Takwa Indikator Keberhasilan Puasa

Takwa Indikator Keberhasilan Puasa

Dialog Motivasi Al-Qur'an on air di radio Suara Muslim Surabaya setiap Kamis jam 5.30-6.30 WIB.

Suaramuslim.net – Takwa adalah prinsip dasar yang paling istimewa, karena takwa adalah wujud aplikasi keimanan. Karena itu pula takwa menjadi nasihat abadi yang dipesankan oleh para nabi dan rasul terdahulu, hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Allah berfirman:

وَلَقَدۡ وَصَّيۡنَا ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلِكُمۡ وَإِيَّاكُمۡ أَنِ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ

“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu: bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisa: 131).

Dan di dalam ajaran Islam, salah satu metode meraih takwa adalah dengan puasa. Allah berfirman dalam Q.S. Al Baqarah: 183.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Target takwa dalam ibadah puasa termaktub dalam kalimat la’allakum tattaqun, artinya agar kamu semua bertakwa. Maksudnya adalah ada dua kemungkinan makna.

Pertama, dengan puasa kita menjadi takut (takwa) menjalankan kemaksiatan-kemaksiatan. Pada kondisi ini cocok dengan orang yang sebelum berpuasa senang bermaksiat, atau sering bermaksiat. Maka puasanya seharusnya membuat ia takut melakukan maksiat itu.

Kedua, dengan puasa, kita menjadi orang-orang yang bertakwa (mencapai derajat atau kedudukan muttaqin). Kondisi ini adalah cocok dan terkait dengan orang yang sebelum berpuasa sudah memiliki kebatinan ruhani yang nyaman dalam beribadah kepada Allah.

Takwa memiliki tiga tingkatan, yang tingkatan takwa ini terinspirasi dari firman Allah;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102).

1. Takwa maksimalis, yaitu haqqa tuqotihi

Ayat ini memerintahkan kita untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Nah takwa yang benar-benar itu kayak apa ya?

Ibnu Mas’ud berkata terkait haqqo tuqotihi (takwa yang sebenarnya), yaitu:

  1. An yuthi’a fala yu’shi, taat kepada Allah tanpa sedikitpun bermaksiat.
  2. Wa an yadzkaro fala yansa, dan selalu ingat Allah tanpa pernah lupa.
  3. Wa an yasykuro fala yakfur, dan selalu bersyukur tanpa pernah ingkar terhadap nikmat Allah.

Ibnu Abbas juga mengomentari ayat tersebut dengan ungkapan, alla ya’shia thorfata ‘ainin, tidak bermaksiat sekejap mata pun. (Lihat Tafsir Al Munir karya Dr. Wahabah Az Zuhaili jilid 2 hlm 349).

Inilah takwa para Nabi Allah, syuhada dan ash-shiddiqiin.

2. Takwa medium atau standar

Yaitu menjalankan perintah Allah semampunya dan bersungguh-sungguh meninggalkan larangan-Nya secara total. Ini termaktub dalam firman Allah yaitu Q.S. At-Taghabun ayat 16.

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”

3. Takwa minimalis

Ini terlihat dari firman-Nya “jangan sekali-kali kamu mati kecuali masih dalam kondisi hati muslim dan beriman.”

Dalam tingkatan ini seseorang tidak menyisakan takwa kecuali mati dalam keadaan bertauhid, sekadar berbekal syahadat belaka.

Seorang muslim tidak boleh keluar dari tiga tingkatan tersebut. So, dengan puasa akan tercapai ketakwaan dalam jiwa manusia beriman. Dan itu menjadi indikator keberhasilan dalam puasa seseorang.

Indikator-indikator itu di antaranya tertera di Surat Ali Imran 133-136.

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan untuk mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”

“Yaitu orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, ia segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.”

“Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.”

Orang bertakwa itu:

  1. Selalu senang berinfaq
  2. Selalu mampu menahan amarah
  3. Selalu memaafkan kesalahan orang yang menzaliminya
  4. Bahkan mampu berbuat baik kepada yang menzaliminya
  5. Ketika berbuat dosa, cepat sadar akan dosa yang dilakukannya dan bertaubat kepada Allah dan tidak mengulangnya lagi
  6. Hidupnya akan tenang di dunia dan akhirat

Wallahu A’lam

M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
3 Juni 2021/21 Syawwal 1442 H

 

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment