Suaramuslim.net – Sungguh ironi negeri ini. Di tengah badai masalah-masalah yang menerpa. Masih saja para elit memperlihatkan perilaku yang tak semestinya dilakukan.
Indonesia adalah negeri dengan beraneka ragam gagasan dan pikiran. Bahkan negeri ini muncul dari semangat dialog dan diskusi yang sangat berkelas.
Namun, makin ke sini nuansa intelektualitas dalam perbincangan publik kian terkikis. Hal ini nampak dari stigmatisasi terhadap suatu gagasan tertentu. Tanpa melalui dialog gagasan khilafah “dimonsterisasi” dan dicap sebagai paham radikal, bahkan terlarang untuk diperbincangkan.
Lebih jauh lagi, karena adanya dugaan kepentingan politik kekuasaan tertentu. Dunia akademisi yaitu kampus bahkan ikut terseret menuju jalan yang tidak sewajarnya.
Dunia kampus adalah dunianya para intelektual. Di dalamnya percakapan intelektualitas tersaji kapan pun sepanjang argumentatif.
Sungguh sangat ironi ketika ada seorang guru besar dengan dedikasinya dilabeli sebagai radikal hanya karena spirit intelektualitas yang dimilikinya. Tentu Prof. Suteki mempunyai hak dalam memandang sebuah gagasan, terlebih dengan bangunan argumentasi yang ilmiah.
Maka jangan gegabah bagi pihak-pihak yang memiliki wewenang kemudian memperlakukan orang seperti Prof. Suteki ataupun yang semisalnya dengan tidak adil.
Ingat betul, bahwa segala kewenangan maupun kekuasaan yang dijalankan dengan sikap otoriter tidak akan berlangsung lama.
Terima kasih kepada Prof. Suteki karena telah menginspirasi dan telah mempertahankan kewibawaan semangat intelektualitas di tengah represifnya kekuasaan saat ini.
Lutfi Sarif Hidayat
Direktur Civilization Analysis Forum (CAF)
Ahad, 10 Juni 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net