Suaramuslim.net – Agama Islam memang unik. Keunikan ini tampak salah satunya pada konsep pendidikannya. Letak keunikannya salah satunya adalah dalam sistem periwayatan ilmu. Islam satu-satunya agama yang sangat ketat dalam penyampaian sebuah pesan kenabian (hadis). Yaitu adanya seleksi ketat terhadap setiap orang yang menyampaikan sabda Nabi sehingga setiap periwayat itu diselidiki dengan sangat teliti menegaskan dan memastikan kualitas dan kebenaran sebuah pesan.
Penelitian terhadap para periwayat pesan Nabi telah menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan yang disebut dengan rijalul hadis. Hasil penelitian terhadap orang-orang atau para perawi hadis, kemudian menghasilkan pengembangan ilmu berupa derajat suatu hadis, sahih, daif dan sebagainya.
Periwayatan ilmu yang bersumber dari Rasulullah, kemudian terus disampaikan dari generasi ke generasi itulah kemudian yang melahirkan sanad ilmu. Seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin rahimahullah, menyampaikan:
إِنَّ هَذَا العِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Muslim).
Sanad adalah harta istimewa kaum muslimin. Metodologi ini, hanya Allah berikan kepada umat Islam, tidak pada umat yang lain. Sebagai bukti dengan terjaganya hadis Nabi hingga saat ini adalah karena adanya sanad yang bersambung kepada beliau yang terus dijaga oleh umat ini melalui proses pendidikan dan pengajaran, ta’lim wa ta’allum.
Dalam Islam, penyebaran ilmu harus berdasarkan informasi secara akurat yang tersampaikan secara turun-menurun hingga sampai pada Rasulullah sebagai titik pusat penyebaran ilmu Islam. Bahkan Islam melarang jika suatu ilmu yang disampaikan kepada umat berdasarkan hawa nafsunya saja dan tidak melewati jalur sanad keilmuan.
Melalui sanad (jalur memperoleh ilmu) maka keberadaan suatu ilmu akan terjaga kebenarannya karena bersambung melalui para guru (penyampai pesan dakwah) hingga kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Bahkan Islam mengecam dalam memahami agama tanpa seorang guru. Imam Asy Syafi’i berkata: “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar di gelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu.” (Faidhul Qadir juz 1 hlm. 433).
Selanjutnya pula, Imam Asy Syafi’i berkata: “Barangsiapa yang bertafaqquh (mencoba memahami agama) melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan menyia-nyiakan hukum (kepahaman sebenar-benarnya).” (Tazkirah As-Sami’: 87).
Melalui sistem pendidikan dan periwayatan yang demikian, akan terjamin kebenaran informatif dari ilmu yang disampaikan. Sehingga keberadaan ilmu tetap terjaga hingga akhir zaman. Bahkan Rasulullah melarang dengan tegas memahami agama (ilmu) jika didasarkan pada akal rasionalitasnya semata tanpa melalui guru yang membimbing pemahaman.
Disebutkan dalam sebuah hadis: “Barangsiapa menguraikan Al-Qur’an dengan akal pikirannya sendiri (tanpa guru) dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan.” (Ahmad).
Dari Ibnu Abbas berkata Rasulullah saw bersabda: “Di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Ath-Thabarani).
Memahami agama (ilmu) tanpa guru dianggap sebagai sebuah kesesatan. Sebab agama ini telah jelas dan lurus, dibawa oleh para penyampainya melalui sanad yang jelas. Sehingga memahami ilmu dengan cara berpikirnya sendiri, tentu hanya akan melahirkan kesesatan terlebih pula memahaminya melalui orang-orang yang membenci agama ini (orientalis) hal ini dianggap sebagai biangnya kesesatan.
Untuk itu keunikan pendidikan Islam dengan sistem sanad menjadikan umat Islam tidak sembarangan dalam menyampaikan agama ini dan ilmu terjamin dari kerusakan dari para pemalsunya serta garis sanad menjadikan ilmu terus tersambung kepada sumber asal dan aslinya sehingga melahirkan keberkahan dan kedekatan hubungan batin dengan sumber awal yaitu Rasulullah.
Abdullah bin al-Mubarak (ulama tabi’at-tabi’in) mengatakan:
اَلإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلَا الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
“Sanad itu bagian dari agama. Kalau bukan karena isnad, pasti siapa pun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” (Muslim).
Inilah pembeda khas antara sistem pendidikan Islam dan sistem di luar Islam. Dengan sanad inilah ajaran Islam terjaga kemurniannya.