Syiar Agama Melalui Gaya Busana dan Hijab

Syiar Agama Melalui Gaya Busana dan Hijab

Syiar Agama Melalui Gaya Busana dan Hijab
Ria Miranda. (Foto: yoyahijab.com)

Suaramuslim.net – Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat muslim terbanyak dengan latar belakang budaya yang beragam sehingga tidak mengherankan jika terdapat berbagai keanekaragaman mode muslim di dalamnya. Hal ini dapat berdampak positif terhadap perkembangan industri mode busana muslim. Secara otomatis juga menumbuhkan ekonomi Indonesia dari sisi industri kreatifnya. Pusat perbelanjaan sampai bisnis online meraup untung besar dari perkembangan busana muslim yang didorong dari munculnya fenomena hijabers pada tahun 2010.

Istilah hijabers sendiri adalah sebutan untuk para perempuan yang memakai hijab yang dikreasikan dengan berbusana muslim modis. Lalu fenomena hijabers ini memaksa kita meredefinisi ulang apa itu hijab. Hijab? Sekadar kerudungkah?Atau hijab mengalami pergeseran makna, yang dipaksa oleh para pemegang komoditi pasar?

Hijab dan mode khususnya di Indonesia masih seperti koin yang memiliki dua mata berbeda. Beberapa kelompok tidak menyukai hijab yang dipadukan dengan mode karena menjadikannya tidak terlihat syar’i dan tidak sederhana seperti yang seharusnya. Mode sendiri selalu dikaitkan dengan gaya yang berkiblat ke Barat sehingga dirasa tidak cocok dengan aturan-aturan di masyarakat kita.

Di balik meluasnya fenomena hijabers ini, mulai muncul kegalauan atau kegelisahan sebab mendapatkan tekanan dari pernyataan pihak-pihak yang mainstream yang melihat bahwa busana Muslim dengan sentuhan gaya dan membuatnya menjadi modis cenderung menyebabkan penyimpangan dan tidak sesuai dengan konsep syar’i. Sebab, jilbab kini diinterpretasikan berdasarkan subjektifitas individu. Misalnya banyak yang memahami jilbab sebagai perintah agama dan sebuah keharusan, sugesti, fesyen dan ada pula yang menganggap sebuah paksaan belaka.

Bagi beberapa dari mereka yang baru memutuskan memakai hijab saat fenomena hijabers ini sedang booming berpendapat bahwa adalah hal yang  wajar jika mereka pada awalnya hanya mecoba dan akhirnya tertarik dengan adanya variasi dalam berhijab dan berbusana muslim. Sehingga persoalan lain seperti jika memutuskan untuk berhijab maka perilaku pun harus ikut berubah dan hijab yang dikenakan harus terlihat syar’i menjadi urusan belakangan karena yang terpenting menurut mereka adalah setidaknya mereka sudah memulai menutup auratnya dengan menggunakan hijab meskipun atas dorongan mode.

Pasca Islam pada abad ke 9-12, jilbab atau hijab mengalami perkembangan dan persebaran. Kemudian mengalami akulturasi dengan kebudayaan lainya, misalnya di sebagian negara timur-tengah berkembang model hijab dengan cadar, burqa, niqob, dan masker. Kemudian berkembang pula di Nusantara atau Melayu abad 19 hijab, selendang yang tidak menutupi penuh kepala, dan hanya diselampirkan. Di kawasan timur juga berkembang hijab dengan motif hiasan tertentu sesuai dengan konteks lingkungannya, tidak sebatas polos tanpa motif, dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa ada sebuah perkembangan dalam berupaya untuk menafsirkan hijab. Faktornya tentu banyak, hal ini terkait dengan kondisi sosial budaya, lingkungan, dan pemahaman atas dalil agama.

Muslimah di Indonesia menggunakan pakaian panjang atau pakaian muslimah dan hijab sebagai salah satu alternatif untuk menutup aurat. Tahun 1970-an tercatat sebagai tahun munculnya gelombang kebangkitan pemeluk Islam di dunia internasional yang gaungnya merambah ke segala penjuru, termasuk ke Indonesia. Selama dalam kurun waktu tahun 80 sampai 90-an jumlah pemakai hijab terus bertambah, utamanya di kalangan mahasiswa dan pelajar. Jika dulu pengguna busana yang tertutup dan mereka yang memakai hijab biasanya hanyalah orang-orang yang baru pulang dari berhaji atau hanyalah pelajar di sekolah berbasis Islam seperti Muhammadiyah atau pesantren tradisional. Itu pun bentuk kerudung hanya seperti selendang yang dijuntaikan di kepala kemudian ujungnya dililitkan di leher dan sifatnya tidak permanen. Kini para pengguna hijab datang dari berbagai kalangan termasuk selebriti dan pejabat. Hal ini justru menandakan perempuan yang memakai hijab adalah perempuan maju dan modern.

Saat ini gaya hijab di Indonesia berkembang lebih pesat di banding negara-negara mayoritas Islam lainnya. Indonesia yang paling banyak memiliki variasi tutorial hijab. Beberapa negara lain hanya memiliki satu gaya hijab saja misalnya yang paling banyak kita lihat dan simple adalah Turki style. Dalam busana pun Indonesia juga yang paling variatif baik dari segi warna ataupun modelnya tidak seperti di Belanda yang lebih banyak dengan warna putihnya ataupun di Arab yang sudah terpatok dengan warna hitam.

Pada awal kemunculan Hijabers Community inilah mulai disebarkan dan dicontohkan bagaimana berbusana muslim yang pantas (tidak ketat) namun tetap modis. Sehingga semua perempuan muslim diharapkan dapat tertarik dan tidak lagi melihat hijab dan busana muslim sesuatu yang kuno dan membosankan. Komunitas ini mencoba mengangkat citra gaya busana muslimah sesuai kaidah agama dengan selalu menggunakan hijab atau hijab modern yang biasa dikenal sebagai hijab ala hijabers.

Berawal dari keinginan mensyiarkan busana muslimah yang bergaya sesuai kaidah, Hijabers Community menjadi magnet bagi banyak perempuan muda. Melalui berbagai kegiatan serta visi misinya Hijabers Community mencoba menyosialisasikan pada kalangan muda khususnya untuk mempelajari Islam dengan menyeluruh tidak hanya memahaminya dengan setengah-setengah. Satu di antara usahanya adalah dengan pengajian yang juga membahas langsung hadits yang terkait karena banyak dari kita yang hanya terbiasa membaca Al Quran dengan berbagai hukum bacaannya namun tidak menelaah arti juga hadits lainnya sehingga sering kali terjadi penyempitan makna.

Bukan sesuatu yang aneh lagi jika kita melihat banyak orang terutama kaum muda yang senang dan terlihat sibuk terhubung dengan dunia maya lewat gadget yang mereka miliki setiap hari mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur. Sisi positifnya semua orang khususnya kaum remaja dapat mengakses pengetahuan ataupun informasi apapun dari sana. Kekuatan media sosial ini digunakan oleh Hijabers Community dalam menyebarkan keberadaan mereka dan mengumpulkan remaja perempuan untuk bergabung ke dalam komunitas ini. Saat informasi ini mudah menyebar dengan cepat dan dapat dilihat oleh semua orang dimana pun mereka berada, hal ini membuat banyak orang jadi terinspirasi untuk membentuk komunitas yang sama di daerahnya masing-masing.

Fenomena hijabers ini pun merambat cepat bersisian dengan perkembangan fashion yang didukung oleh produsen yang melihat peluang dan keuntungan. Tapi ada hal menarik yang kita lihat dari perkembangan fashion saat ini adalah muncul perancang-perancang muda yang terbilang newbie berangkat dari kecintaannya pada fashion dan kreatifitas yang ingin disalurkan serta memiliki keahlian mendesain. Di dalam dunia industri gaya busana dan hijab, ada perancang karbitan dan ada juga perancang yang konsisten terus menghasilkan karya terbaru dan terjun ke kancah fashion yang lebih luas.

Beberapa pengurus Hijabers Community ini muncul sebagai perancang baru tersebut dan sekali lagi menginspirasi kaum muda lain untuk sama-sama menyalurkan kemampuan mereka baik itu dalam menjahit atau mendesain model busana muslim serta turut memproduksi dan memasarkan karyanya. Sehingga dapat menyumbang keberagaman busana muslim di dunia industri, terbukti dengan munculnya label-label atau merek-merek baru dengan model yang beragam baik itu pakaian ataupun hijab yang dipromosikan di facebook dan instagram.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment