Suaramuslim.net – Beberapa hari menjelang atau sesudah hari raya Idul Adha, ada sebagian orang melangsungkan pernikahan. Mereka menemukan jodohnya bisa karena berkenalan di media sosial, ada yang berawal dari berpapasan seusai taklim dari masjid. Ada pula karena intervensi (baca: bantuan) pengasuh pesantren.
Kasus yang terakhir, bila dijodohkan sesama santri, niscaya akan mudah mengarungi derasnya kehidupan. Kelebihan santri adalah pintar mengaji, paham bahasa Arab dan mengerti tata krama (adab).
Dalam program tafsir Al Misbah tahun 2015 lalu, Prof Dr. M. Quraish shihab MA memberi nasihat terkait jodoh. Selain mengedepankan faktor agama, beliau mendorong supaya “Carilah jodoh yang banyak kesamaannya dengan Anda”. Kesamaan pemikiran, hobi, dan sebagainya. Karena kesamaan inilah salah satu kunci kelanggengan.
Ingat! bukan kesamaan jenis kelamin. Pasalnya “Kawin Sesama jenis sangat tidak direstui agama Islam dan ajaran kemanusiaan. Kalau ada manusia seperti itu jelas Abnormal. Itu penyakit. Masukkan dia ke rehabilitasi.” kata Prof Quraish shihab.
Pandangan Quraish shihab ada kemiripan dengan KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus dur. “Lesbi dan gay itu masalah sakit jiwa. Kita tidak bisa bilang anti atau tidak anti kepada mereka, karena yang melakukan itu orang sakit. Saya berani berhadapan dengan siapapun, termasuk lesbian sendiri, untuk mengatakan bahwa mereka orang sakit. Jangankan lesbi-nya, bagi mereka yang merasa dirinya waria, wanita dan pria, bagi saya, itu sudah termasuk penyakit”.
“Dengan demikian orang gay atau lesbi berarti menyalahi kodrat kemanusiaan, di samping juga kodrat manusia yang lain, seperti kodrat menciptakan keluarga yang mawaddah wa rahmah.” tulis Gus dur dalam buku Islam kosmopolitan (wahid Institute, 2010).
Adapun dalam tafsir Al Misbah edisi 12 Juni 2016, mengulas bagaimana bila dalam hidup ini kita sudah menentukan pilihan belahan jiwa, ternyata baru sadar kalau pilihan tersebut tidak tepat alias salah? “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. (surah Al Baqarah: 216)
Bisa jadi kamu tidak menyenangi pasanganmu. Tapi Allah swt. bisa menciptakan sesuatu yang awalnya tidak kamu senangi menjadi disenangi. Masih ada kebaikannya yang lain. Yang bisa menutupi kekuranganmu.
Jawaban Quraish shihab menegaskan, belajarlah menelusuri kebaikan-kebaikannya. Toh tidak ada manusia sempurna. Pasangan kita bukanlah malaikat. Apa jadinya bila sudah akad nikah, bahtera rumah tangga telah berjalan, punya momongan, lalu karena merasa “salah pilih” atau tidak suka dengan kelemahan pasangan, lantas menyerah dan balik badan alias lari dari tanggung jawab? Cari pelampiasan di luar rumah hingga selingkuh? Na’udzubillah! Sekali lagi renungkanlah kandungan surah Al-Baqarah ayat 216.
Terakhir sebelum mengakhiri artikel ini, ketika memberi nasihat dalam akad nikah pembalap M. Subhan Aksa dan Alexandra Asmasoebrata, mengutip laman tempo.co (6/1/2018), “Nikah itu artinya menyatukan, kawin itu artinya menyandingkan,”tutur pria berusia 73 tahun itu. Quraish Shihab juga mengingatkan pria dan wanita harus memiliki kepribadiannya masing-masing. “Anda lelaki dan dia perempuan, jangan yang laki-laki jadi perempuan dan perempuan jadi laki-laki,” katanya. Wallahu’allam
Kontributor: Fadh Ahmad Arifan*
Editor: Oki Aryono
*Penulis adalah alumnus fakultas syariah UIN Malang