Sisi Lain Niat dalam Sholat Jama’ah

Sisi Lain Niat dalam Sholat Jama’ah

managemen sholat jamaah - organisasi - pemilihan lokasi

Suaramuslim.net – Membentuk organisasi harus dalam keadaan sadar yang diniatkan untuk membuat suatu aktivitas yang positif. Sholat dan sholat jama’ah mengajarkan bahwa setiap menjalankan sesuatu harus dengan memunculkan niat seperti yang dijelaskan dalam ayat (QS. An Nisaa: 26) berikut ini.

يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمۡ وَيَهۡدِيَكُمۡ سُنَنَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ وَيَتُوبَ عَلَيۡكُمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٢٦

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (QS. An Nisaa: 26)

Sholat mengajarkan niat yang penting ketika kita memulai aktivitas. Dalam suatu organisasi, niat terwujud dalam bentuk visi, misi, dan tujuan. Seperti dinyatakan oleh Horwath (2005) “A mission is a clear, concise and enduring statement of the reasons for an organization’s existence today. A vision represents future purpose, providing a mental picture of the aspirational existence that an organization is working toward”, maka niat sholat juga menunjukkan pernyataan berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan bahwa sholat yang dilakukan harus dideskripsikan dengan jelas jenis sholatnya dan berapa roka’atnya dengan tujuan adalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam agama Islam, ketika akan memulai sholat harus diawali dengan niat. Dengan demikian setiap organisasi/perusahaan juga harus memiliki visi. Akan tetapi, terdapat hal yang lebih krusial yang sangat penting untuk diajarkan dalam niat sholat jama’ah, yang membedakan dengan visi dan misi suatu organisasi/perusahaan yang telah dijelaskan di beberapa buku tekstual. Yaitu, niat yang diajarkan di sholat jama’ah mengajarkan bahwa dalam membangun suatu organisasi, juga harus terdapat niat yang transendental. Membangun organisasi juga harus diniatkan untuk ibadah, sedangkan jika misi dan visi yang biasa dibuat adalah hanya untuk pencapaian tujuan di dunia semata.

Niat berorganisasi yang baik dan paripurna yang diajarkan dalam sholat jama’ah adalah adalah dalam rangka untuk beribadah kepada Tuhan. Akan sangat baik bagi perusahaan, bila visi dan misi perusahaan berkaitan dengan masalah spiritualitas dan tidak hanya sekadar membuat mimpi di masa depan yang hanya berhenti untuk urusan dunia.

Niat sholat menjadi contoh bahwa membangun organisasi akan jauh lebih paripurna saat melibatkan Tuhan dalam pembentukkanya. Bersiap membangun organisasi yang putih (white organization), siap masuk ke dunia yang kompetitif  bersama-Nya. Menjadi entitas putih di lautan merah (red ocean).

Namun visi dan value yang ditulis hanya sekadar kata, bukan kondisi nyatanya. Hal ini yang disebut dengan kemunafikan perusahaan (corporate hypocrisy). Perusahaan yang dibangun dengan niat negatif, walaupun yang dikatakan hal baik, maka tidak akan mendapatkan kesuksesan.

Hal ini sejalan dengan kasus di jaman Nabi saw., saat sekelompok munafik membangun masjid untuk memecah belah umat Islam, dan mengatakan bahwa “Kami tidak menghendaki selain kebaikan” (QS. At Taubah:107–110). Dalam kasus tersebut, Nabi Muhammad saw. mengutus para sahabat untuk menghancurkan masjid tersebut.

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مَسۡجِدٗا ضِرَارٗا وَكُفۡرٗا وَتَفۡرِيقَۢا بَيۡنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَإِرۡصَادٗا لِّمَنۡ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبۡلُۚ وَلَيَحۡلِفُنَّ إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّا ٱلۡحُسۡنَىٰۖ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ١٠٧ لَا تَقُمۡ فِيهِ أَبَدٗاۚ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ فِيهِ رِجَالٞ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ ١٠٨  أَفَمَنۡ أَسَّسَ بُنۡيَٰنَهُۥ عَلَىٰ تَقۡوَىٰ مِنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٍ خَيۡرٌ أَم مَّنۡ أَسَّسَ بُنۡيَٰنَهُۥ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٖ فَٱنۡهَارَ بِهِۦ فِي نَارِ جَهَنَّمَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٠٩  لَا يَزَالُ بُنۡيَٰنُهُمُ ٱلَّذِي بَنَوۡاْ رِيبَةٗ فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَّآ أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ١١٠

Artinya:
107. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi ALLAH dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’ Dan ALLAH menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).

108. Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bersih.

109. Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada ALLAH dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan ALLAH tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

110. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Membangun organisasi harus dengan niat yang baik, bila ingin organisasi tersebut bertahan lama dan sukses. Menyertakan Tuhan dalam membangun organisasi, menjadi ajaran dahsyat yang jarang diajarkan dalam beberapa buku tekstual manajemen dan bisnis lainnya.

Penulis: Dr. Gancar C. Premananto*

*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment