Oleh: Gus Yusuf Misbah (PP Riyadul Jannah Pacet)
Pagi ini bersama dengan jutaan umat Islam berkumpul di Monumen Nasional Jakarta dalam rangka reuni akbar dan maulid agung 212.
Saya bangga sebagai wong NU ikut dalam acara ini meskipun tidak satupun saya melihat ada bendera dari organisasi saya ini yang berkibar di tengah-tengah bendera-bendera yang lain dalam acara reuni akbar dan maulid agung di Monas ini.
Yang membuat saya bangga adalah guru-guru saya para habaib para kyai serta panitia Reuni Akbar 212 dan maulid agung ini. Mereka bisa mengajak seluruh umat yang hadir dari berbagai macam ormas Islam baik yang datang dari Jakarta maupun luar Jakarta. Para hadirin diajak bersama-sama dalam acara tersebut mengamalkan amalan yang sudah biasa diamalkan oleh orang-orang NU dimulai dari shalat Subuh berjamaah.
Dalam sholat Subuh ini Imam membaca bismillah dengan keras dan Qunut yang sangat panjang hal ini sangat kental dengan shalat Subuh yang dilakukan oleh orang-orang NU dilanjutkan dengan dzikir setelah sholat fardhu dengan dzikir yang begitu panjang. Amalan yang sangat kental dilakukan oleh orang-orang NU. Setelah dzikir tersebut diteruskan dengan bershalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan dibacakan maulid Simtudduror ini juga tradisi yang sangat kental dilakukan oleh orang-orang NU.
Seharusnya ketua PBNU dan pengurus-pengurus yang lainnya hadir pada acara ini dan harus bangga dengan acara ini karena ada acara yang kental dengan tradisi NU yang diikuti oleh organisasi-organisasi masyarakat dari beberapa madzhab dan aliran yang bukan NU.
Tidak harus gembor gembor teror sana teror sini atau membubarkan pengajian yang bukan kiai NU di sana-sini hanya untuk mengikuti ajaran NU, tapi saat ini di reuni Akbar 212 para habaib dan kiai yang tidak masuk dalam struktural baik pengurus cabang bahkan pengurus besar telah membuktikan bisa mengajak seluruh ormas Islam bersatu dan bersama dibawah tradisi Ahlussunah Waljamaah Annahdliyah. Saatnya UMAT ISLAM BERSATU