Survei SMRC: 28 Persen Rakyat Indonesia Tidak Percaya Pemilu 2019 Jurdil

Survei SMRC: 28 Persen Rakyat Indonesia Tidak Percaya Pemilu 2019 Jurdil

Survei SMRC: 28 Persen Rakyat Indonesia Tidak Percaya Pemilu 2019 Jurdil
Survei SMRC Menyebut 28 Persen Rakyat Indonesia Tidak Percaya Pemilu 2019 Jurdil (Foto: SMRC)

JAKARTA (Suaramuslim.net) – Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru menunjukkan sebanyak 27-28% rakyat Indonesia tidak percaya bahwa pemilihan Presiden dan anggota DPR pada 17 April 2019 berlangsung secara jujur, adil, bebas, langsung, dan rahasia. Sementara itu sebanyak 68-69% menganggap pemilu berlangsung jurdil.

“Anggapan bahwa pemilu 2019 tidak berlangsung jurdil tidak sejalan dengan penilaian mayoritas warga Indonesia,” kata Sirojudin Abbas, Direktur Program SMRC saat mempersentasikan hasil survei nasional bertajuk “Kondisi Demokrasi dan Ekonomi Politik Nasional pasca Peristiwa 21-22 Mei: Sebuah Evaluasi Publik” yang diselenggarakan pada Ahad, 16 Juni 2019 di kantor SMRC, Jakarta.

Menurut Sirojudin, kepercayaan publik tentang kualitas pemilu ini tidak banyak berbeda dengan Pemilu 2014 dan 2009.

“Pada 2009, yang menilai pemilu berlangsung jurdil mencapai 67% dan pada 2014 mencapai 70,7%,” katanya.

Pada sisi yang lain, survei ini juga menunjukkan adanya penurunan kepuasan dan kepercayaan masyarakat atas kualitas demokrasi di Indonesia seusai terjadinya peristiwa 21-22 Mei 2019 yang mencederai demokrasi.

Dengan mewawancarai 1220 responden yang ditarik secara random di seluruh Indonesia pada 20 Mei-1 Juni 2019 dengan margin of error 3,05%, survei SMRC menunjukkan kepuasan atas pelaksanaan demokrasi secara umun turun dari 74% (April 2019) menjadi 66% (Juni 2019).

Survey menunjukkan adanya penurunan kepercayaan warga terhadap sejumlah hal yang menjadi indikator kualitas demokrasi.

– 43% warga menganggap saat ini masyarakat sering takut bicara politik, sementara pada 2014 angkanya hanya 17%.

– 28% warga menilai pemerintah sering mengabaikan konstitusi, sementara pada 2014 angkanya juga 28%

– 38% warga menilai saat ini warga sering merasa takut dengan perlakuan semena-mena oleh aparat penegak hukum, sementara pada 2014 angkanya hanya 24%

– 21% warga menilai saat ini warga sering takut ikut organisasi, sementara pada 2014 angkanya hanya 10%

– 25% warga menilai saat ini warga sering takut menjalankan agama, sementara pada 2014 angkanya hanya 7%.

Walau tetap minoritas, warga yang menilai kondisi politik saat ini buruk juga mengalami peningkatan dibandingkan 2014. Saat ini sekitar 33% warga menganggap kondisi politik Indonesia buruk, sementara pada 2014 angkanya hanya mencapai 20%.

Namun adanya penurunan persepsi tentang kualitas demokrasi dan kondisi politik ini ternyata tidak serius berdampak pada persepsi publik mengenai kondisi ekonomi, penegakan hukum dan keamanan.

Survei SMRC menunjukkan hanya 17% warga yang menganggap kondisi ekonomi nasional lebih buruk, 21% warga yang menganggap kondisi penegakan hukum buruk dan 16% warga yang menganggap kondisi keamanan buruk.

“Yang menggembirakan,” lanjut Sirojudin, “secara umum publik belum menyerah dengan prinsip-prinsip demokrasi.”

Survei SMRC menunjukkan 82% warga menganggap demokrasi adalah pilihan sistem terbaik, 86% warga menilai demokrasi cocok untuk Indonesia, 91% warga menganggap penting kebebasan untuk mengeritik pemerintah, 97% warga menganggap penting pemilu yang bebas dan adil, dan 86% warga memilih sistem demokrasi dibandingkan sistem yang lain.

“Adanya penurunan persepsi tentang kualitas kondisi demokrasi ternyata belum membuat rakyat Indonesia mengendur atau patah semangat dengan keinginan mereka agar Indonesia menjadi semakin demokratis,” tutup Sirojudin.

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment