Wisata Petik Teh, Menikmati Hot Spring dan Festival Balon Udara di Taitung
Semilir angin sejuk menyapa wisatawan saat tiba di Chulu Leisure Agricultural Area. Saat berada di sini, mari lupakan sejenak gerai-gerai teh dan kopi di kota. Menikmati jus daun teh yang baru saja dipetik sendiri, jauh lebih berkesan. Semua tanaman dikelola secara organik, jadi tidak perlu khawatir dengan residu pestisida dan pupuk kimia.
Hempaskan kejenuhan kota dan nikmati segarnya alam pegunungan dengan hamparan kebun teh, kebun raya, peternakan sapi dan perkebunan buah-buahan tropis seluas 600 hektar ini. Maka, nikmat Tuhan manalagi yang kamu dustakan?
Kami juga diajari mengolah daun teh menjadi kue semprong, rasanya legit dan kriuknya bikin nambah. Puas bereksplorasi di kebun teh, sebelum menuju hotel, singgah di rumah es krim untuk menyicipi es krim berbagai rasa; srikaya, nanas, teh dll. Meskipun jauh dari kota, produknya sudah mendapatkan sertifikat halal, lho.
Lupakan kepenatan di siang hari, tempat kami beristirahat di malam kedua adalah hotel istimewa dengan hot spring di masing-masing kamar, Luminous Hot Spring Resort & Spa di Luye, Taitung. Terlebih, hot spring di hotel ini termasuk yang terbaik berasal dari Hungye hot spring.
Esok paginya, pukul 5 bus sudah bersiap mengantar kami merasakan naik balon udara di Festival Balon Internasional di Taitung. Pengalaman yang sangat berkesan. Puluhan balon udara dari berbagai negara ikut berpartisipasi di festival ini.
Bersepeda Keliling Sawah di Brown Avenue
Siapa bilang sawah hanya untuk menanam padi? Datang lah ke Brown Avenue di Chihshang, Taitung. Hamparan padi hijau dan semilir angin khas persawahan, ditemani gemercik air dari kincir air di irigasi, seakan berada dalam dimensi berbeda.
Dengan bermodal sepeda, mengelilingi persawahan jadi terasa lebih nyaman. Di sini, wisatawan antre berfoto dengan teko dari tembaga di bawah pohon Takeshi yang fenomenal. Betapa beruntungnya jadi teko! He, he.
Dari Taitung perjalanan diteruskan ke Hualien. Beberapa tempat yang kami kunjungi di antaranya tugu garis tropis Tropic of Cancer di Ruisui, naik kereta gantung di Farglory Ocean Park di Shoufeng, bermalam di Farglory Hotel yang menawan dengan pemandangan Samudera Pasifik di depan dan pegunungan di belakangnya. Kemudian, menyesap kopi khas Starbucks Hualien Bay.
Jatuh Cinta dengan Taroko
Taman Nasional Taroko menjadi salah satu tujuan paling spektakuler selama di Taiwan. Keragaman hayati yang sangat kaya bisa dinikmati di sini. Kami pun menyusuri gua walet serta berfoto ria di jurang Qingshui dengan jalanan paling berbahaya di Taiwan. Kabarnya jalanan ini sewaktu-waktu bisa ditutup jika kondisi alam berubah.
Dari pegunungan bersalju, tebing-tebing yang curam, sampai jurang menantang di pesisir Pasifik ada di Taman Nasional Taroko.
Kekayaan tak ternilai lainnya dari taman nasional ini adalah keberadaan suku Truku dan Taroko Village Hotel di tengah pegunungan. Keramahan dan kehangatan yang mereka berikan kepada para tamu, khususnya tamu muslim, berpadu dengan bentangan keindahan alam ciptaan Tuhan, memberikan kesan sangat mendalam.
Dari Taman Nasional Taroko kami bergeser menuju Utara. Seru-seruan belajar membuat bubble tea di Kili Bay, dilanjutkan dengan wisata edukasi di Toucheng Leisure Farm.
Masakan dari dapur Toucheng Leisure Farm terasa sangat Indonesia. Kami seakan berada di rumah sendiri. Olahan ikan segar, hasil pertanian organik, dilengkapi sambal teri dan sambal terasi, sangat memanjakan lidah. Apalagi semua yang tersaji sudah dimasak khusus dengan cara halal. Bahkan, piring, mangkok dan sendok pun ada logo halalnya, weleh-weleh.
Pulau Hebing dan pelabuhan Keelung serta kawasan pesisir laut Tiongkok Timur menjadi saksi perjalanan kami kembali menuju Taipei.
Negeri Formosa Yang Menyambut Wisatawan Muslim dengan Tangan Terbuka
Sekembalinya di Taipei, tak lengkap jika tidak berkunjung ke Taipei Grand Mosque dan Chiang Kai-Shek Memorial Hall. Salat di masjid terbesar di Taiwan kemudian menyelami petuah Presiden pertama Taiwan yang terdiri dari tiga pilar; pendidikan, demokrasi dan etika.
Karena sudah di ibu kota, saatnya menjajal inovasi teknologi tingkat tinggi, nih. Kami pun sangat antusias saat menikmati wahana 5 dimensi, i-ride Taipei. Laksana awak pesawat yang menyelesaikan misi mengelilingi pulau Formosa. Sesekali terdengar teriakan, tertawa lepas dan decak kagum saat menyaksikan negeri Taiwan dari “ketinggian.”
Perjalanan berakhir di Ximending, surga wisata belanja dan wadah mengekspresikan diri bagi milenial. At Ximending, You can shop till drop! Begitu istilah yang sangat populer di kawasan niaga yang tidak pernah tidur ini.
Sepekan di Taiwan adalah pengalaman berharga tak terlupa, menyusuri separuh negara dari sisi Timur, Tenggara, beranjak ke pegunungan, menuruni lembah dan pantai, menikmati menu-menu halal yang variatif hingga kembali ke Utara, keramaian kota Taipei.
Negeri indah ini sudah sangat siap menyambut turis-turis muslim mancanegara dengan beragam fasilitas dan layanan yang ditawarkan. Upaya pemerintah menawarkan konsep muslim friendly tourism disambut baik oleh para pebisnis hotel dan restoran. Sehingga tidak heran, saat perpisahan tiba, seorang teman memberikan kesan penuh haru.
“Saya hampir menangis selama di Taiwan, kami sebagai orang muslim sangat diperhatikan, dari makanan, tempat salat, kamar hotel dan akomodasi. Sesuatu yang bahkan belum didapatkan saat berada di negeri sendiri,” ucapnya seraya menahan air mata.
Baca artikel seputar Wisata di Taiwan di sini.