Suaramuslim.net – Sangat mungkin karena si pemimpin memiliki pikiran dasar bahwa agama harus dipisahkan dari politik, maka revolusi mental yang dijajakan tidak dikaitkan sama sekali dengan nilai-nilai agama. “Agama harus dipisahkan dari politik,” katanya.
Revolusi mental tidak bicara apa-apa terhadap berbagai kekerasan yang dialami oleh rakyat. Kita sekarang mengalami kekerasan sosial, kekerasan ekonomi, kekerasan politik, kekerasan hukum, dll. Lapisan masyarakat bawah menderita berbagai kekerasan tersebut secara simultan.
Violence atau kekerasan dalam arti luas itu mendera puluhan juta masyarakat miskin. Mereka berharap, beraspirasi, bahkan bermimpi kapan bisa keluar dari himpitan sosial yang berupa berbagai stigma yang merendahkan dan menghina. Keluar dari tekanan ekonomi yang berkepanjangan karena harga sembako dan tarif listrik makin tak terjangkau, dsb.
Kebanyakan rakyat merasa punya keberadaan politik (eksistensi politik) hanya sekali atau dua kali dalam 5 tahun tatkala mereka disapa dan diperhatikan oleh elite politik barang sebentar, untuk keperluan pemilihan umum. Kemudian segera dilupakan.
Mahatma Gandhi pernah mengingatkan bahwa ada 7 sumber kekerasan yang dialami masyarakat. Tujuh hal itu dinamakan juga sebagai seven blunders of the world, yakni: wealth without work; pleasure without conscience; knowledge without character; commerce without morality; worship without sacrifice; politics without principles (kekayaan tanpa kerja; kesenangan tanpa sadar diri; pengetahuan tanpa akhlak; perdagangan tanpa moralitas; ibadah tanpa pengorbanan; politik tanpa prinsip). Arun Gandhi, cucu sang mahatma, menambah blunder yang ke 8, yaitu rights without responsibilities (meminta pemenuhan hak tanpa mau memikul tanggung jawab). Yang dikejar hak melulu, sedangkan kewajiban diabaikan.
Bagi orang yang masih berpikir jernih dan berusaha objektif, pasti sedikit banyak bingung melihat perkembangan masyarakat Indonesia dewasa ini. Tujuh sumber kekerasan yang dikatakan Gandhi itu serasa berulang kembali dalam konteks Indonesia di dekade kedua abad 21.
Dikutip dari e-book karya Prof. M. Amien Rais berjudul “Hijrah; Selamat Tinggal Revolusi Mental Selamat Datang Revolusi Moral.”
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net