Rezeki ini sering tak dianggap rezeki

Rezeki ini sering tak dianggap rezeki

Ilustrasi waktu berjalan. Ilustrator: Ana Fantofani
Ilustrasi waktu berjalan. Ilustrator: Ana Fantofani

Suaramuslim.net – Suatu saat dulu pernah harus pulang ke rumah dari kantor karena ada sesuatu yang harus diambil. Ya, sekitar pukul 10.00-an. Dalam perjalanan pulang pergi rumah-kantor, saya melihat orang ceria berolahraga.

Seperti dekat rumah ada beberapa bapak main tenis. Mereka teriak-teriak, tertawa-tawa, dan bersenda gurau. Saya perhatikan mereka dengan saksama. Belum umur pensiun. Umur masih produktif.

Atau kalau saya lewat rute Masjid Agung, banyak bapak juga berolahraga. Juga bukan umur yang masuk pensiun.

Kok bisa ya mereka? Apa mereka nggak bekerja? Lha mereka kok bisa makan? Apa karena mereka pengusaha? Tak harus datang saat jam kerja?

Maka kalau begini kadang saya renungkan ada benarnya, dawuhnya Nabi. Yakni ada sebuah rezeki. Tapi sering dianggap bukan rezeki. Karena kebanyakan orang menganggap rezeki itu hanyalah materi. Uang banyak, rumah banyak, mobil banyak dll.

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Riwayat Al-Bukhari).

Rezeki itu adalah waktu luang. Sebuah kesempatan. Yang dengan rezeki itu bisa digunakan kegiatan yang bukan utama. Bukan untuk bekerja mencari nafkah. Di luar bekerja.

Dengan rezeki itu bisa buat membaca Al Qur’an dan mengkajinya. Atau membaca hadis, kitab-kitab agama, atau buku bermanfaat lain. Atau ikut pengajian, mendalami agama agar lebih baik. Ikut organisasi agar bermanfaat bagi orang banyak. Atau sekadar buat olahraga.

Jadi waktunya bukan melulu bekerja. Sisa waktu yang ada pun hanya untuk istirahat, agar besok bisa bekerja lagi. Terus begitu sampai pensiun.

Ternyata setelah pensiun, sakit. Tak bisa ke mana-mana. Bahkan hidupnya bertahun-tahun setelah itu hanya di atas ranjang. Menunggu kematian.

Maka memang perlu direnungkan dawuhnya Nabi itu. Bahwa rezeki ini kadang memang hanya beberapa orang menerimanya. Kadang ada yang menerimanya, tapi tak dapat menggunakannya secara berkah. Dilalaikan, begitu dawuhnya Nabi.

Baru saat nanti sudah tak mungkin dapat rezeki itu, baru disesali. Kenapa dulu tak begini, kenapa tak begitu. Maka harusnya kita mencamkan dawuhnya Nabi tersebut. Agar selalu mensyukuri rezeki yang sering dilalaikan manusia itu.

Bagaimana menurut Anda?

Mochamad Yusuf
Enerlife Solution

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment