Sumber Berkah dan Kebahagiaan Hakiki Itu Bernama Sedekah

Sumber Berkah dan Kebahagiaan Hakiki Itu Bernama Sedekah

Sumber Berkah dan Kebahagiaan Hakiki Itu Bernama Sedekah
Ilustrasi tangan memegang uang.

Suaramuslim.net – Allah Swt. akan melipatgandakan rezeki serta nikmat bagi hamba-Nya yang gemar bersedekah. Sesusah apapun hidup, sepahit apapun musibah yang dapat menjatuhkan finansial, jika kita ingin bangkit, bahagia, dan ditambahkan rezeki oleh-Nya, maka sedekah adalah kunci utama pembuka pintu rezeki.  

Di sini saya mencoba untuk tidak berpanjang lebar mengenai fadhilah (keutamaan) sedekah, sebab saya yakin anda sudah memahami fadhilah sedekah, serta mengamalkannya dalam sendi kehidupan. Sebab, sudah banyak artikel yang membahas tentang fadhilah sedekah.

Berbicara tentang sedekah, para ulama atau ustaz selalu menyeru kepada kita bahwasannya sedekah merupakan amalan yang dapat menolak musibah atau bala paling ampuh. Sebab, hal ini sudah jelas tertera dalam hadis qudsi, di mana Allah Swt. berfirman, “Wahai anak Adam, kosongkan gudangmu untuk memenuhi apa yang ada di sisi-Ku, niscaya engkau akan selamat dari kebakaran, kebanjiran, pencurian, dan kejahatan.” (HR Thabrani dan Baihaqi).

Mengosongkan di sini merupakan kias dari mengeluarkan harta. Jangan dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa memperhatikan hak orang lain. Dan di hadis lain, Rasulullah bersabda, “Bersegeralah kalian untuk mengerluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah.” (HR Thabrani)

Dalam dua hadis tersebut sudah jelas bahwa, jika kita bersedekah apalagi menjadikan sedekah sebagai life style, atau lebih simpelnya hobi. Maka Allah akan memberikan kemudahan hidup, rezeki akan ditambah, ide-ide akan lebih cemerlang sebab terbukanya pikiran dan rasa bahagia, hingga melipatgandakan rezeki kita.

Jika saya telisik ke belakang tentang beberapa hal yang berhubungan dengan sedekah, beberapa kali saya medengar kisah yang beragam tentang orang-orang yang bangkit dari keterpurukan hidup karena sedekah yang diamalkannya secara berkelanjutan.

Salah satunya yakni kisah nyata yang saya dengar langsung dari saudara saya tentang pedagang bakso di kampung saya yang awalnya selalu berpindah-pindah tempat dagang karena tak memiliki cukup biaya untuk membayar kontrakan, beberapa kali keluarga ini berpindah tempat, tapi hebatnya keluarga ini selalu menyisihkan hartanya untuk kemudian didermakan ke masjid yang kala itu masih dalam tahap pembangunan.

Dan dari sini anda pasti bisa menebak, kira-kira apa yang terjadi setelahnya. Keluarga itu kini telah memiliki rumah sendiri, hampir tidak pernah sepi pengunjung, nama warungnya semakin tenar. Dan sampai saat ini masih tetap bersedekah di masjid yang sama, yang bentuk bangunannya kini telah berubah wujud.

Kisah di atas merupakan satu dari sekian banyak kisah tentang betapa ajaibnya sedekah yang diamalkan secara berkelanjutan (tidak menunggu kaya dan memiliki banyak harta). Tentu hal ini dibarengi dengan rasa ikhlas dan percaya pada-Nya yang selalu memberi dan menggandakan nikmat serta cinta kasih bagi mereka yang membelanjakan harta di jalan-Nya. 

Dan mungkin Anda pernah mengalami hal serupa, ketika rezeki dari-Nya tak dapat diprediksi kapan ia datang. Sungguh, Allah selalu bisa memberikan kejutan kepada hambaNya yang gemar bersedekah. Dan Sungguh Dia Maha Pemberi Kebahagiaan.  

Tak mudah memang bagi beberapa orang yang masih belum percaya dengan sedekah yang dapat mendatangkan keberuntungan, ganjaran, atau rezeki yang dilipatgandakan. Dan ada semacam hasrat terpendam yang ingin sekali dikeluarkan, tapi karena terkendala kurang percayanya sedekah membawa berkah, maka hasrat untuk bersedekah pun diurungkan. Dan lebih memilih untuk menginvestasikan harta untuk masa depan, yang kita belum tahu pasti harta itu akan membawa pemiliknya merasa bahagia lahir batin atau justru sebaliknya, sebagai sumber kegelisahan.

Kebanyakan orang belum memahami bahwasannya harta yang kita sedekahkan kepada mereka yang membutuhkan, itu ibarat kotoran yang berasal dari dalam diri kita, yang jika tidak dikeluarkan, maka itu akan jadi sumber penyakit. Oleh karenanya, jika menginginkan tubuh kita tetap sehat, maka tidak ada jalan lain selain membuang kotoran yang ada dalam tubuh dan tidak memikirkan atau mengingat lagi, kemana kotoran itu akan bermuara.

Menjadi ‘lucu’ dan aneh apabila ada orang yang mengeluarkan kotoran dari dalam dirinya (baca: air seni), usai membuangnya lantas ia mengikuti kemana kotoran itu akan bermuara nantinya.

Kurang lebih seperti itu analogi sederhana orang yang bersedekah. Maka menjadi suatu keniscayaan jika kita bersedekah dan tidak mengungkitnya lagi, lantas hanya mengharap ridha serta berkah dari-Nya atas amalan yang telah diperbuat. Maka dengan seizin-Nya, Dia akan memberikan rezeki yang tak disangka-sangka min haitsu laa yahtasib

Sebagai penutup, saya mengutip tulisan dari penulis ternama, Rusdi Mathari (alm) dalam karyanya, Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya; Kisah Sufi dari Madura.

“Orang kaya bersedekah, beramal, berinfak, itu sudah semestinya. Biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sebagian dari mereka bahkan bersedekah minimalis: hanya memenuhi hitungan yang ditentukan syariat. Kebanyakan dari mereka menumpuk-numpuk hartanya. Setiap kali ada orang datang kepada mereka hendak meminta sedekah atau hendak meminjam sesuatu, mereka akan bilang tidak punya sembari bertanya ini itu sehingga yang meminta pertolongan harus berbohong dan mengarang cerita. Mereka juga suka dipuji.

“Bahkan orang kaya yang bersedekah melebihi ketentuan yang diminta syariat, orang kaya yang tidak pelit, yang tidak kikir, yang tidak suka dipuji, perbuatan mereka sebetulnya biasa-biasa saja. Mereka punya harta dan kerena itu mudah bagi mereka untuk mengeluarkannya.”

“Tetapi menjadi istimewa apabila orang yang tak memiliki apa-apa atau yang serba berkecukupan justru bersedekah, beramal, dan berinfak. Orang-orang yang serba berkecukupan ini mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tapi justru karena kesulitan hidup itulah, sedekahnya menjadi luar biasa. Sangat istimewa, dan tak semua orang sanggup berbuat demikian.”

 Lalu kenapa kamu ingin dan menunggu jadi kaya hanya agar bisa bersedekah dan menolong orang lain?”*

*Opini yang terkandung dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial suaramuslim.net.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment