Sehari Bersama Rasulullah pada Bulan Ramadhan

Sehari Bersama Rasulullah pada Bulan Ramadhan

Sehari Bersama Rasulullah pada Bulan Ramadhan
Ilustrasi zikir dengan tasbih. (Ils: Dribbble/ayambisu)

Amalan Unggulan Selain Puasa

Selain itu, pada bulan Ramadhan, beliau menyibukkan diri dengan membaca Al Quran, salat, zikir, sedekah, puasa, makan buka sedikit, terkadang malah menyambung puasa sampai dua hingga tiga hari. Beliau beralasan, “Aku singgah di sisi Rabku, Dialah yang memberiku makan dan minuman.”

Puasa bukan Bulan Makan & Minum tapi Bulan Kesabaran dan Ketaatan

Pada bulan Ramadhan, beliau menjadi contoh ideal bagaimana bisa bersabar untuk lapar dan mengajarkan umatnya bahwa Ramadhan bukan bulan makan, minum dan bersenda gurau, sebagaimana yang terjadi di sebagian rumah-rumah umat Islam di bulan Ramadhan di mana di bulan suci malah pengeluaran untuk makanan dan minuman bertambah tinggi. Rasulullah ingin mengajarkan bahwa bulan puasa adalah bulan ibadah dan taat kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW salat malam di rumah setelah 3 malam pernah shalat bersama sahabat-sahabatnya di masjid karena khawatir diwajibkan. Pada akhir-akhir Ramadhan, beliau kembali salat di masjid membangunkan anak-anak, istri-istri dan orang-orang mukmin untuk salat malam berjamaah di masjid.

Beliau membagi malamnya untuk salat malam, santai bersama keluarga, kemudian sahur. Kemudian menunggu waktu shubuh, lalu salat sunah Shubuh di rumah, kemudian menunaikan salat Shubuh berjamaah di masjid.

Beliau Meningkatkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan

Hal lain yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadhan adalah memperbanyak sedekah kepada faqir miskin. Sebegitu dermawannya beliau –melebihi bulan lain– sampai-sampai para sahabatnya menggambarkan bahwa sedekah beliau bagaikan angin yang berhembus saking banyaknya sedengan dan infak beliau dan begitu tanggap dalam membantu faqir miskin di bulan suci.

Mengamalkan Itikaf di Sepuluh Terakhir Bulan Ramadhan

Selain itu, pada akhir bulan Ramadhan (tepatnya sepuluh terakhir) beliau melaksanakan itikaf. Pada waktu Ramadhan di akhir hayatnya, beliau malah beritikaf selama dua puluh hari. Dalam sepuluh malam terakhir ini beliau bersungguh-sungguh dalam memburu Lailatul Qadar. Sebagaimana diriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Carilah Lailatul-Qadar pada sepuluh terakhir dari Ramadhan!”. Beliau juga pernah bersabda kepada sahabatnya, “Aku melihat Lailatul-Qadar bertepatan dengan sepuluh malam terakhir, maka jika ada yang mau mencarinya, maka carilah di sepuluh terakhir!”

Memperbanyak Doa

Rasulullah di bulan Ramadhan sangat senang memperbanyak doa. Sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi dari ‘Aisyah Ra, “Wahai Rasulullah, jika aku berjumpa dengan Lailatul-Qadar, apa yang mesti kubaca?” Beliau jawab, “Katakanlah: Allahumma innaka ‘Afuwwun tuhibbul-‘Afwa Fa’fu’anni” (Ya ALlah Engkau adalah Maha Pemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah aku!)

Semakin Giat Beribadah di Sepuluh Terakhir dengan Melibatkan Keluarganya

Pada sepuluh malam terakhir, beliau membangunkan keluarganya untuk beribadah secara sungguh-sungguh. Beliau tidak membiarkan mereka tidur. Sebagaimana diriwayatkan Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib Ra, “bahwa Nabi SAW membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir bulan Ramadhan.”

Dari kisah itu, Nabi bisa dijadikan contoh sebagai suami teladan yang sangat antusias dalam menganjurkan ketaatan keluarganya kepada Allah SWT, bukan malah antusias dalam hal makan, minum, tidur serta berbagai urusan duniawi. Beliau tidak membiarkannya seperti itu. Ini sesuai dengan firman Allah, “Wahai orang-orang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka,” (QS At-Tahrim [66]: 6)

Penulis: Mash’ud Shabry
Alih Bahasa dan Editor: Mahmud Budi Setiawan

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment