Sudahkah Anda Melakukan Refleksi Diri?

Sudahkah Anda Melakukan Refleksi Diri?

Sudahkah Anda Melakukan Refleksi Diri

Suaramuslim.net – Setiap orang pasti menginginkan sesuatu yang terbaik. Untuk bisa menjadi baik, hal yang harus dilakukan adalah berupaya menjadikan diri untuk selalu bersikap baik. Perlu disadari juga bahwa tidak ada orang yang tidak mempunyai masa lalu. Tentu saja setiap masa lalu tidak selalu hal baik dan menyenangkan, kadang juga menyedihkan.

Apa yang bisa kita pelajari dari masa lalu? Kita bisa bercermin tentang banyak hal, misalnya bagaimana mungkin kita bisa mengajak baik seseorang, kalau kita pernah melakukan sesuatu yang tidak baik yang dilakukan oleh seseorang. Nah itulah bercermin pada diri sendiri, dalam bahasa Jawa disebut dengan “Nggrayahi Jitok”.

“Nggrayahi Jitok” merupakan pengingat kepada kita, hendaknya tidak mudah menyalahkan orang lain atas perbuatan yang dilakukan, karena setiap orang pasti punya alasan ketika melakukan sesuatu, sehingga kita akan lebih berhati-hati membuat penilaian.

“Nggrayahi Jitok” mengajak kita bercermin terhadap sesuatu yang akan kita lakukan, karena seringkali kita lebih mudah mencari kesalahan orang lain. Kita seringkali lemah kalau sudah menyangkut kesalahan diri. Disanalah seringkali “lupa diri” dimulai. Akhirnya selalu merasa benar dan miskin peduli.

Suatu saat dalam kelas komunikasi interpersonal dan intrapersonal, saya bertanya kepada kawan-kawan mahasiswa tentang konsep diri. Saya tanya kepada mereka, siapakah Anda sebenarnya? Betapa sulitnya mereka bisa bercerita tentang dirinya dan apa yang menjadi pembeda antara dirinya dengan orang lain? Mengapa orang harus bekerjasama dengan mereka?

Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?

Kemampuan memahami diri merupakan hal terlemah dalam diri kita. Mengapa? Karena kita tidak banyak melatih kemampuan memahami diri, kita lebih sering melatih memahami orang lain. Sehingga seringkali lupa terhadap diri kita, siapakah kita sebenarnya. Terlebih pemahaman kita terhadap orang lain seringkali diisi dengan hal-hal yang kurang baik, maka jadilah kemudian kita terwarnai dengan hal-hal yang kurang baik itu.

Melatih diri memahami diri merupakan cara kita bisa memahami orang lain. Memperlakukan diri sesuai dengan kebutuhan diri, akan menjadi pengingat agar kita perlakukan orang lain sebagaimana kita memperlakukan diri kita.

“Nggrayahi Jitok” Sebagai Modal Sosial

Sebagai sebuah cermin, “Nggarayahi Jitok” merupakan “guidance” perilaku. “Nggrayahi Jitok” ibarat “Superego” sebagaimana yang digambarkan oleh Freud. Dia akan menjadi polisi moral bagi diri. Sehingga setiap orang yang mendayagunakan kemampuan “Nggrayahi Jitoknya” akan lebih mudah diterima di tengah masyarakat, ini berarti modal sosial yang sangat luar biasa.

Sebagai modal sosial, kemampuan “Nggrayahi Jitok” ini merupakan pintu masuk bagaimana kita membangun masyarakat yang beradab dan bermartabat, sehingga kita akan lebih tertib dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Tahukah Anda bahwa ketika manusia dihadapakan pada kepentingannya, seringkali manusia lupa, sehingga mudah tergoda oleh kepentingan jangka pendek yang melemahkan. Seringkali kita mudah melanggar komitmen yang sudah disepakati, hanya karena kita kurang sabar melihat masa depan.

Nah kawan… “Nggrayahi Jitok” merupakan pesan moral bahwa komitmen dan sabar memahami masa depan merupakan sesuatu yang penting, dia merupakan modal sosial membangun masyarakat yang baik dan tertib.

Bagaimana Anda akan menjadi pemimpin yang baik, kalau Anda bukan orang baik. Bagaimana Anda bisa mengajak orang lain berkomitmen, kalau Anda seringkali melanggar komitmen. Bagaimana Anda akan mendidik masyarakat agar tertib, kalau diri Anda tak tertib.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum: 41)

“Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”. (QS. Ar-Rum: 42)

“Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah”. (QS. Ar-Rum: 43)

*Ditulis di Surabaya, 25 April 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment