Suaramuslim.net – Allah berfirman di Surat Ar-Ra’du ayat 28
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”
Keberimanan dan hati yang selalu ingat kepada Allah akan membuahkan ketenangan jiwa dan ketenangan jiwa membuat mudah dalam menghadapi masalah hidup.
Coba perhatikan kisah keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam. Hajar beserta bayi Ismail diajak pergi oleh Ibrahim dari Hebron ke sebuah lembah yang tidak bertuan. Lembah itu sungguh menakutkan bagi siapapun yang tinggal di situ, apalagi sendirian.
Lembah ini disebut Mekkah, Ibrahim mengantarkan Hajar dan Ismail di lembah tersebut di sebuah pohon rindang, yang kelak menjadi tempat munculnya Zam Zam.
Ibrahim hanya memberikan kantong kulit berisi air dan kantong perbekalan lainnya lalu meninggalkan keduanya.
Ketika itu Hajar mengikutinya dari belakang dan berkata berulang-ulang;
“Wahai Ibrahim, engkau mau pergi ke mana dan meninggalkan kami di lembah sepi dan kosong ini?”
Hajar mengucapkannya hingga beberapa kali, namun Ibrahim tidak jua menoleh. Akhirnya Hajar bertanya, “Allah-kah yang menyuruhmu untuk melakukan hal ini?” ‘Ya,’ jawab Ibrahim.
Hajar akhirnya mengatakan, “Kalau begitu, Ia tidak akan menelantarkan kami.” Hajar kemudian kembali. (Riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, dalam Kitab Al Munir karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili ketika menafsirkan Q.S. Ibrahim ayat 38).
Setelah Hajar mengingat Allah, bahwa Allah akan menolongnya, tenanglah gemuruh jiwanya dalam menghadapi situasi yang mencekam di lembah itu.
Ada kisah lagi di zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Suatu ketika pada waktu pagi setelah salat Subuh, Nabi melihat salah seorang berada di sudut masjid sedang duduk termenung, orang tersebut adalah Abu Umamah (Shuday bin Ajlan Al Bahily).
Kemudian Nabi menghampirinya dan bertanya, “Wahai Abu Umamah, aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu salat, apa yang terjadi denganmu?”
Abu Umamah menjawab, “Ya Rasulullah, saat ini aku dalam kesulitan membayar utang.”
Rasulullah berkata, “Aku akan mengajarkanmu beberapa perkataan positif, jika engkau mengucapkannya, mudah-mudahan Allah SWT akan menghilangkan segala kesulitanmu dan melunasi utang-utangmu. Bacalah doa ini pada pagi dan sore hari.”
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia).”
Menurut pengakuan Abu Umamah, setelah ia mengamalkan dan membaca doa yang diajarkan Nabi tersebut, Allah menghilangkan kebingungan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, ketakutan, dan utang-utangnya dapat dilunasi. (Abu Daud).
Perhatikan isi doa Nabi Muhammad tersebut. Isinya bukan ‘permohonan’ untuk dapat mengatasi masalah utang tapi justru ‘perlindungan’ diri dari kegalauan dan kesedihan.
Seolah Nabi Muhammad memberi nasihat kepada Abu Umamah, agar menenangkan diri dalam menghadapi masalah dan menghilangkan kegalauan, kepanikan dengan memohon perlindungan dari itu semua kepada Allah.
Masalah itu jadi besar bukan karena masalahnya, tapi sikap kita yang kerdil terhadap masalah itu, sehingga nampak masalah itu menjadi besar.
Kekerdilan jiwa dalam menghadapi masalah akan membuat masalah menjadi besar, namun ketenangan dalam menghadapi masalah membuat masalah jadi kerdil.
Bagaimana cara kita membuat jiwa tenang dalam menghadapi segala musibah?
Pahami dan yakini bahwa semua ujian Allah itu kecil, tidak banyak dibanding kenikmatan yang telah Allah berikan
Coba pahami lagi ayat 155 surah Al-Baqarah ini.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Bukankah tidak ada yang abadi di dunia ini, baik itu senang dan susah? Semuanya akan silih berganti seperti bergantinya siang dan malam, kecuali ketika sudah di akhirat.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Bukankah di setiap kesulitan akan ada kemudahan?
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Al-Insyirah: 5-6).
Ada hadis dari Anas, ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dan sekelilingnya ada lubang. Beliau bersabda:
“Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini, maka akan datang kemudahan dan ia turut masuk ke dalam lubang tersebut sampai ia mengeluarkan kesulitan tadi.” Lantas turunlah potongan ayat yang disebutkan di atas. (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2: 255. Sanad hadis ini dha’if karena terdapat A’idz bin Syuraih).
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa ketika turun surat Alam Nasyrah ayat 5-6, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan. Karena satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”
So.. Pahami itu semua dan jadikan keyakinan dalam hidupmu.
Patuhi syariat dengan ikhtiar yang sempurna
Bukankah ikhtiar itu berpahala karena merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya?
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Al-Anfal: 60).
Hadis Nabi Muhammad begitu banyak memerintahkan kita berikhtiar.
Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya? Rasulullah menjawab: “Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal!” (At-Tirmidzi).
Niatkan dalam berikhtiar itu karena menjalankan perintah Allah, niatkan dalam mematuhi prokes ini karena menjalankan perintah-Nya dalam berikhtiar, supaya mendapatkan pahala karena beramal saleh dalam berikhtiar adalah amal saleh yang terpuji di sisi-Nya. Bukan karena takut ditangkap petugas satgas Covid 19.
Dengan ikhtiar membuat tawakal bertambah kualitasnya, sehingga menjadi tenang jiwanya.
Kuatkan doa dan zikir lisan dan batin
Doa ini tidak hanya sekadar ibadah dan berpahala, namun lebih dari itu doa adalah wujud dari rasa dalam jiwa akan butuhnya diri ini kepada Allah. Doa juga merupakan wujud rasa pengakuan akan kelemahan diri.
Doa, di samping untuk diri sendiri, jangan lupa juga berdoa untuk saudara yang lain yang lagi ditimpa masalah, karena doamu kepada saudaramu adalah doa untuk dirimu.
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, ‘Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (Muslim).
Seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Darda’ sebagaimana diceritakan oleh istrinya, Ummu Darda’ sering mendoakan para sebanyak 300 orang. Allahu Akbar!
Berzikirlah dan berdoalah terus jangan bosan dan berhenti seperti engkau mengayuh sepeda terus menerus sehingga sepeda itu sampai jua ke tempat yang dituju.
Sebagai contoh doa (dapat ijazah dari guru kami KH Ihya Ulumiddin) yang bagus diamalkan terutama bagi yang lagi sakit, isoman, sungguh doa ini bagus dilafalkan tiap saat, karena makna doa ini membuat hati menjadi tenang. Bisa menambah imun dan iman.
بِسْمِ اللّٰه رَبِّيَ اللّٰه حَسْبِيَ اللّٰه تَوَكَلَّتُ عَلىٰ اللّٰه اِعْتَصَمْتُ بِاللّٰه فَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلىٰ اللّٰه مَا شَاءَ اللّٰه لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰه
Dengan nama Allah, Tuhanku hanyalah Allah, cukuplah Allah jaminan hidupku, aku hanya berpasrah kepada-Nya, aku berpegang teguh dengan qodar Allah, aku pasrahkan semua urusanku kepada Allah. Semuanya tiada kehendak kecuali kehendak-Nya, tiada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatannya.
Monggo diamalkan, doa ini memiliki dzauq (rasa) tauhid yang begitu kental, diamalkan juga dengan doa-doa lainnya.
So… Sebesar apapun gelombang musibah menimpa kita, jika dihadapi denga resep-resep ketenangan di atas, semestinya gelombang musibah itu akan ikut tenang dan mengecil bahkan mungkin menghilang, seperti Covid 19 ini.
Wallahu A’lam
M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
22 Juli 2021/12 Dzulhijjah 1442