Suaramuslim.net – Pada umumnya kita umat Islam di Indonesia, dengan bermacam-macam kumpulan dan jam’iyah, pada dasar dan titik tolaknya, berniat hendak menegakkan Kalimah Allah, dan mengharapkan keridhaan Allah. Begitu rumusan niat masing-masing jam’iyah kita itu, tua dan muda, di bidang sosial, kebudayaan atau pun politik.
Semata-mata banyaknya jumlah organisasi Islam itu belum berarti suatu “perpecahan” umat Islam.
Ditilik dari jumlah penduduk, dari sudut geografis, etnologis kultural dan lain-lain secara obyektif dapat dipahami, wajar umat Islam Indonesia mempunyai lebih dari satu organisasi di berbagai bidang.
Dan apabila semua organisasi, para pemimpin dan anggotanya sama-sama menyadari dengan sempurna, apa wijhah (tujuan) yang harus mereka tuju sebagai umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan tetap berpegang kepada itu dalam segala tindak-tanduk perjuangan mereka, maka yang ada bukan perpecahan, bukan tafarruq. Yang akan ada ialah: musabaqah, perlombaan dalam berbuat baik. Perlombaan yang jujur dan sehat. Yaitu, sesuai dengan firman Ilahi:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. (Al-Baqarah: 148).
Tafarruq dan tanazu’, sikut-menyikut timbul bukan karena banyaknya organisasi Islam. Akan tetapi karena di tengah-tengah perjalanan, wijhah yang diniatkan dan dirumuskan semula jadi samar-samar kabur.
Yang tadinya hendak ditanam adalah hubbullah dan mukhafatullah, yaitu cinta kepada Allah dan takut kepada Allah. Yang tumbuh di tengah perjalanan ialah hubbul jaah wa hubbul maal wa karahiyatul maut, senang harta dan senang kedudukan serta takut mati.
Yang tadinya bermaksud da’wah ila Allah, memanggil umat kepada Allah. Yang tumbuh di tengah jalan ialah da’wah ila nafsi, mengajak orang untuk mengikutiku.
Akhirnya, yang tumbuh ialah ananiyah, aku-isme dalam berbagai bentuk dan coraknya. Inilah yang menyebabkan tafarruq (perpecahan). Bukan banyaknya organisasi.
Sumber: Mempersatukan Ummat – M. Natsir