sangat rendah.

“Bonus demografi harus bisa dimanfaatkan untuk bangsa ini atau jika tak dikelola dengan baik akan terjadi pengangguran besar-besaran. Apa yang diberikan oleh Hidayatullah membuka lapangan kerja untuk sarjana lulusan perguruan tinggi Hidayatullah ini luar biasa. Bahkan UGM memberikan pendampingan terhadap alumninya sampai 3 tahun,” tandasnya.

Sumber: INA News Agency
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment