Suaramuslim.net – Rasulullah SAW -di bulan Ramadhan- berniat puasa setiap hari. Beliau sahur bersama salah satu istrinya (keluarganya). Biasanya makan sahurnya sedikit. Kadang dengan beberapa butir kurma, atau tambahan sedikit makanan lain disertai minum air.
Kadang beliau sahur bersama sebagian sahabat-sahabat. Dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah sahur bersama Zaid bin Haritsah, kemudian setelah selesai Nabi salat lamanya kisaran 50 bacaan ayat Al Quran sampai dikumandangkan azan Shubuh.
Setelah itu Nabi salat sunah Shubuh, dua rakaat yang ringan. Serta menunggu di rumah hingga dikumandangkan iqamah oleh Bilal. Kemudian Rasulullah SAW keluar dari salah satu kamar istrinya, karena berdempetan dengan masjid, lalu salat Shubuh berjamaah bersama para sahabat.
Pasca Shubuh, beliau duduk di masjid untuk berzikir (termasuk di dalamnya zikir pagi) kepada Allah SWT hingga matahari terbit. Kemudian menunggu sekitar sepertiga jam atau lebih, lalu menunaikan salat dua rakaat. Beliau bersabda, orang yang mengamalkannya (ganjarannya) bagai orang yang telah menunaikan haji dan umrah dengan pahala sempurna.
Seusai itu, beliau di rumah bersama istri-istri untuk membantu mereka. Bahkan, beliau juga bermesraan dengan mereka pada bulan Ramadhan. Kadang-kadang beliau –pada saat puasa– mengecup istri-istrinya. Ini sesuatu yang khusus untuk Rasulullah SAW.
Setelah itu seperti biasa menunaikan shalat dzuhur, kemudian Ashar. Menjelang Maghrib, beliau melantunkan zikir sore dan beberapa doa lainnya. Ketika azan Maghrib telah terkumandang, beliau meminta istri-istrinya menghidangkan takjil (bukaan).
Biasanya beliau berbuka sebelum salat Maghrib. Makanan berbuka beliau kadang dengan rutab (kurma basah). Jika tidak ada, maka dengan beberapa tamr (kurma kering). Ketika tidak ada juga, maka dengan beberapa tegukan air minum. Anas bin Malik Ra meriwayatkan, “Rasulullah SAW berbuka dengan beberapa ruthab sebelum salat, maka jika tidak ada ruthab, maka dengan beberapa kurma, jika tidak ada pula, maka dengan beberapa tegukan air.”
Setelah berbuka, beliau menunaikan kewajiban salat Maghrib di masjid, kemudian kembali ke rumahnya, lalu menunaikan sunah bakdiyah Maghrib. Kemudian duduk-duduk bersama istri-istrinya hingga dikumandangkan azan Isya’. Beliau salat qabliyah Isya di rumahnya, kemudian saat iqamah keluar rumah untuk salat isya berjamaah.
Salat Tarawih
Beliau pernah salat Tarawih di masjid dengan sahabat-sahabatnya selama 3 hari. Kemudian setelah itu tidak mengerjakan secara bersama-sama, karena khawatir diwajibkan atas umatnya.
Setelah Isya, beliau kembali ke rumah, di sebagian malam beliau salat malam dengan memanjangkan salatnya. Ketika ‘Aisyah Ra ditanya bagaimana salat malam Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan? Ia menjawab, “Baik di bulan Ramadhan maupun lainnya tak lebih dari 11 rakaat. Beliau salat empat rakaat, maka jangan tanya tentang kebagusan dan lamanya, kemudian salat empat rakaat, maka jangan tanya tentang kebaguasan dan panjangnya, kemudian salat witir tiga rakaat.”
Seusai salat malam, beliau tidur sebelum salat witir. Pernah Aisyah bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah apakah Anda tidur sebelum witir?” Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah! Sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur.” Yang termasuk bagian dari sunah Nabi adalah tidak tidur sebelum menunaikan witir, dalam kasus Rasulullah merupakan kekhususan beliau.
Kebolehan Menggauli Istri pada Malam Ramadhan Serta Hal Mubah Lainnya
Pada waktu malam Ramadhan, biasanya beliau menggauli istrinya. Kemudian tidur, hingga azan Shubuh. Beliau bangun dalam kondisi junub, lalu mandi janabat kemudian pergi ke masjid untuk salat Shubuh berjamaah.
Dengan itu, beliau hendak mengajarkan: bahwa puasa itu kewajibannya hanya di siang bulan Ramadhan, bukan pada malam hari. Sehingga waktu malam tidak terlarang melakukan apa yang dilarang di siang bulan Ramadhan seperti makan, minum dan berhubungan intim dengan istri.
Lanjut ke halaman 2