Seni Disiplin Anak: Metode Time-Out

Seni Disiplin Anak: Metode Time-Out

Suaramuslim.net – Pernahkah Bunda mengalami, ketika mengasuh anak yang begitu aktif, Bunda kesulitan untuk mengendalikan tingkah laku mereka? Apalagi saat anak berulah dan membuat bunda mengelus dada. Diberi peringatan diabaikan, dimarahi tidak didengar bahkan bunda merasa sulit untuk memberi tahu anak-anak untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Kebanyakan orang tua khususnya para bunda, merasa frustasi dan tidak tahu harus melakukan apa sewaktu anak-anak mereka berulah. Meskipun dalam hati sudah mengatakan tidak untuk menggunakan kekerasan, namun pada kenyataanya sulit sekali mengontrol emosi dan alhasil tangan selalu saja ingin segera memberi warning kepada anak baik berupa cubitan, tarikan atau pukulan untuk mendisiplinkannya.

Bunda tentu membutuhkan strategi dalam mendisiplinkan anak. Pernah bunda menonton program televisi tentang pola asuh anak, misalnya “Nanny 911”, yang pernah tayang di televisi beberapa tahun lalu?

Jika pernah, pasti bunda sering mendengar istilah Time-Out. Nah, pada acara tersebut, jika nanny (pengasuh) mengatakan Time-Out, maka nanny biasanya mengajak anak ke suatu tempat terpisah dari orang lain. Misalnya di kamar, di sudut ruangan atau di tempat lain yang disepakati bersama orang tua. Kemudian nanny meminta anak tersebut memikirkan kesalahannya untuk sementara waktu. Lalu apa sih Time-Out itu?

Time-Out adalah bentuk pemisahan sementara seseorang dari lingkungannya. Hal ini disebabkan karena perilaku mereka tidak bisa diterima oleh lingkungannya. Nah, metode ini sering digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak saat anak melakukan kesalahan atau saat anak dianggap nakal. Alasan klise penggunaan metode ini adalah agar orang tua tidak perlu meluapkan emosi dengan cara memukul anak. 

Metode Time-Out ternyata tidak bisa dilakukan pada berbagai usia anak. Dengan kata lain, Time-Out harus dimulai pada anak dengan usia tertentu, yaitu saat anak memasuki usia pra-sekolah. Bukan pada bayi dan batita ya, Bunda. Pada usia tersebut, buah hati Anda sudah mampu mengontrol diri jauh lebih baik dan sudah memahami apa saja konsekuensinya jika ia melakukan kesalahan. Ini bisa membuat metode time out jadi cara ampuh untuk mendisiplinkan anak.

Berapa lama durasi Time-Out? Satu menit per satu tahun usia anak, artinya 1 menit untuk anak usia 1 tahun, 2 menit untuk Si 2 Tahun, 3 menit untuk Si 3 Tahun dan seterusnya. Untuk menandakan durasi time out, taruh jam weker penanda waktu di dekat anak, yang juga bisa dikses dari lokasi bunda.

Tujuan Time Out  memberi waktu bagi anak untuk kembali tenang serta memberi pesan padanya bahwa bila ia berperilaku tidak semestinya, ia tidak akan mendapat respon atau perhatian yang diinginkan dari bunda, kecuali jika ia bersedia berkomunikasi dan berkompromi.

Agar metode mendisiplinkan anak ini efektif, Bunda perlu mengikuti beberapa aturannya, seperti:

  • Beri anak peringatan lebih dulu. Saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda tantrum, berikan anak peringatan lebih dulu, misalnya “Kakak jangan lempar-lempar mainan, nanti mainannya rusak. Kalo nggak mau nurut, Bunda suruh ke kamar, ya.”
  • Beri anak pilihan. Pilihan untuk melakukan Time-Out atau tidak harus tetap ada untuk anak. Walaupun anak bunda sudah memasuki usia pra-remaja. Katakan pada anak bahwa, “Bunda tahu kakak sedang sedih dan marah. Jadi kakak ingin istirahat sebentar di sudut itu atau tetap di sini tapi dengan mengendalikan diri.” Kemudian selalu akhiri dengan, “Kapanpun saat kakak sudah merasa tenang dan tidak marah lagi, silakan bergabung lagi dengan adik dan bunda di sini.”
  • Beri anak Time-Out jika anak memilihnya. Beri anak Time-Out jika anak memang memilihnya. Namun jika anak hanya diam saja dan tetap melakukan hal buruk, bawa anak ke sudut ruangan untuk Time-Out.
  • Berikan anak penjelasan kenapa ia harus berdiam diri. Jika anak mengabaikan peringatan bunda, minta anak untuk pergi ke area time out. Kemudian, jelaskan apa saja alasan ia harus dibiarkan duduk merenung sendiri.
  • Akhiri Time Out saat anak mulai tenang. Akhiri saat anak mulai tenang bukan saat waktu menunjukkan beberapa menit. Time-Out bukan dilakukan berdasarkan berapa menit yang telah dijalani anak, namun seberapa tenang anak. Jika anak memang sulit untuk tenang dan mengendalikan diri, maka Anda ada di sana untuk membantu.
  • Setel pengatur waktu. Durasi time out haruslah bunda atur. Jangan sampai terlalu cepat atau pun terlalu lama. Selama waktu-waktu tersebut, pastikan bunda meninggalkan anak sendiri, tidak mengajaknya bicara, atau menanggapi rengekannya.
  • Hindari Time-Out bersama Saudara. Jika memang memungkinkan sebaiknya Time-Out dilakukan satu per satu anak. Hindari melakukan Time-Out bersama dengan saudara (kakak atau adik).
  • Ajari anak untuk mengakui kesalahan dan minta maaf. Setelah waktu time out habis, segera tanyakan pada anak apa saja kesalahannya. Minta anak untuk meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
  • Maafkan, beri pelukan, dan lupakan. Setelah anak mengucapkan maaf dan menunjukkan penyesalan, jangan lupa mengajari dan beri contoh anak untuk memaafkan kesalahan orang lain. Mengajak anak untuk berbicara secara pribadi setelah Time-Out usai. Ini berarti setelah anak merasa tenang. Bersikaplah suportif, jangan menyalahkan atau menyudutkan anak. Tanyakan apa yang sebenarnya terjadi, carilah pemicu kemarahan anak. Kemudian, peluk dan tunjukkan kembali kasih sayang bunda. Hukuman dan mendisiplinkan anak cukup sampai di situ saja, bunda tidak perlu lagi mengoceh panjang lebar. Biarkan anak kembali beraktivitas seperti biasanya dan suasana jadi hangat kembali.

Manfaat dari metode Time-Out

  • Time-Out lebih baik daripada memukul. Banyak orang tua yang memilih metode ini karena lebih baik dilakukan daripada memukul. Alasan ini memang benar, Bunda. Saat bunda dan anak sama-sama merasa emosi, Time-Out ini berfungsi untuk menyediakan ruang bagi bunda dan anak untuk sama-sama tenang. Sehingga tidak saling menyakiti secara fisik maupun verbal.
  • Time-Out mengajarkan anak keterampilan hidup. Time-Out mengajarkan anak beberapa keterampilan hidup misalnya mengambil waktu dan berusaha untuk tenang sampai anak bisa berpikir jernih untuk mengambil keputusan. Time-Out bisa menjadi salah satu cara mengajarkan anak untuk memiliki sikap tersebut hingga dewasa nanti.  
  • Time-Out memungkinkan anak dan orang tua untuk tenang. Time-Out dipercaya untuk membuat anak dan orang tua tenang. Hal ini karena anak dan orang tua mengambil waktu untuk berpikir sejenak dan menarik diri dari situasi yang membuat mereka sama-sama emosi.

Selain itu, Time-Out juga berfungsi sebagai sarana belajar untuk memecahkan masalah. Hal ini karena setelah proses Time-Out selesai, orang tua dan anak akan saling berbicara dengan kepala dingin untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment