Sikap Pertengahan dalam Bersedekah

Sikap Pertengahan dalam Bersedekah

foto: inet

(Suaramuslim.net) (Berzakat-id) – Alangkah indah orang bersedekah. Begitu Opick melagukan tentang bersedekah. Sebagian dari harta dari keringat sendiri diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Terus bagaimana jika bersedekah semua yang ada di dompet diberikan semua kepada peminta-minta? Satu hal yang akan terjadi, jika dia dalam perjalanan akan kesulitan untuk meneruskan perjalanan. Jika di tempat kerja akan kesulitan makan siang.

Apakah demikian bersedekah itu? Tentu saja tidak demikian. Jikalau dahulu ada sahabat nabi yang bersedekah dengan memberikan seluruh hartanya, itu pembuktian keimanan. Yang kelas dengan manusia zaman ini tentu sangat berbeda. Bahkan sahabat nabi yang lain saja dicegah oleh Rasulullah saw.

Allah Swt. berfirman, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al An’am 141).

Zakat yang wajib saja diikuti dengan kalimat janganlah kamu berlebih-lebihan apalagi bagi sedekah yang hukumnya sunnah. Tentu ada kewajaran yang tidak menyusahkan. Mengingat Islam tidak ingin menyulitkan bagi pemeluknya.

Berlebihan dalam memberikan sesuatu kepada orang lain bisa memberikan kemudaratan. Karena setiap yang mengandung ghuluw mesti ketemu mudarat. Mengingat hidup juga membutuhkan uang (harta). Jangan hanya modal semangat saja. Perlu dipikirkan kembali apakah diri dan orang yang menjadi tanggungan sudah terpenuhi haknya. Jangan-jangan terlalaikan.

Saat Saad bin Abi Waqqash sakit keras, ia menyangka jika ajal sudah dekat. Ketika itu ia ingin menyedekahkan seluruh hartanya. Bagaimana Rasulullah saw. menyikapi hal ini?

Saad bin Abi Waqqash bercerita Rasulullah menjengukku sebab sakit keras yang menimpaku saat haji Wada. Ia berkata kepada Rasulullah, “Engkau sudah melihat apa yang ku alami, sementara aku adalah seorang yang memiliki harta dan tidak ada yang menjadi ahli warisku kecuali seorang anak perempuan. Apakah bisa kusedekahkan dua pertiga hartaku?”

Beliau menjawa, ”Tidak.”

“Bagaimana jika setengahnya?”

Beliau tetap menjawab, ”Tidak.”

“Bagaimana kalau sepertiga?”

Beliau menjawab dan menjelaskan, ”Sepertiga sudah banyak. Engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada manusia. Tiadalah engkau menafkahkan sesuatu dengan mengharap pahala dari Allah maka engkau akan diberi pahalanya sampai apa yang engkau masukkan ke dalam mulut istrimu sendiri” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban dan Malik).

Rasulullah saw. begitu perhatian kepada Saad bin Abi Waqqash. Sehingga semangatnya tidak mencelakakan keluarganya juga dirinya. Andaikata disedekahkan semua atau dua pertiga, keturunan Saad akan miskin. Ketidakberdayaan secara ekonomi terjadi. Dan ujung-ujungnya akan mengumpat sendiri kepada orangtua (bapaknya). Rasa bersyukur kepada sang bapak berkurang. Dan akhirnya enggan untuk mendoakan. Betapa anjuran Rasulullah saw begitu penuh visioner. Tidak hanya berpikir untuk sendiri.

Sahabat yang lain juga pernah mengalami semangat berlebihan dalam bersedekah. Ketika Kaab bin Malik merasa bersalah karena tidak ikut bersama pasukan muslimin ke Perang Tabuk, dia ingin menebus kesalahan dengan menyedekahkan seluruh hartanya.

Kaab bin Malik berkata kepada Rasulullah saw, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu bukti dari tobatku dengan menyedekahkan seluruh hartaku untuk Allah dan RasulNya.”

Rasulullah Saw menjawab, ”Tahanlah sebagian hartamu, itu lebih baik bagimu.”

Kemudian Kaab bin Malik, ”Saya menahan saham yang ada di Khaibar.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Bagi seorang muslim yang bersikap tengah-tengah maka mencegah dirinya terjatuh kepada berlebihan atau malas. Menahan diri dari bersedekah bahkan berzakat. Maka dia bisa terkena ancaman dari hadits berikut.

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda, ”Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya, akan dibakar dalam neraka jahannam baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya” (HR Ahmad dan Muslim).

Kontributor: Muslih Marju*

Editor: Oki Aryono

*Muslih Marju adalah penyuka tumpukan kata. Tinggal di Tulungagung. Aktif di LSBO PDM Tulungagung.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment