Skandal Direksi Garuda dan Sirnanya Moralitas Pemimpin

Skandal Direksi Garuda dan Sirnanya Moralitas Pemimpin

Skandal Direksi Garuda dan Sirnanya Moralitas Pemimpin
Ari Askhara. (Foto: katadata.co.id)

Suaramuslim.net – Berita dicopotnya lima direksi Garuda terkait dengan penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton menunjukkan rendah kualitas moral dan bobroknya kinerja elite BUMN di negeri ini. Rendahnya kualitas moral itu terungkap bahwa mereka juga memiliki skandal lain yang tidak kalah hinanya. Di antara mereka memiliki skandal perselingkuhan dengan pramugari sehingga merusak kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini. Integritas moral yang rendah ini bukan hanya merusak kinerja usaha negara tetapi juga menghancurkan harkat dan martabat bangsa.

Skandal Moral Elite BUMN

Menteri Erick Thohir BUMN telah mengambil langkah tegas dengan mencopot lima direksi penerbangan Garuda. Kelima direksi itu direktur utama, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara; direktur teknik dan layanan, Iwan Joeniarto; direktur kargo dan pengembangan usaha Mohammad Iqbal; direktur human Capital, Heri Akhyar; dan direktur operasi Bambang Adisurya Angkasa.

Skandal Garuda tentang penyelundupan ini menguak skandal lain yang tidak kalah rusaknya. Pertama, penyelundupan barang-barang mewah. Mereka menyelundupkan Harley Davidson dan motor Brompton, sehingga merugikan negara senilai 1,5 miliar. Tindakan jelas tidak memberi contoh yang tidak baik dalam menunjukkan kinerja perusahaan negara. Bahkan mereka telah mencoreng nama baik bangsa di tengah upaya negara dalam membangun peradaban bangsa.

Kedua, perselingkuhan dengan pramugari. Skandal penyelundupan ini berhasil menguak skandal lain, berupa perselingkuhan para direksi dengan para pramugari. Yang terkuak di media sosial adalah perselingkuhan Ari Askhara dengan seorang pramugari bernama Putri Novitasari Ramli. Sebagai pemimpin tertinggi bukannya menjadi contoh yang baik dalam menjaga moralitas, tetapi justru menjadi cermin rusaknya moral elite perusahaan penerbangan ini.

Media sosial juga berhasil mengungkap adanya skandal yang dilakukan anggota direksi yang lain, Heri Akhyar. Hery diduga terlibat skandal dengan pramugari Siwi Sidi. Yang unik Sidi Siwi berhasil berlabuh ke Garuda karena kedekatan dengan Hery Akhyar. Pose Siwi dengan mobil sport mewah, jam senilai ratusan juta, dan uang ribuan dolar menjadi cerita panjang yang berhasil menguak sisi gelap para elite Garuda ini.

Ketiga, rekayasa keuntungan abal-abal. Setahun yang lalu, Garuda direkayasa memiliki keuntungan. Ternyata keuntungan itu bersifat abal-abal. Hal ini terungkap sebagaimana merujuk pada rapat yang digelar dalam RUPS April 2018 menyatakan perusahan ini memiliki keuntungan. Namun, laporan adanya keuntungan itu bersifat abal-abal, alias rugi. Kerugian itu bisa jadi terkait dengan perilaku para direksi yang melakukan penyimpangan moral dan kinerja perusahaan.

Kejahatan Kolektif-Sistemik

Terbongkarnya skandal penyelundupan barang-barang mewah itu tidak bisa berjalan kecuali dengan melibatkan orang lain. Artinya tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh direktur utama tidak akan bisa berjalan kecuali melibatkan direksi yang lain. Hal ini bisa dilihat dari keterlibatan direktur teknik dan layanan, direktur kargo dan pengembangan usaha, direktur human capital, dan direktur operasi. Dengan adanya kerjasama kolektif dalam melakukan kejahatan yang bersifat sistemik.

Di sisi lain, skandal Garuda yang merugikan negara senilai 1,5 M tidak lepas dari perilaku para direksi yang melakukan skandal perselingkuhan. Dengan memiliki wewenang dan kekuasaan yang demikian besar ini, mereka menyalahgunakan dengan berselingkuh dengan pramugari. Perselingkungan dengan pramugari jelas merugikan perusahaan dalam dua hal.

Pertama, menyalahgunakan kekuasaan dengan memberi perlakuan yang berbeda di antara satu pramugari dengan pramugari yang lain. Pramugari yang diajak berselingkuh memperoleh perlakuan dan layanan yang berbeda dengan pramugari yang lain. Hal ini bisa dilihat dari pramugari yang berselingkuh dengan direktur utama dan direktur human capital, memiliki perilaku keseharian yang berbeda dengan pramugari yang lain, seperti berpenampilan dengan barang-barang mewah.

Kedua, menyimpang dari kinerja profesional. Memberi laporan kepada atasan saat RUPS bahwa penerbangan memiliki keuntungan besar, tetapi dalam prakteknya laporan keuntungan itu bersifat abal-abal. Hal ini sebagai bukti bahwa perusahan milik negara memang seharusnya memiliki keuntungan. Namun, keuntungan itu tidak dimanfaatkan oleh negara, tetapi justru digunakan oleh para elite penerbangan Garuda itu untuk bertindak foya-foya.

Tindakan para direksi ini bukan saja merugikan negara tetapi juga tidak memberikan keteladanan kepada masyarakat dalam mengabdi kepada negara. Kalau rakyat terus menerus disugesti untuk berkorban dan mengabdi kepada negara dengan berjuang dan hidup prihatin. Maka para elite BUMN ini juga mencoreng mukanya dengan menyimpangkan uang negara untuk kepentingan pribadi. Ironisnya, penyimpangan uang negara itu dilakukan secara kolektif sehingga kejahatan itu bisa berjalan sekian masa.

Di sinilah terjadinya sebuah ironi dalam negara. Mereka diberi wewenang dan kekuasaan yang kelas, serta ditopang dengan gaji, tunjangan, dan fasilitas yang memadai. Namun, perilaku dan gaya hidup mereka melebihi perilaku di atas kewajaran.

Tidak cukup mereka melakukan skandal penyelundupan secara kolektif, tetapi mereka berselingkuh untuk memuaskan diri mereka tanpa merasa bersalah pada keluarga. Para elite penerbangan Garuda ini telah melakukan kesalahan besar, yakni menyalahgunakan kekuasaan. Sebagai direksi mereka menyelundupkan barang-barang mewah. Sebagai sosok manusia yang dianggap baik, mereka memuaskan diri dengan berselingkuh dan berbuat curang pada negara dan masyarakat.

Surabaya, 11 Desember 2019

Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment